Selasa, 09 Agustus 2011

takwa


Pengertian Takwa            

1.Takut kepada ALLAH iaitu menjaga dan memelihara diri dari seksaan dan kemurkaan ALLAH S.W.T .
2.Ketaatan dan ibadat iaitu taat  menjalankan dan melaksanakan perintah ALLAH S.W.T
3.Bersih hati dari dosa iaitu menjauhi segala larangan ALLAH S.W.T.

Ciri-Ciri Insan Bertakwa
1.Meninggalkan segala sesuatu yang dilarang dan mentaati perintah ALLAH S.W.T
2.Menghindarkan diri dari segala yang dapat menjauhkan diri dari ALLAH S.W.T
3.Meninggalkan segala hasrat jiwa dan menentang dorongan hawa nafsu.
4 Memelihara dan melaksanakan kehidupan tatacara kehidupan mengikut syariat Islam.
5 Mengikuti sunah Rasulullah didalam ucapan dan perbuatan.  

Bagaimana Menjadi Insan Bertakwa
Sesungguhnya kehidupan manusia di dunia ini sentiasa dalam kerugian dan kelalaian kecuali mereka yang beriman dan beramal soleh serta bertaqwa kepada Allah .Taqwa merupakan kayu pengukur yang menentukan peningkatan martabat dan status manusia di sisi Allah kerana dia menilai seseorang manusia bukan dari kegagahannya,kekayaannya atau pangkat tetapi dilihat dari sifat ketaqwaannya.
Allah s.w.t berfirman maksudnya:
Sesungguhnya orang yang mulia diantara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu..
                                                                                                        surah al hujurat:13

Amalan Insan Bertakwa
1.Zikrullah iaitu sentiasa mengingati ALLAH
2.Melakukan solat-solat sunat
3.Taubat
4.Takut kepada ALLAH (al-Khauf)
5.Mujahadah iaitu memerangi nafsu
6.Muhasabah iaitu menjaga gerak geri yang mendatangkan kemurkaan ALLAH S.W.T terhadap tujuh anggota seperti mata,telinga,lidah ,perut,kemaluan,tangan dan kaki.
7.Muraqabah iaitu sikap jiwa mengikut ahli tasauf sufi untu.k mencapai darjat rohani yang tinggi.Seseorang meyakini bahawa ALLAH S.W.T selalu melihat dan mengawasi dirinya.
8.Sabar iaitu kesabaran dalam melakukan ibadat ; Sabar dalam ujian ALLAH ; Sabar dalam kehidupan seharian dan sabar terhadap pengaruh kehidupan dunia.
9.Qanaah iaitu menerima dengan rela apa yang ada atau merasa cukup dengan apa yang dimilikinya ; Jiwa merasa lapang dengan rezeki yang diberikan oleh Allah S.W.T ; Hilang rasa tamak terhadap yang tidak tercapai ; Menerima dengan sabar segala ketentuan ALLAH ; tidak tertarik oleh tipu daya dunia ; Sentiasa bertawakal kepada ALLAH
10.Warak iaitu makan dan minum pada perkara yang halal dan bersih ; Menjaga pandangan dan pendengaran dari perkara - perkara haram dan syubhat serta sia-sia ; Sentiasa bertaubat kepada ALLAH S.W.T. ; ikhlas dalam mengerjakan sesuatu ketaatan dan perintah ALLAH S.W.T.; Bersikap pemurah,memuliakan dan mengasihi manusia ; memiliki ilmu pengetahuan yang membolehkan mendekatkan diri kepada ALLAH S.W.T. ; Tidak menggemari diri dipuji ; Bersederhana dalam soal makanan minuman dan pakaian.
11.Zuhud iaitu meninggalkan kesenangan duniawi untuk mencapai kesenangan akhirat. Zuhud juga membawa erti iaitu meninggalkan segala yang haram dan  menjauhi perkara yang makruh dan syubhat.Pengertian yang lain bagi zuhud ialah Mencari kemewahan dunia yang tidak melalaikan ibadat dan kewajipan terhadap ALLAH.
12.Tawaduk iaitu merendah diri dan taat menghambakan diri kepada ALLAH
13.Istiqamah iaitu berpegang teguh kepada ajaran alQuran dan sunah serta taat menjalankan segala perintah ALLAH dan menjauhi segala larangannya.Bersyukur dalam menerima nikmat ALLAH dan bersabar menghadapi ujian hidup.
14.Tawakal iaitu menyerahkan sepenuh hati,ikhlas dan yakin kepada ALLAH bahawa segala hukum ALLAH tetap berlaku dan takdirnya tidak dapat ditolak dan diatasi, dan menambahkan keyakinan untuk mencapai suatu cita-cita dengan izin ALLAH melalui prinsip berusaha dan berikhtiar serta bersabar menghadapi takdir ALLAH.


Pengertian Tawadhu’ adalah rendah hati, tidak sombong. Pengertian yang lebih dalam adalah kalau kita tidak melihat diri kita memiliki nilai lebih dibandingkan hamba Allah yang lainnya. Orang yang tawadhu’ adalah orang menyadari bahwa semua kenikmatan yang didapatnya bersumber dari Allah SWT.  Yang dengan pemahamannya tersebut maka tidak pernah terbersit sedikitpun dalam hatinya kesombongan dan merasa lebih baik dari orang lain, tidak merasa bangga dengan potrensi dan prestasi yang sudah dicapainya. Ia tetap rendah diri dan selalu menjaga hati dan niat segala amal shalehnya dari segala sesuatu selain Allah. Tetap menjaga keikhlasan amal ibadahnya hanya karena Allah.
Tawadhu ialah bersikap tenang, sederhana dan sungguh-sungguh menjauhi perbuatan takabbur (sombong), ataupun sum’ah ingin diketahui orang lain amal kebaikan kita.
Tawadhu merupakan salah satu bagian dari akhlak mulia, jadi sudah selayaknya kita sebagai umat muslim bersikap tawadhu, karena tawadhu merupakan salah satu akhlak terpuji yang wajib dimiliki oleh setiap umat islam. Perhatikan sabda Nabi SAW berikut ini : 

Rasulullah SAW bersabda: yang artinya "Tiada berkurang harta karena sedekah, dan Allah tiada menambah pada seseorang yang memaafkan melainkan kemuliaan. Dan tiada seseorang yang bertawadhu kepada Allah, melainkan dimuliakan (mendapat izzah) oleh Allah. (HR. Muslim).
                                                                                                            
Iyadh bin Himar ra. berkata: Bersabda Rasulullah SAW: "Sesungguhnya Allah SWT telah mewahyukan kepadaku: "Bertawadhulah hingga seseorang tidak menyombongkan diri terhadap lainnya dan seseorang tidak menganiaya terhadap lainnya.(HR. Muslim).

Rasulullah SAW  bersabda,    “Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan manusia.” (HR. Muslim)

Ibnu Taimiyah, seorang ahli dalam madzhab Hambali menerangkan dalam kitabnya, Madarijus Salikin bahwa tawadhu ialah menunaikan segala yang haq dengan bersungguh-sungguh, taat menghambakan diri kepada Allah sehingga benar-benar hamba Allah, (bukan hamba orang banyak, bukan hamba hawa nafsu dan bukan karena pengaruh siapa pun) dan tanpa menganggap dirinya tinggi.

Tanda orang yang tawadhu’ adalah disaat seseorang semakin bertambah ilmunya maka semakin bertambah pula sikap tawadhu’ dan kasih sayangnya. Dan semakin bertambah amalnya maka semakin meningkat pula rasa takut dan waspadanya. Setiap kali bertambah usianya maka semakin berkuranglah ketamakan nafsunya. Setiap kali bertambah hartanya maka bertambahlah kedermawanan dan kemauannya untuk membantu sesama. Dan setiap kali bertambah tinggi kedudukan dan posisinya maka semakin dekat pula dia dengan manusia dan berusaha untuk menunaikan berbagai kebutuhan mereka serta bersikap rendah hati kepada mereka.. Ini karena orang yang tawadhu menyadari akan segala nikmat yang didapatnya adalah dari Allah SWT, untuk mengujinya apakah ia bersykur atau kufur.

Perhatikan firman Allah berikut ini : "Ini termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barangsiapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barangsiapa yang ingkar, maka sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya lagi Maha Mulia." (QS. An Naml: 40).”

Berikut beberapa ayat-ayat Al Quran yang menegaskan perintah Allah SWT untuk senantiasa bersikap tawadhu’ dan menjauhi sikap sombong, sebagai berikut :

 ”Dan janganlah kalian berjalan di atas bumi ini dengan menyombongkan diri, karena kalian tidak akan mampu menembus bumi atau menjulang setinggi gunung” (QS al-Isra-37). 

Firman Allah SWT lainnya: ”Negeri akhirat itu Kami jadikan untuk orang-orang yang tidak menginginkan kesombongan di muka bumi dan kerusakan di (muka) bumi. Dan kesudahan (yang baik) itu adalah bagi orang-orang yang bertakwa (QS al-Qashshash-83.)

Dan hamba-hamba Tuhan yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan.(QS. Al Furqaan: 63)

Tidak diragukan lagi bahwa Sesungguhnya Allah mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka lahirkan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong. (QS: an-Nahl: 23)

Sesungguhnya orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan menyombongkan diri terhadapnya, sekali-kali tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langitdan tidak (pula) mereka masuk surga, hingga unta masuk ke lubang jarum. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat kejahatan. (QS: al-Araf: 40)

Dan apabila dikatakan kepadanya: "Bertakwalah kepada Allah", bangkitlah kesombongannya yang menyebabkannya berbuat dosa. Maka cukuplah (balasannya) neraka Jahannam. Dan sungguh neraka Jahannam itu tempat tinggal yang seburuk-buruknya. (QS.Al-Baqarah : 206)

 
Berikut  beberapa contoh Ketawadhu’an Rasulullah SAW

1.      Anas ra jika bertemu dengan anak-anak kecil maka selalu mengucapkan salam pada mereka, ketika ditanya mengapa ia lakukan hal tersebut ia menjawab: Aku melihat kekasihku Nabi SAW senantiasa berbuat demikian. (HR Bukhari, Fathul Bari’-6247).

2.      Dari Anas ra berkata: Nabi SAW memiliki seekor unta yang diberi nama al-’adhba` yang tidak terkalahkan larinya, maka datang seorang ‘a’rabiy dengan untanya dan mampu mengalahkan, maka hati kaum muslimin terpukul menyaksikan hal tersebut sampai hal itu diketahui oleh nabi SAW, maka beliau bersabda: Menjadi haq Allah jika ada sesuatu yang meninggikan diri di dunia pasti akan direndahkan-Nya. HR Bukhari (Fathul Bari’-2872).

3.      Abu Said al-Khudarii ra pernah berkata: Jadilah kalian seperti Nabi SAW, beliau SAW menjahit bajunya yang sobek, memberi makan sendiri untanya, memperbaiki rumahnya, memerah susu kambingnya, membuat sandalnya, makan bersama-sama dengan pembantu-pembantunya, memberi mereka pakaian, membeli sendiri keperluannya di pasar dan memikulnya sendiri ke rumahnya, beliau menemui orang kaya maupun miskin, orang tua maupun anak-anak, mengucapkan salam lebih dulu pada siapa yang berpapasan baik tua maupun anak, kulit hitam, merah, maupun putih, orang merdeka maupun hamba sahaya sepanjang termasuk orang yang suka shalat.
Dan beliau SAW adalah orang yang sangat rendah hati, lembut perangainya, dermawan luar biasa, indah perilakunya, selalu berseri-seri wajahnya, murah senyum pada siapa saja, sangat tawadhu’ tapi tidak menghinakan diri, dermawan tapi tidak berlebih-lebihan, mudah iba hatinya, sangat penyayang pada semua muslimin. Beliau SAW datang sendiri menjenguk orang sakit, menghadiri penguburan, berkunjung baik mengendarai keledai maupun berjalan kaki, mengabulkan undangan dari para hamba sahaya siapapun dan dimanapun. Bahkan ketika kekuasaannya SAW telah meliputi jazirah Arabia yang besar datang seorang ‘A’rabiy menghadap beliau SAW dengan gemetar seluruh tubuhnya, maka beliau SAW yang mulia segera menghampiri orang tersebut dan berkata: Tenanglah, tenanglah, saya ini bukan Raja, saya hanyalah anak seorang wanita Quraisy yang biasa makan daging kering. (HR Ibnu Majah-3312 dari abu Mas’ud al-Badariiy)

Berbicara lebih jauh tentang tawadhu’, sebenarnya tawadhu’ sangat diperlukan bagi siapa saja yang ingin menjaga amal shaleh atau amal kebaikannya, agar tetap tulus ikhlas, murni dari tujuan selain Allah.  Karena memang tidak mudah menjaga keikhlasan amal shaleh atau amal kebaikan kita agar tetap murni, bersih dari tujuan selain Allah. Sungguh sulit menjaga agar segala amal shaleh dan amal kebaikan yang kita lakukan tetap bersih dari tujuan selain mengharapkan ridha-Nya. Karena sangat banyak godaan yang datang, yang selalu berusaha mengotori amal kebaikan kita. Apalagi disaat pujian dan ketenaran mulai datang menghampiri kita, maka terasa semakin sulit bagi kita untuk tetap bisa menjaga kemurnian amal shaleh kita, tanpa terbesit adanya rasa bangga dihati kita. Disinilah sangat diperlukan tawadhu’ dengan menyadari sepenuhnya, bahwa sesungguhnya segala amal shaleh, amal kebaikan yang mampu kita lakukan, semua itu adalah karena pertolongan dan atas ijin Allah SWT.

Tawadhu’ juga mutlak dimiliki bagi para pendakwah yang sedang berjuang meninggikan Kalimatullah di muka bumi ini, maka sifat tawadhu mutlak diperlukan untuk kesuksesan misi dakwahnya. Karena bila tidak, maka disaat seorang pendakwah mendapatkan pujian, mendapatkan banyak jemaah, dikagumi orang dan ketenaran mulai menghampirinya, tanpa ketawadhu’an, maka seorang pendakwah pun tidak akan luput dari berbangga diri atas keberhasilannya.
Hubungan rukun iman dan Rukun Islam
Iman berasal dari kata amana artinya percaya atau menerima, lawan katanya adalah kafara artinya menolak atau menutupi. Orang yang percaya atau menerima kebenaran, disebut mukmin. Kumpulan orang yang beriman disebut mukmin. Orang yang menolak atau menutupi dari kebenaran , disebut kafir, kumpulan orang-orang yang menolak kebenaran disebut kafirin.
Dalam alquran kata amana dan kafara ditulis dalam satu ayat yang artinya :
“maka ada diantara mereka yang percaya (menerima) dan pula yang menolak (menutup)” (QS al-baqarah {2}:253)
Menurut alquran , seseorang dikatan mukmin apabila dia beriman kepada allah, melaikatnya , kitabnya , rasulnya, hari akhir dan ketentuannya. Urutan ini kemudian disebut arkanu aliman (rukun iman).
Al-slam adalah system kehidupan yang harus diwujudkan dalam kehidupan nyata. Perwujudan islam diawali dari pelaksanaan syahadatain, kemudian penegakkan (aqiimu) shalat, pengelolaan (aatu) zakat, pelaksanaan shaum. Urutan atau tahapan ini kemudian disebut arkanu al-islam(rukun islam).
Hubungan rukun iman dan rukun islam tampaknya terpresentsikan dalam hadits yang diriwayatkan ibn majah yaitu: “iman itu dipahami oleh hati, diucapkan oleh lisan , dan dikerjakan oleh perbuatan.(HR ibn majah).
Menurut abu Hanifah(w.80 H), iman yaitu berikrar dengan lisan dan meyakini dengan hati, ikrar semata bukanlah iman. Karena orang munafik juga berikrar tapi tidak yakin.”sedangkan menurut imam syafi’I, iman itu ucapan dan amal , ucapan bagian amal.
Sesuatu yang dibenarkan oleh hati adalah suatu keyakinan yang utuh yaitu yang terdapat pada rukun iman. Sesuatu yang diikrarkan oleh lisan adalah syahadatain. Sesuatu yang dilakukan dengan amal adalah rukun islam yang kedua hingga rukun islam yang kelima.
Jadi, iman itu akan terwujud apabila dilanjutkan dengan melaksanakan rukun islam. Iman tanpa islam tidak bermakna apa-apa. Surga hanya diberikan allah kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh. Amal shaleh adalah pelaksanaan syariat islam, yang tersruktur dalam arkan al-islam.
Diposkan oleh blognya ana di 06:31

Islam adalah syariat, iman adalah aqidah, ihsan adalah penghayatan
Semuanya ini, sudahkah diperjuangkan dalam semua aspek kehidupan?
Hingga Islam kelihatan cantik, indah, bahagia, tenang, harmoni,
selamat dan menyelamatkan
Hingga orang yang bukan Islam rasa senang dan tenang
berada dalam masyarakat Islam
Semua ini memerlukan jawaban agar tidak mengelirukan
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar