Selasa, 01 Mei 2012

mts 4

Nabi Muhammad tidak dilahirkan hanya menjadi sebagai seorang nabi atau rasul saja. Tapi juga sebagai seorang panglima perang, pejuang, dan diplomat sejati. Dalam berdakwah menyebarkan agama islam di tenga umat manusia, khususnya di Mekkah dan Madinah Nabi senantiasa menekankan pada perdamaian, kasih sayang, tolong-menolong dan saling membantu. Sebagaimana firman Allah dalam QS. Al-Anbiya’ ayat 107:
     
“Dan Tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam”.
Berdasarkan penafsiran para ulama ahli tafsir yang terpercaya, beberapa faedah yang dapat kita ambil dari ayat ini adalah:
1. Di utusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam sebagai Rasul Allah adalah bentuk kasih sayang Allah kepada seluruh manusia.
2. Seluruh manusia di muka bumi diwajibkan memeluk agama Islam.
3. Hukum-hukum syariat dan aturan-aturan dalam Islam adalah bentuk kasih sayang Allah Ta’ala kepada makhluk-Nya.
4. Seluruh manusia mendapat manfaat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam
5. Rahmat yang sempurna hanya didapatkan oleh orang yang beriman kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam
6. Orang yang beriman kepada ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, membenarkan beliau serta taat kepada beliau, akan mendapatkan kebahagiaan di dunia dan akhirat.
7. Orang kafir yang memerangi Islam juga mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, yaitu dengan diwajibkannya perang melawan mereka. Karena kehidupan mereka didunia lebih lama hanya akan menambah kepedihan siksa neraka di akhirat kelak.
8. Orang kafir yang terikat perjanjian dengan kaum muslimin juga mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Yaitu dengan dilarangnya membunuh dan merampas harta mereka.
9. Secara umum, orang kafir mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam berupa dihindari dari adzab yang menimpa umat-umat terdahulu yang menentang Allah. Sehingga setelah diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam, tidak akan ada kaum kafir yang diazab dengan cara ditenggelamkan seluruhnya atau dibenamkan ke dalam bumi seluruhnya atau diubah menjadi binatang seluruhnya.
10. Orang munafik yang mengaku beriman di lisan namun ingkar di dalam hati juga mendapat rahmat dengan diutusnya Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam. Mereka mendapat manfaat berupa terjaganya darah, harta, keluarga dan kehormatan mereka. Mereka pun diperlakukan sebagaimana kaum muslimin yang lain dalam hukum waris dan hukum yang lain. Namun di akhirat kelak Allah akan menempatkan mereka di dasar neraka Jahannam.
11. Pengutusan Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi Wa sallam menjadi rahmat karena beliau telah memberikan pencerahan kepada manusia yang awalnya dalam kejahilan dan memberikan hidayah kepada manusia yang awalnya berada dalam kesesatan berupa peribadatan kepada selain Allah. .
Para Rasul sebelum Nabi Muhammad hanyalah diutus oleh Allah untuk satu kaum atau daerah (negeri) yang tertentu saja lagi pula khusus untuk memenuhi kepentingan kaum dan penduduk yang bersangkutan saja. Akan tetapi tugas dan misi yang dibawa oleh Rasulullah saw. sebagai nabi akhir zaman yang tidak ada nabi sesudah beliau, ialah menciptakan suatu kesatuan umat/bangsa-bangsa dengan tujuan menggalang persatuan umat sejagat, yang sekaligus merupakan Rahmatan Lil ‘Aalamiin (rahmat bagi semesta alam).
Selanjutnya bentuk/sasaran rahmat Rasulullah untuk alam semesta, yang sekaligus menggambarkan fungsi/amanat yang beliau emban adalah sebagai berikut:
1. Rasulullah Muhammad saw. adalah sebagai seorang guru dan pelindung
Sebagaimana yang ditegaskan oleh Allah dalam Al Qur’an surat Ali Imran ayat 164: “Sungguh Allah telah memberi karunia kepada orang-orang yang beriman ketika Allah mengutus di antara mereka seorang Rasul dan golongan mereka sendiri yang membacakan kepada mereka ayat-ayat Allah, membersihkan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab dan hikmah”.
2. Rasulullah Muhammad saw. adalah sebagai komentator isi kandungan Al Qur’an
Sebagaimana firman Allah dalam surat An Nahl ayat 44: “Dan Kami turunkan kepadamu (Al Quran) agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka dan supaya mereka dapat berfikir”.
3. Rasulullah Muhammad saw. adalah sebagai pemimpin
Sebagaimana yang ditegaskan sendiri oleh Allah swt. dalam Al Qur’an surat Al Anfaal ayat 20: “Hai orang-orang yang beniman taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya (yakni kepada Nabi Muhammad) dan janganlah kamu berpaling daripada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)“.
4. Rasulullah Muhammad saw. adalah sebagai pemegang undang-undang
Sebagaimana yang ditegaskan sendiri oleh Allah swt. dalam Al Qur’an surat Al Hadid ayat 7: “Berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya dan nafkahkanlah sebagian dan hartamu yang telah dikaruniakan Allah kepadamu menguasainya. Maka orang-orang yang beriman yang menafkahkan sebagian hartanya itu akan memperoleh pahala yang besar”.
5. Rasulullah Muhammad saw. sebagai penegak keadilan
Dalam hal ini Allah telah menegaskan dalam Al Qur’an surat An Nisa’ ayat 105: ”Sesungguhnya Kami ielah menurunkan kitab (Al Qur’an) kepadamu (Muhammad) dengan membawa kebenaran, supaya kamu (dapat) mengadili antara manusia dengan apa yang diwahyukan Alla kepadamu dan janganlah kamu menjadi penantang karena (membela) orang-orang yang khianat “.
6. Rasulullah Muhamad saw. adalah sebagai penguasa, kepemimpinan dalam suatu pemerintahan
Sebagaimana firman Allah dalam surat An Nisa’ ayat 59: “Hai orang-orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul-Nya dan Ulil Amri (pejabat pemerintahan) di antara kamu. Jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah persoalan itu kepada Allah (Al Qur’an) dan Rasul (sunnah-nya), kalau kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian”.
7. Rasulullah Muhammad saw. sebagai pembawa berita gembira dan pemberi peringatan
Sebagaimana firman Allah dalam surat Al Ahzaab ayat 45-47: “Hai Nabi! Sesungguhnya Kami utus engkau (Muhammad) untuk menjadi saksi, pembawa berita gembira dan pemberi peringatan dan untuk menjadi penyeru kepada agama Allah dengan izin-Nya dan untuk menjadi cahaya yang menerangi”.
8. Rasulullah Muhammad saw. adalah sebagai pelaksana/penegak amar ma’ruf dan nahi munkar.
Sebagaimana yang telah ditegaskan oleh Allah dalam Al Qur’an surat Al-A’raaf ayat 157: “(Rasul) memerintahkan mereka mengerjakan yang ma ‘ruf dan melarang mengerjakan yang munkar, menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk”.
Begitu risalah yang diemban oleh Nabi Muhammad saw. yang meliputi segala bidang, bahan ajarannya itu berlaku untuk seluruh bangsa-bangsa di dunia ini dan fungsinya yang menjangkau segala sektor masyarakat. Dengan demikian jelaslah bahwa tugas (misi) Muhammad saw. itu menjadi Rahmatan Lil ’Aalamiin (pembawa rahmat untuk semesta alam).
No related posts.


Pada bulan Rabiul Awwal ini, seperti tahun-tahun sebelumnya, umat Islam di berbagai belahan dunia, kembali akan memperingati hari kelahiran (maulid) Nabi Muhammad Saww. Mengapa umat Islam merasa perlu untuk memperingati hari kelahiran Nabi, padahal seperti umumnya kita ketahi Nabi Saww tidak memerintahkannya ?
Ada beberapa versi sejarah mengenai kapan maulid Nabi diperingati orang. Sayyid Rasyid Ridha, misalnya, mengatakan bahwa orang pertama yang mengadakan pertemuan untuk membacakan sejarah maulud (kelahiran) Nabi adalah salah satu dari raja Syakas di Mesir. Menurut beberapa keterangan lainnya, orang pertama yang mengadakan maulud di Mesir adalah kekhalifahan Fathimiyyah. Namun ada juga pandangan lain yang menyatakan bahwa perhatian terhadap hari-hari besar, telah dimulai sejak masa Nabi Saww., oleh Rasulullah Saww. sendiri.
Apapun versi yang kita ikuti barangkali tidak terlalu penting untuk diperdebatkan. Namun, ada sau hal yang kiranya perlu kita tekankan dan kedepankan, bahwa kelahiran Nabi sesungguhnya merupakan salah satu rahmat terbesar yang telah dilimpahkan Allah Swt atas alam dan umat manusia keseluruhannya.
 
Manusia Rahmat
Allah Swt menyatakan bahwa Nabi Muhammad Saww diutus sebagai "rahmat bagi alam semesta" (QS Al-Anbiya, 21 : 107). Annemarie Schimmel dalam Dan Muhammad adalah utusan Allah, mengatakan : "kalimat-kalimat Alquran semacam itu merupakan dasar bagi pemuliaan Muhammad yang jauh melampaui penghormatan yang biasanya diberikan kepada seorang Nabi, dan bahkan kini kaum Muslim yang taat tidak akan pernah menyebutkan sesuatu yang dimiliki oleh atau berkaitan dengan Nabi tanpa menambahkan atribut syarif ("mulia")."
Apa yang diungkapkan Schimmel itu amat menggugah hati dan keingintahuan lebih mendalam tentang pribadi Rasul mulia itu. Di samping ayat yang dikutip di atas, bertebaran ayat-ayat lain di dalam Alquran yang menunjukkan ketinggian pribadi dan kemuliaan akhlak Nabi. Salah satu ayat paling populer yang sring dibaca orang dalam berbagai kesempatan adalah : "Sesungguhnya Allah dan para malaikat bershalawat atas Nabi. Hai orang-orang yang beriman, ucapkanlah shalawat dan salam kepadanya dengan sempurna." (QS Al-Ahzab, 33 : 56).
Salah satu makna shalawat adalah "rahmat". Jadi, ketika Allah bershalawat kepada Nabi mengandung arti bahwa Dia senantiasa mencurahkan rahmat-Nya kepada Nabi. Dengan demikian, Nabi Muhammad dapat disebut sebagai "manusia rahmat", karena dalam dirinya selalu tercurah rahmat Allah dan kemudian rahmat tersebut Dia sebarkan bagi seluruh umat manusia. Sehingga, dengan demikian, layaklah kalau beliau disebut sebagai pembawa "rahmat bagi semesta alam".
Sementara itu, agar manusia dapat menyerap rahmat Nabi, tidak ada jalan lain kecuali dengan mencintai dan mengikuti teladan beliau. Untuk menanamkan kecintaan kepada Nabi, maka kita pun diperintahkan pula oleh Allah untuk bershalawat kepadanya. Jadi, shalawat atas Nabi merupakan sarana bagi kita untuk menerima curahan rahmat Allah sebagai konsekwensi dari keimanan kepada Allah dan Nabi-Nya. Adapun rahmat terbesar yang diberikan Allah kepada Nabi dinyatakan dalam firman-Nya : "Dan kamu tidak pernah mengharap agar Alquran diturunkan kepadamu, tetapi ia (diturunkan) karena suatu rahmat yang besar dari Tuhanmu, sebab itu janganlah kamu sekali-kali menjadi penolong bagi orang-orang kafir." (QS Al-Qashash, 28 : 86). Jadi, kecintaan kita kepada Nabi agar memperoleh rahmat Allah, pertama-tama harus ditujukan kepada kecintaan dan keterikatan kita pada Alquran. Dan, untuk dapat mengikuti Alquran mestilah mengikuti Nabi. Karena, seperti dinyatakan dalam hadis, akhlak Nabi adalah Alquran. Ini mengandung arti bahwa seluruh kepribadian Nabi merupakan gambaran hidup dari Alquran, dan dengan demikian ini merupakan bentuk konkret dari pengamalan ajaran Islam.
Berikutnya, kecintaan kepada Nabi dan risalah yang di bawahnya harus diikuti dengan kecintaan kepada keluarga Nabi (Ahlul Bait). Alquran mengatakan, "katakan (hai Muhammad), ‘Tidaklah aku meminta upah atas seruanku, melainkan kecintaan kepada keluargaku.’" (QS Asy-Syura, 42 : 23). Ahlul bait Nabi merupakan pasangan dari Alquran. Kesucian mereka dijamin oleh Allah (QS.33:33), sehingga mereka menjadi tolak ukur dalam pengalaman ajaran Alquran dan sunnah Nabi. Oleh karena itulah Nabi saww. bersabda: "Cintailah Allah atas limpahan nikmat-Nya kepadamu. Cintailah aku karena kecintaanmu kepada Allah. Dan cintai ahlil bait-ku karena kecintaan kepadaku." (Bihar Al-Anwar 70: 14). Mengomentari hadis ini Jalaluddin Rakhmat dalam "Membuka Tirai Kegaiban: Renungan-renungan Sufistik" mengatakan, "Inilah logika keicnaan yang agung. Dari kecintaan kepada Allah, kita mencintai Rasulullah. Dari kecintaan kepada Rasulullah, kita mencintai keluarganya. Dari kecintaan kepada keluarganya, kita akan mencintai apa yang mereka cintan."
Alquran dan ahlul bait adalah dua rahmat Allah yang ditinggalkan Nabi kepada kita untuk dijadikan pegangan hidup yang akan menuntun manusia pada jalan keselamatan. Melalui Alquran kita dapatkan kebenaran ajaran dan risalah ilahiah yang dibawa Rasulullah, dan melalui ahlul bait Nabi kita dapatkan contoh nyata penerapan ajaran Alquran dan Sunnah Nabi secara benar dan konsekwen.
Dengan demikian, ari dan makna maulid Nabi bagi umat Islam adalah sebagai saana untuk memupuk dan menanamkan kecintaan kepada Nabi dengan mengingat kembali sejarah perjuangan beliau dan meneladani akhlak serta kepribadian beliau, melalui dua pusaka yang ditinggalkannya: Alquran dan ahlul bait.
 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar