Bosan merupakan masalah yang selalu terjadi dimana-mana dan orang selalu  berusaha menghindarinnya. Bosan terjadi jika seseorang selalu melihat,  merasakan, mengalami peristiwa yang sama secara berulang-ulang, bertemu  dengan hal-hal yang “itu-itu” saja dan tidak ada sesuatu yang  diharapkan. Begitu juga dengan proses pembelajaran atau pengajaran oleh  guru. Jika guru tidak pandai mengadakan variasi pengajaran tentunya  peserta didik akan mengalami kejenuhan atau kebosanan. Menurut Hasibuan  (1986:64), faktor kebosanan yang disebabkan oleh adanya penyajian  kegiatan belajar yang begitu-begitu saja akan mengakibatkan perhatian,  motivasi, dan minat siswa terhadap pelajaran, guru, dan sekolah menurun.  Untuk itu diperlukan adanya keanekaragaman dalam penyajian kegiatan  belajar. Pada penjelasan selanjutnya akan dijelaskan variasi-variasi  yang dilakukan guru dalam proses pengajaran yang bertujuan agar siswa  tidak mengalami kebosanan dalam menerima pelajaran.
Menggunakan  variasi diartikan sebagai perbuatan guru dalam konteks proses belajar  mengajar yang bertujuan mengatasi kebosanan siswa, sehingga dalam proses  belajarnya siswa senantiasa menunjukkan ketekunan, keantusiasan, serta  berperan secara aktif (Hasibuan, 1986:64). Variasi adalah keanekaan yang  membuat sesuatu tidak monoton dan begitu saja. Variasi di dalam  kegiatan pembelajaran dapat menghilangkan kebosanan, meningkatkan minat  dan keingintahuan siswa, melayani gaya belajar siswa yang beragam, serta  meningkatkan kadar keaktifan siswa.
Dari definisi di atas, bisa  ditarik kesimpulan bahwa variasi gaya mengajar adalah pengubahan tingkah  laku, sikap dan perbuatan guru dalam kontek belajar mengajar yang  bertujuan untuk mengatasi kebosanan siswa, sehingga siswa memiliki minat  belajar yang tinggi terhadap pelajarannya. Dan ini bisa dibuktikan  melalui ketekunan, antusiasme, keaktifan mereka dalam belajar dan  mengikuti pelajarannya di kelas. Anak tidak bisa dipaksakan untuk terus  menerus memusatkan perhatiannya dalam mengikuti pelajarannya, apalagi  jika guru saat mengajar tanpa menggunakan variasi alias monoton yang  membuat siswa kurang perhatian, mengantuk, dan mengalami kebosanan.
Dalam  keterampilan mengadakan variasi proses belajar mengajar, pada dasarnya  dapat diklasifikasikan menjadi tiga aspek penggunaan variasi sebagai  berikut.
1.Variasi gaya mengajar
Agar anak tidak mengalami  kebosanan dalam belajar maka guru dapat melakukan variasi dalam gaya  mengajar. Dalam memberi gaya mengajar ini guru dapat melakukan dengan  cara variasi suara, pemusatan perhatian (penekanan), kesenyapan, kontak  pandang, gerakan anggota badan dan pindah posisi. Variasi gaya mengajar  ini akan dijelaskan lebih lanjut.
2.Variasi penggunaan media dan bahan pengajaran
Tiap  anak didik memiliki kemampuan indra yang tidak sama baik pendengaran  maupun penglihatannya demikian juga kemampuan berbicara. Ada yang lebih  senang membaca, ada yang lebih mendengarkan, ada yang suka mendengarkan  dulu baru membaca dan sebaliknya. Dengan variasi penggunaan media,  kelemahan indra yang dimiliki tiap anak didik dapat dikurangi. Untuk  menarik perhatian anak didik misalnya, guru dapat memulai berbicara  lebih dulu, kemudian menulis di papan tulis dilanjutkan dengan melihat  contoh kongkrit. Dengan variasi seperti itu dapat memberi stimulus  terhadap indra anak didik.
Menurut Faried (2009), media dan alat  pengajaran bila ditinjau dari indera yang digunakan dapat digolongkan ke  dalam tiga bagian, yakni media yang dapat didengar, dilihat, dan  diraba. Adapun variasi penggunaan alat antara lain: variasi alat atau  bahan yang dapat dilihat (visual aids), variasi alat atau bahan yang  dapat didengar (auditif aids), variasi alat atau bahan yang dapat diraba  (motorik), dan variasi alat atau bahan yang dapat didengar, dilihat dan  diraba (audio visual aids)
Sejalan dengan penjelasan yang telah  diungkapkan di atas, ada tiga variasi penggunaan media Menurut Syaiful  Bahri Djamarah (dalam Abied, 2009), yaitu:
a.Media Pandang 
Penggunaan  media pandang dapat diartikan sebagai penggunaan alat dan bahan ajaran  khusus untuk komunikasi, seperti buku, majalah, globe, majalah dinding,  film, film strip, TV, recorder, gambar grafik, dan lain-lain. 
b.Variasi Media Dengar 
Media  dengar yang dapat dipakai adalah pembicaraan anak didik, rekaman bunyi  dan suara, rekaman musik, rekaman drama, wawancara yang semuanya itu  dapat memiliki relevansi dengan pelajaran.
c.Variasi Media Taktil 
Variasi  media taktil adalah penggunaan media yang memberi kesempatan kepada  anak didik untuk menyentuh dan memanipulasi benda atau bahan ajaran.
Dengan  penggunaan media yang bervariasi tersebut dapat meningkatkan semangat  siswa untuk belajar dan tentunya dapat mengurangi tingkat kebosanan  siswa pada saat penyampaian materi oleh guru. Maka dari itu penggunaan  media dan bahan pengajaran harus lebih disiapkan oleh guru agar tujuan  pembelajaran dapat tercapai secara optimal.
3.Variasi pola interaksi 
Pola  interaksi yang terjalin antara guru dengan siswanya merupakan kegiatan  yang sering dijumpai dalam proses pengajaran. Guru yang baik adalah guru  yang memberikan kesempatan anak didiknya untuk mengutarakan  pendapatnya. Untuk merangsang siswa agar aktif untuk mengutarakan  pendapat atau bertanya tersebut, perlu diadakan variasi pola interaksi  antara guru dengan siswa.
Variasi dalam pola interaksi antara guru  dengan anak didik memiliki rentangan yang bergerak dari dua kutub (dalam  Abied, 2009), yaitu:
a.Anak didik bekerja atau belajar secara bebas tanpa campur tangan dari guru.
b.Anak didik mendengarkan dengan pasif. Situasi didominasi oleh guru dimana guru berbicara kepada anak didik. 
Diantara  dua kutub itu banyak kemungkinan dapat terjadi. Misalnya, guru  berbicara dengan sekelompok kecil anak didik melalui pengajuan beberapa  pertanyaan atau guru berbincang dengan anak didik secara individual,  atau guru menciptakan situasi sedemikian rupa sehingga antar anak didik  dapat saling tukar pendapat melalui penampilan diri, demonstrasi, atau  diskusi.
Menurut Yamin (2008:173), interaksi antara siswa dan guru  adalah proses komunikasi yang dilakukan secara timbal balik dalam  menyampaikan pesan (message) kepada siswa. Interaksi yang dimaksud tidak  terlepas dari unsur komunikasi, yakni melibatkan komponen komunikator,  komunikan, pasan, dan media. Keempat unsur ini akan melahirkan umpan  balik yang disebut interaksi.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar