Selasa, 14 Februari 2012

teori pendidikan 2

TEORI PENDIDIKAN

1.  Teori pendidikan menurut aliran Empirisme
Aliran  empirisme  merupakan  aliran  yang  mementingkan  stimulasi  eksternal
dalam  perkembangan  manusia.  Aliran  ini  mengatakan  bahwa  perkembangan  anak
tergantung  pada  lingkungan,  sedangkan  pembawaan  anak  yang  dibawa  semenjak  lahir
tidak dianggap penting.
Tokoh utama aliran ini adalah John Lock seorang filsuf dari Inggris. Teori aliran
ini mengatakan bahwa anak yang lahir ke dunia dapat diumpamakan seperti kertas putih
yang  kosong  dan  yang  belum  ditulisi, atau lebih dikenal dengan istilah “Tabularsa” (a
blank sheet of paper). Menurut aliran ini anak-anak yang lahir ke dunia tidak mempunyai
bakat dan pembawaan apa-apa seperti kertas putih yang polos. Oleh karena itu anak-anak
dapat  dibentuk  sesuai  dengan  keinginan  orang  dewasa  yang  memberikan  warna
pendidikannya. 
Menurut  pandangan  Empirisme  (enviromentalisme),  pendidikan  memegang
peranan  penting,  sebab  pendidikan  menyediakan  lingkungan  yang  sangat  ideal  kepada
anak-anak.  Lingkungan itu akan diterima  anak sebagai sejumlah pengalaman  yang telah
disesuaikan dengan tujuan pendidikan. 

2.  Teori pendidikan menurut aliran Nativisme 
Tokoh  utama  aliran  Nativisme  adalah  seorang  filsuf  Jerman  bernama
Schopenhauer.  Teori  aliran  ini  mengatakan  bahwa  anak-anak  yang  lahir  ke  dunia  sudah
memiliki  pembawaan  atau  bakatnya  yang  akan  berkembang  menurut  arahnya  masing-masing.  Pembawaan  tersebut  ada  yang  baik  dan  ada  yang  buruk.  Oleh  karena  itu
perkembangan anak tergantung dari pembawaan sejak lahir dan keberhasilan pendidikan
anak ditentukan oleh anak itu sendiri. 
Pendidikan yang tidak sesuai dengan bakat dan pembawaan anak didik tidak akan
berguna  untuk  perkembangan  anak  itu  sendiri.  Nativisme  menekankan  kemampuan
dalam  diri  anak  sehingga  faktor  lingkungan,  termasuk  faktor  pendidikan  kurang
berpengaruh terhadap pendidikan anak.
Menurut  teori  ini  anak  tumbuh  dan  berkembang  tidak  dipengaruhi  oleh
lingkungan  pendidikan  baik  lingkungan  sekitar  yang  ada  maupun  lingkungan  yang
direkayasa  orang  dewasa  yang  disebut  sebagai  pendidikan.  Oleh  karena  itu  anak  akan
berkembang sesuai dengan pembawaannya bukan oleh kekuatan-kekuatan dari luar.

3.  Teori pendidikan menurut aliran Konvergensi
Konvergensi  artinya  pertemuan.  Pelopor  aliran  ini  adalah  William  Stern  seorang
ahli  ilmu  jiwa  berkebangsaan  Jerman.  Teori  ini  mengatakan  bahwa  seseorang  terlahir
dengan  pembawaan  baik  dan  juga  pembawaan  buruk.  Bakat  dan  pembawaan  yang
dibawa  sejak  lahir  tidak  akan  berkembang  dengan  baik  tanpa  adanya  lingkungan  yang
sesuai  dengan  perkembangan  bakat  dan  pembawaan  tersebut.  Dengan  demikian  paham/
aliran  teori  ini  menggabungkan  antara  pembawaan  sejak  lahir  dan  lingkungannya  yang
menyebabkan anak mendapatkan pengalaman. 
William Stern menjelaskan pemahamannya tentang pentingnya pembawaan, bakat
dan  lingkungan  itu  dengan  perumpamaan  dua  garis  yang  menuju  satu  titik  pertemuan.
Oleh karena itu teorinya dikenal dengan sebutan konvergensi (memusat ke satu titik).

4.  Teori pendidikan menurut aliran Naturalisme 
Teori  Naturalisme  diungkapkan  oleh  seorang  filsuf  Prancis  bernama  J.J.
Rousseaue.  Teori  ini  mengatakan  bahwa  setiap  anak  yang  baru  lahir  pada  hakikatnya
memiliki pembawaan baik, namun pembawaan baik itu dapat berubah sebaliknya karena
dipengaruhi  oleh  lingkungan.  Lingkungan  tersebut  dapat  berupa  lingkungan  keluarga,
sekolah ataupun masyarakat. Aliran ini juga dikenal sebagai aliran Negativisme. 
“Segala sesuatu adalah baik ketika ia baru keluar dari alam, dan segala sesuatu
menjadi jelek manakala ia sudah berada di tangan manusia ”. Seorang anak dapat tumbuh
dan berkembang menjadi anak yang baik, maka anak tersebut harus diserahkan ke alam.
Kekuatan  alam  akan  mengajarkan  kebaikan-kebaikan  yang  terlahir  secara  alamiah  sejak
kelahiran anak tersebut. Dengan kata lain Rousseaue menginginkan perkembangan anak
dikembalikan  ke  alam  yang  mengembangkan  anak  secara  wajar  karena  hanya  alamlah
yang paling tepat menjadi guru.  

5.  Teori Kognitivisme
Dikembangkan oleh Jean Piaget, seorang psikolog Swiss  yang hidup tahun 1896-1980. Teorinya  memberikan  banyak  konsep  utama  dalam  perkembangan
konsep kecerdasan,  yang  bagi  Piaget,  berarti  kemampuan  untuk  secara  lebih  tepat
merepresentasikan  dunia  dan  melakukan  operasi  logis  dalam  representasi  konsep  yang
berdasar pada kenyataan. 
Teori  ini  membahas  munculnya  dan  diperolehnya skema  tentang  bagaimana
seseorang  mempersepsi  lingkungannya  dalam  tahapan-tahapan  perkembangan,  saat
seseorang memperoleh cara baru dalam merepresentasikan informasi secara mental. Teori
ini  digolongkan  ke  dalam kognitivisme,  yang  berarti,  tidak  seperti  teori nativisme (yang
menggambarkan  perkembangan  kognitif  sebagai  pemunculan  pengetahuan  dan
kemampuan bawaan), teori ini berpendapat bahwa kita membangun kemampuan kognitif
kita  melalui  tindakan  yang  termotivasi dengan  sendirinya  terhadap  lingkungan.  Untuk
pengembangan teori ini, 
6.  Teori Konstruktivisme
Teori  konstruktivisme  adalah  suatu  proses  pembelajaran  yang  mengkondisikan
siswa  untuk  melakukan  proses  aktif  membangun  konsep  baru,  pengertian  baru,  dan
pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang
dan  dikelola  sedemikian  rupa  sehingga  mampu  mendorong  siswa  untuk  mengorganisasi
pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna. 
Teori ini mencerminkan siswa memiliki kebebasan berpikir yang bersifat eklektik,
artinya  siswa  dapat  memanfaatkan  teknik  belajar  apapun  asal  tujuan  belajar  dapat
tercapai. 

7.  Teori Humanistik 
Menurut  Teori  humanistik,  tujuan  belajar  adalah  untuk  memanusiakan  manusia.
\proses  belajar  dianggap  berhasil  jika  si  pelajar  memahami  lingkungannya  dan  dirinya
sendiri.  Siswa  dalam  proses  belajarnya  harus  berusaha  agar  lambat  laun  ia  mampu
mencapai  aktualisasi  diri  dengan  sebaik-baiknya.  Teori  belajar  ini  berusaha  memahami
perilaku belajar dari sudut pandang pelakunya, bukan dari sudut pandang pengamatnya.
Tujuan  utama  para  pendidik  adalah  membantu  siswa  untuk  mengembangkan
dirinya,  yaitu  membantu  masing-masing  individu  untuk  mengenal  diri  mereka  sendiri
sebagai manusia  yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada
dalam  diri  mereka.  Tokoh  penting  dalam  teori  belajar  humanistik  secara  teoritik  antara
lain adalah: Arthur W. Combs, Abraham Maslow dan Carl Rogers.
8.  Teori Behaviorisme
Adalah  teori  belajar  yang  lebih  menekankan  pada  tingkah  laku  manusia.
Memandang  individu  sebagai  makhluk  reaktif  yang  member  respon  terhadap
lingkungan.Pengalaman dan pemeliharaan akan membentuk perilaku mereka.
Ciri  dari  teori  ini  adalah  mengutamakan  unsur-unsur  dan  bagian  kecil,  bersifat
mekanistis,  menekankan  peranan  lingkungan,  mementingkan  pembentukan  reaksi  atau
respon,  menekankan  pentingnya  latihan,mementingkan  mekanisme  hasil
belajar,mementingkan  peranan  kemampuan  dan  hasil  belajar  yang  diperoleh  adalah
munculnya perilaku yang diinginkan. Pada teori belajar ini sering disebut S-R psikologis
artinya  bahwa  tingkah  laku  manusia  dikendalikan  oleh  ganjaran  atau  reward  dan
penguatan  atau  reinforcement  dari  lingkungan.  Dengan  demikian  dalam  tingkah  laku
belajar  terdapat  jalinan  yang  erat  antara  reaksi-reaksi  behavioural  dengan  stimulusnya.
Guru  yang  menganut  pandangan  ini  berpandapat  bahwa  tingkahlaku  siswa  merupakan
reaksi terhadap lingkungan dan tingkah laku adalah hasil belajar. Beberapa tokoh teori ini
adalah Pavlov, Watson, Skinner, Hull, Guthrie dan Thorndike

Tidak ada komentar:

Posting Komentar