Dalam PTK ada 3 (tiga) komponen yang menjadi sasaran utama PTK, yaitu siswa / pembelajaran, guru, dan sekolah. Tiga komponen itulah yang akan menerima manfaat dari PTK.
a. Manfaat bagi siswa dan pembelajaran
Tujuan PTK adalah memperbaiki kualitas proses pembelajaran dengan sasaran akhir memperbaiki hasil belajar siswa, sehingga PTK mempunyai manfaat yang sangat besar dalam meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Dengan adanya pelaksanaan PTK, kesalahan dan kesulitan dalam proses pembelajaran (baik strategi, teknik, konsep, dan lain-lain) akan dengan cepat dapat dianalisis dan didiagnosis, sehingga kesalahan dan kesulitan tersebut tidak akan berlarut-larut. Jika kesalahan yang terjadi dapat segera diperbaiki, maka pembelajaran akan mudah dilaksanakan, menarik, dan hasil belajar siswa diharapkan akan meningkat.
Ini menunjukkan adanya hubungan timbal balik antara pembelajaran dan perbaikan hasil belajar siswa. Keduanya akan dapat terwujud, jika guru memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan PTK.
Selain PTK dapat meningkatkan hasil belajar siswa, PTK yang dilakukan oleh guru dapat menjadi model bagi siswa dalam meningkatkan prestasinya. Guru yang selalu melakukan PTK yang inovatif dan kreatif akan memiliki sikap kritis dan reflektif terhadap hasil belajar yang dicapai siswa. Sikap kristis inilah yang akan dijadikan model bagi siswa untuk terus merefleksi diri sebagaimana yang dilakukan oleh gurunya.
b. Manfaat bagi guru.
Beberapa manfaat PTK bagi guru antara lain:
1. Guru memiliki kemampuan memperbaiki proses pembelajaran melalui suatu kajian yang mendalam terhadap apa yang terjadi dikelasnya. Keberhasilan dalam perbaikan ini akan menimbulkan rasa puas bagi guru, karena Ia telah melakukan sesuatu yang bermanfaat bagi siswanya melalui proses pembelajaran yang dikelolanya.
2. Dengan melakukan PTK, guru dapat berkembang dan meningkatkan kinerjanya secara profesional, karena guru mampu menilai, merefleksi diri, dan mampu memperbaiki pembelajaran yang dikelolanya. Dalam hal ini, guru tidak lagi hanya sebagai seorang praktisi yang sudah merasa puas terhadap apa yang dikerjakan selama ini, namun juga sebagai peneliti dibidangnya yang selalu ingin melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang inovatif dan kreatif.
3. Melalui PTK, guru mendapat kesempatan untuk berperan aktif dalam mengembangkan pengetahuan dan keterampilan sendiri. Guru tidak hanya menjadi penerima hasil perbaikan dari orang lain, namun guru itu sendiri berperan sebagai perancang dan pelaku perbaikan tersebut, sehingga diharapkan dapat menghasilkan teori-teori dan praktik-praktik pembelajaran.
4. Dengan PTK, guru akan merasa lebih percaya diri. Guru yang selalu merefleksi diri, melakukan evaluasi diri, dan menganalisis kinerjanya sendiri di dalam kelas, tentu saja akan selalu menemukan kekuatan, kelemahan, dan tantangan pembelajaran dan pendidikan masa depan, dan mengembangkan alternatif pemecahan masalah / kelemahan yang ada pada dirinya dalam pembelajaran. Guru yang demikian adalah guru yang memiliki kepercayaan diri yang kuat.
c. Manfaat bagi sekolah Sekolah yang para gurunya memiliki kemampuan untuk melakukan perubahan atau perbaikan kinerjanya secara profesional, maka sekolah tersebut akan berkembang pesat. Ada hubungan yang erat antara berkembangnya suatu sekolah dengan berkembangnya kemampuan guru. Sekolah tidak akan berkembang, jika gurunya tidak memiliki kemampuan untuk mengembangkan diri. Kaitannya dengan PTK, jika sekolah yang para gurunya memiliki keterampilan dalam melaksanakan PTK tentu saja sekolah tersebut akan memperoleh manfaat yang besar, karena peningkatan kualitas pembelajaran mencerminkan kualitas pendidikan di sekolah tersebut.
Pengertian Pengelolaan Tindakan Kelas (PTK)
Sejarah PTK
Konsep penelitian guru mula-mula dikemukakan oleh Lawrence Stenhouse di United Kingdom yang mengaitkan antara Penelitian Tindakan (action research) dan konsepnya tentang guru sebagai peneliti. Kemudian John Elliot mempopulerkan Penelitian Tindakan sebagai metode guru mengadakan penelitian dikelas mereka melalui Ford Teaching Project dan selanjutnya mereka mendirikan jaringan PTK (Classroom Action Research Network).
Selanjutnya Stephen Kemmis memikirkan bagaimana konsep Penelitian Tindakan ini diterapkan pada bidang pendidikan. Berpusat pada Deakin University di Australia kemmis dan koleganya telah menghasilkan suatu seri publikasi dan mata pelajaran tentang Penelitian Tindakan, Pengembangan Kurikulum dan Evaluasi.Selanjutnya artikel mereka mengenai penelitian tindakan (Kemmis, 1982-1983) bermanfaat untuk pengembangan Penelitian Tindakan dalam bidang pendidikan.
Pengertian PTK (classroom action research) merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan dikelas. Ide tentang penelitian tindakan pertama kali dikembangkan oleh Kurt dan Lewin pada tahun 1946. Menurut Kemmis, 1983. PTK atau Classroom action research adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari:
Konsep penelitian guru mula-mula dikemukakan oleh Lawrence Stenhouse di United Kingdom yang mengaitkan antara Penelitian Tindakan (action research) dan konsepnya tentang guru sebagai peneliti. Kemudian John Elliot mempopulerkan Penelitian Tindakan sebagai metode guru mengadakan penelitian dikelas mereka melalui Ford Teaching Project dan selanjutnya mereka mendirikan jaringan PTK (Classroom Action Research Network).
Selanjutnya Stephen Kemmis memikirkan bagaimana konsep Penelitian Tindakan ini diterapkan pada bidang pendidikan. Berpusat pada Deakin University di Australia kemmis dan koleganya telah menghasilkan suatu seri publikasi dan mata pelajaran tentang Penelitian Tindakan, Pengembangan Kurikulum dan Evaluasi.Selanjutnya artikel mereka mengenai penelitian tindakan (Kemmis, 1982-1983) bermanfaat untuk pengembangan Penelitian Tindakan dalam bidang pendidikan.
Pengertian PTK (classroom action research) merupakan suatu model penelitian yang dikembangkan dikelas. Ide tentang penelitian tindakan pertama kali dikembangkan oleh Kurt dan Lewin pada tahun 1946. Menurut Kemmis, 1983. PTK atau Classroom action research adalah suatu bentuk penelaahan atau inkuiri melalui refleksi diri yang dilakukan oleh peserta kegiatan pendidikan tertentu dalam situasi sosial (termasuk pendidikan) untuk memperbaiki rasionalitas dan kebenaran dari:
- praktek-praktek sosial atau pendidikan yang mereka lakukan sendiri
- pemahaman mereka terhadap praktek tersebut
- situasi ditempat praktek itu dilaksanakan
Sedang tim pelatih proyek PGSM (1999) mengemukakan bahwa Penelitian Tindakan Kelas ialah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran kondisi tersebut dilakukan.
Sejalan dengan pengertian diatas, Prabowo (2001) mendefinisikan makna dari Penelitian Tindakan yaitu suatu penelitian yang dilakukan kolektif oleh suatu kelompok sosial (termsuk pendidikan) yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas kerja mereka serta mengatasi berbagai permasalahan dalam kelompok tersebut.
Kemmis dalam Kardi (2009) memperjelas pendapat diatas dengan menyatakan bahwa Penelitian Tindakan adalah studi sistematik tentang upaya memperbaiki praktek pendidikan oleh sekelompok peneliti tersebut. Atau bisa juga dikatakan sebagai upaya menguji cobakan ide dalam praktek dengan tujuan memperbaiki atau mengubah sesuatu, mencoba memperoleh pengaruh yang sebenarnya dalam situasi tersebut.
Tujuan PTK diantaranya untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan yang pada dasarnya melekat pada penuaian misi profesional kependidikan yang diemban oleh guru. Dengan kata lain tujuan utama PTK ialah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesionalisme guru. Disamping itu sebagai tujuan penyerta PTK adalah untuk meningkatkan budaya meneliti bagi guru guna memperbaiki kinerja dikelasnya sendiri.
Manfaat PTK. Dengan bertumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak bawaan dari pelaksanaan PTK secara berkesinambungan maka PTK bermanfaat sebagai inovasi pendidikan karena guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara mandiri. Disamping itu juga PTK bermanfaat untuk pengembangan kurikulum dan untuk peningkatan profesionalisme guru.
Tahapan-Tahapan PTK. Setidaknya ada 4 tahapan dalam PTK yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan MC Taggar, 1992) yaitu Planing (rencana), Action (tindakan), Observation (pengamatan), Reflection (refleksi).
Sejalan dengan pengertian diatas, Prabowo (2001) mendefinisikan makna dari Penelitian Tindakan yaitu suatu penelitian yang dilakukan kolektif oleh suatu kelompok sosial (termsuk pendidikan) yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas kerja mereka serta mengatasi berbagai permasalahan dalam kelompok tersebut.
Kemmis dalam Kardi (2009) memperjelas pendapat diatas dengan menyatakan bahwa Penelitian Tindakan adalah studi sistematik tentang upaya memperbaiki praktek pendidikan oleh sekelompok peneliti tersebut. Atau bisa juga dikatakan sebagai upaya menguji cobakan ide dalam praktek dengan tujuan memperbaiki atau mengubah sesuatu, mencoba memperoleh pengaruh yang sebenarnya dalam situasi tersebut.
Tujuan PTK diantaranya untuk memperbaiki dan/atau meningkatkan praktek pembelajaran secara berkesinambungan yang pada dasarnya melekat pada penuaian misi profesional kependidikan yang diemban oleh guru. Dengan kata lain tujuan utama PTK ialah untuk perbaikan dan peningkatan layanan profesionalisme guru. Disamping itu sebagai tujuan penyerta PTK adalah untuk meningkatkan budaya meneliti bagi guru guna memperbaiki kinerja dikelasnya sendiri.
Manfaat PTK. Dengan bertumbuhnya budaya meneliti yang merupakan dampak bawaan dari pelaksanaan PTK secara berkesinambungan maka PTK bermanfaat sebagai inovasi pendidikan karena guru semakin diberdayakan untuk mengambil berbagai prakarsa profesional secara mandiri. Disamping itu juga PTK bermanfaat untuk pengembangan kurikulum dan untuk peningkatan profesionalisme guru.
Tahapan-Tahapan PTK. Setidaknya ada 4 tahapan dalam PTK yang dirumuskan oleh Lewin (Kemmis dan MC Taggar, 1992) yaitu Planing (rencana), Action (tindakan), Observation (pengamatan), Reflection (refleksi).
- Planing. Merupakan tahap awal yang harus dilakukan guru sebelum melakukan sesuatu. Diharapkan rencana tersebut berpandangan ke depan, serta fleksibel untuk menerima efek-efek yang tak terduga dan dengan rencana tersebut secara dini kita dapat menguasai hambatan. Dengan perencanaan yang baik seorang praktisi akan lebih mudah untuk mengatasi kesulitan dan mendorong para praktisi tersebut untuk bertindak secara lebih efektif. Sebagai bagian dari perencanaan seorang partisipan harus bekerja sama dalam diskusi untuk membangun suatu kesamaan bahasa dalam menganalisis dalam pengertian maupun tindakan mereka dalam situasi tertentu.
- Action (tindakan). Tindakan ini merupakan penerapan dari perencanaan yang telah dibuat yang dapat berupa suatu penerapan model pembelajaran tertenu yang bertujuan untuk memperbaiki atau menyempurnakan model yang sedang dijalankan. Tindakan tersebut dapat dilakukan oleh mereka yang terlibat langsung dalam pelaksanaan suatu model pembelajaran yang hasilnya juga akan dipergunakan untuk penyempurnaan pelaksanaan tugas.
- Observasi (pengamatan). Observasi ini berfungsi untuk melihat dan mendokumentasikan pengaruh-pengaruh yang diakibatkan oleh tindakan dalam kelas. Hasil pengamatan ini merupakan dasar dilakukannya refleksi sehingga pengamatan yang dilakukan harus dapat menceritakan keadaan yang sesungguhnya. Dalam pengamatan, hal-hal yang perlu dicatat oleh peneliti adalah proses dari tindakan, efek-efek tindakan, lingkungan dan hambatan-hambatan yang muncul.
- Reflection (refleksi). Refleksi disini meliputi kegiatan: analisis, sintesis, penafsiran (penginterpretasian), menjelaskan dan menyimpulkan. Hasil dari refleksi adalah diadakannya refisi terhadap perencanaan yang telah dilaksanakan yang akan dipergunakan untuk memperbaiki kinerja guru pada pertemuan selanjutnya. Dengan demikian Penelitian Tindakan dapat dilaksanakan dalam sekali pertemuan karena hasil refleksi membutuhkan waktu untuk melakukannya sebagai planning untuk siklus selanjutnya.
Tujuan dan Manfaat Penelitian Tindakan Kelas
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas dapat dirumuskan sebagai berikut:- Memperbaiki dan meningkatkan mutu praktik pembelajaran yang dilaksanakan guru demi tercapainya tujuan pembelajaran.
- Memperbaiki dan meningkatkan kinerja-kinerja pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru.
- Mengidentifikasi, menemukan solusi, dan mengatasi masalah pembelajaran di kelas agar pembelajaran bermutu.
- Meningkatkan dan memperkuat kemampuan guru dalam memecahkan masalah-masalah pembelajaran dan membuat keputusan yang tepat bagi siswa dan kelas yang diajarnya.
- Mengeksplorasi dan membuahkan kreasi-kreasi dan inovasi-inovasi pembelajaran (misalnya, pendekatan, metode, strategi, dan media) yang dapat dilakukan oleh guru demi peningkatan mutu proses dan hasil pembelajaran.
- Mencobakan gagasan, pikiran, kiat, cara, dan strategi baru dalam pembelajaran untuk meningkatkan mutu pembelajaran selain kemampuan inovatif guru.
- Mengeksplorasi pembelajaran yang selalu berwawasan atau berbasis penelitian agar pembelajaran dapat bertumpu pada realitas empiris kelas, bukan semata-mata bertumpu pada kesan umum atau asumsi.
- Menghasilkan laporan-laporan PTK yang dapat dijadikan bahan panduan guru untuk meningkatkan mutu pembelajaran. Selain itu hasil-hasil PTK yang dilaporkan dapat menjadi bahan artikel ilmiah atau makalah untuk berbagai kepentingan, antara lain disajikan dalam forum ilmiah dan dimuat di jurnal ilmiah.
- Menumbuhkembangkan kebiasaan, budaya, dan atau tradisi meneliti dan menulis artikel ilmiah di kalangan guru. Hal ini telah ikut mendukung professionalisme dan karir guru.
- Mampu mewujudkan kerja sama, kaloborasi, dan atau sinergi antar-guru dalam satu sekolah atau beberapa sekolah untuk bersama-sama memecahkan masalah pembelajaran dan meningkatkan mutu pembelajaran.
- Mampu meningkatkan kemampuan guru dalam menjabarkan kurikulum atau program pembelajaran sesuai dengan tuntutan dan konteks lokal, sekolah, dan kelas. Hal ini memperkuat dan relevansi pembelajaran bagi kebutuhan siswa.
- Dapat memupuk dan meningkatkan keterlibatan , kegairahan, ketertarikan, kenyamanan, dan kesenangan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran di kelas yang dilaksanakan guru. Hasil belajar siswa pun dapat meningkatkan.
- Dapat mendorong terwujudnya proses pembelajaran yang menarik, menantang, nyaman, menyenangkan, dan melibatkan siswa karena strategi, metode, teknik, dan atau media yang digunakan dalam pembelajaran demikian bervariasi dan dipilih secara sungguh-sungguh.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar