Bani Abbasiyah atau Kekhalifahan Abbasiyah (Arab: العبّاسدين, al-Abbāsidīn) adalah kekhalifahan kedua Islam yang berkuasa di Baghdad (sekarang ibu kota Irak).  Kekhalifahan ini berkembang pesat dan menjadikan dunia Islam sebagai  pusat pengetahuan dengan menerjemahkan dan melanjutkan tradisi keilmuan  Yunani dan Persia. Kekhalifahan ini berkuasa setelah merebutnya dari Bani Umayyah dan menundukan semua wilayahnya kecuali Andalusia. Bani Abbasiyah dirujuk kepada keturunan dari paman Nabi Muhammad yang termuda, yaitu Abbas bin Abdul-Muththalib (566-652), oleh karena itu mereka juga termasuk ke dalam Bani Hasyim. Berkuasa mulai tahun 750 dan memindahkan ibukota dari Damaskus ke Baghdad. Berkembang selama dua abad, tetapi pelan-pelan meredup setelah naiknya bangsa Turki yang sebelumnya merupakan bahagian dari tentara kekhalifahan yang mereka bentuk, dan dikenal dengan nama Mamluk.  Selama 150 tahun mengambil kekuasaan memintas Iran, kekhalifahan  dipaksa untuk menyerahkan kekuasaan kepada dinasti-dinasti setempat,  yang sering disebut amir atau sultan. Menyerahkan Andalusia kepada keturunan Bani Umayyah yang melarikan diri, Maghreb dan Ifriqiya kepada Aghlabid dan Fatimiyah. Kejatuhan totalnya pada tahun 1258 disebabkan serangan bangsa Mongol yang dipimpin Hulagu Khan yang menghancurkan Baghdad dan tak menyisakan sedikitpun dari pengetahuan yang dihimpun di perpustakaan Baghdad.
Keturunan dari Bani Abbasiyah termasuk suku al-Abbasi saat ini banyak bertempat tinggal di timur laut Tikrit, Iraq sekarang.
 REPUBLIKA.CO.ID, Harun Ar-Rasyid (786-809 M) adalah khalifah kelima  Daulah Abbasiyah. Ia dilahirkan pada Februari 763 M. Ayahnya bernama  Al-Mahdi, khalifah ketiga Bani Abbasiyah, dan ibunya bernama Khaizuran.
Masa  kanak-kanaknya dilewati dengan mempelajari ilmu-ilmu agama dan ilmu  pemerintahan. Guru agamanya yang terkenal pada masa itu adalah Yahya bin  Khalid Al-Barmaki.
Harun Ar-Rasyid diangkat menjadi khalifah  pada September 786 M, pada usianya yang sangat muda, 23 tahun. Jabatan  khalifah itu dipegangnya setelah saudaranya yang menjabat khalifah, Musa  Al-Hadi wafat. Dalam menjalankan roda pemerintahan, Harun Ar-Rasyid  didampingi Yahya bin Khalid dan empat putranya.
Daulah Abbasiyah  mencapai puncak kejayaannya pada masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid,  seorang khalifah yang taat beragama, shalih, dermawan, hampir bisa  disamakan dengan Khalifah Umar bin Abdul Azis dari Bani Umayyah. Jabatan  khalifah tidak membuatnya terhalang untuk turun ke jalan-jalan pada  malam hari, tujuannya untuk melihat keadaan rakyat yang sebenarnya. Ia  ingin melihat apa yang terjadi dan menimpa kaum lemah dengan mata  kepalanya sendiri untuk kemudian memberikan bantuan.
Pada masa  itu, Baghdad menjadi mercusuar kota impian 1.001 malam yang tidak ada  tandingannya di dunia pada abad pertengahan. Daulah Abbasiyah pada masa  itu, mempunyai wilayah kekuasaan yang luas, membentang dari Afrika Utara  sampai ke Hindukush, India. Kekuatan militer yang dimilikinya juga  sangat luar biasa.
Khalifah Harun Ar-Rasyid mempunyai perhatian  yang sangat baik terhadap ilmuwan dan budayawan. Ia mengumpulkan mereka  semua dan melibatkannya dalam setiap kebijakan yang akan diambil  pemerintah. Perdana menterinya adalah seorang ulama besar di zamannya,  Yahya Al-Barmaki juga merupakan guru Khalifah Harun Ar-Rasyid, sehingga  banyak nasihat dan anjuran kebaikan mengalir dari Yahya. Hal ini semua  membentengi Khalifah Harun Ar-Rasyid dari perbuatan-perbuatan yang  menyimpang dari ajaran-ajaran Islam.
Pada masa Khalifah Harun  Ar-Rasyid, hidup juga seorang cerdik pandai yang sering memberikan  nasihat-nasihat kebaikan pada Khalifah, yaitu Abu Nawas. Nasihat-nasihat  kebaikan dari Abu Nawas disertai dengan gayanya yang lucu, menjadi  bagian tak terpisahkan dari kehidupan Khalifah Harun Ar-Rasyid.
Suasanan  negara yang aman dan damai membuat rakyat menjadi tenteram. Bahkan pada  masa pemerintahan Harun Ar-Rasyid sangat sulit mencari orang yang akan  diberikan zakat, infak dan sedekah, karena tingkat kemakmuran  penduduknya merata. Di samping itu, banyak pedagang dan saudagar yang  menanamkan investasinya pada berbagai bidang usaha di wilayah Bani  Abbasiyah pada masa itu. 
Setiap orang merasa aman untuk keluar  pada malam hari, karena tingkat kejahatan yang minim. Kaum terpelajar  dan masyarakat umum dapat melakukan perjalanan dan penjelajahan di  negeri yang luas itu dengan aman. Masjid-masjid, perguruan tinggi,  madrasah-madrasah, rumah sakit, dan sarana kepentingan umum lainnya  banyak dibangun pada masa itu.
Khalifah Harun Ar-Rasyid juga  sangat giat dalam penerjemahan berbagai buku berbahasa asing ke dalam  bahasa Arab. Dewan penerjemah juga dibentuk untuk keperluan penerjemahan  dan penggalian informasi yang termuat dalam buku asing. Dewan  penerjemah itu diketuai oleh seorang pakar bernama Yuhana bin Musawih.
Bahasa  Arab ketika itu merupakan bahasa resmi negara dan bahasa pengantar di  sekolah-sekolah, perguruan tinggi, dan bahkan menjadi alat komunikasi  umum. Karena itu, dianggap tepat bila semua pengetahuan yang termuat  dalam bahasa asing itu segera diterjemahkan ke dalam bahasa Arab.
Khalifah  Harun Ar-Rasyid meninggal dunia di Khurasan pada 3 atau 4 Jumadil Tsani  193 H/809 M setelah menjadi khalifah selama lebih kurang 23 tahun 6  bulan. Seperti ditulis Imam As-Suyuthi, ia meninggal saat memimpin  Perang Thus, sebuah wilayah di Khurasan. Saat meninggal usianya 45  tahun, bertindak sebagai imam shalat jenazahnya adalah anaknya sendiri  yang bernama Shalih.
Daulah Abbasiyah dan dunia Islam saat itu  benar-benar kehilangan sosok pemimpin yang shalih dan adil, sehingga tak  seorang pun yang teraniaya tanpa diketahui oleh Khalifah Harun  Ar-Rasyid dan mendapatkan perlindungan hukum yang sesuai.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar