Perjalanan Kerajaan Umayyah 
            Daulah Umayyah memegang tampuk kekhalifahan selama dua periode, di Suriah  hampir satu abad, yaitu sejak 30-132 H atau 660-750 M  dan   di Spanyol selama 275 tahun, yaitu 756-1031 M. Perluasan wilayah   kekuasaan Islam pada masa Daulah Umayyah telah memasuki benua Eropa bahkan telah mencapai wilayah Byzantium.
            Pada  masa pemerintahan Mu’awiyah dilakukan berbagai perubahan dalam  pemerintahan. Mengingat berbagai pengamalannya yang pernah menjadi  Gubernur di Syam, Mu’awiyah melakukan perubahan pemerintahan, yaitu  membentuk jawatan perhubungan (jawatan pos) dan jawatan pendaftaran.  Mu’awiyah menduduki jabatan sebagai Khalifah selama hampir 20 tahun. 
            Para Khalifah pada masa Bani Umayyah, antara lain:  
a.      Mu’awiyah bin Abu Sufyan
b.      Yazid bin Mu’awiyah
c.       Mu’awiyah binYazid
d.     Marwan bin Hakam
e.      Abdul Malik bin Marwan
f.        AL-Walid bin Abdul Malik
g.      Sulaiman bin Abdul Malik
h.      Umar    bin Abdul Azis
i.        Yazid bin Abdul Malik
j.        Hisyam bin Abdul Malik   
            Sepeninggal  Mu’awiyah, pemerintahan dipegang oleh Yazid bin Mu’awiyah. Pada masa  pemerintahannya, prinsip musyawarah yang telah dicanangkan oleh  Rasulullah dan Khulafaur Rasyidin mulai bergeser ke bentuk monarki  absolut.
            Artinya,  pemimpin merupakan raja yang diangkat secara turun-temurun. Akan  tetapi, raja-rajanya masih menggunakan gelar khalifah. pemerintahan  Yazid diwarnai oleh berbagai pergolakan politik. Hal ini semakin  memuncak setelah  terbunuhnya cucu Rasulullah SAW, yaitu Husain bin Ali.
            Setelah  Yazid wafat, pemerintahan digantikan oleh Mu’awiyah II. Namun,  Mu’awiyah II tidak sanggup memerintah dan menyerahkan kepemimpinannya  kepada Marwan bin Hakam. Akan tetapi, Marwan hanya memerintah selama 9  bulan dan mengundurkan diri karena tidak bisa menghadapi pergolakan  politik yang terjadi, sampai akhirnya suasana kerajaan bisa dipulihkan  setelah Abdul Malik bin Marwan menjadi khalifah.
            Masa kejayaan Bani Umayyah  dimulai ketika   Abdul Malik bin Marwan memerintah 66-86 H Atau 685-705 M. Berbagai kemajuan dilakukan Abdul Malik , diantaranya:
a.      Menetapkan Bahasa Arab sebagai bahasa resmi.
b.      Mendirikan Balai kesehatan untuk rakyat.        
c.       Mendirikan Masjid di Damaskus. 
            Kejayaan  Kerajaan Umayyah semakin menonjol setelah diperintahkan   Al-Walid  bin  Abdul  Malik, yaitu  tahun  86-96 H  atau  705-715 M. Pada   masanya, kerajaan Umayyah mampu memperluas wilayah kekuasaan Islam sampai ke India, Afrika Utara, hingga  Maroko, dan Andalusia. Pada masa ini                             perluasan wilayah Islam meliputi sebagai berikut:
a.      Wilayah  kekuasaan Kerajaan Romawi di Asia Kecil meliputi Ibukota Konstantinopel  serta perluasan ke beberapa pulau di Laut Tengah.
b.      Wilayah Afrika Utara sampai ke pantai Atlantik dan menyeberangi selat Jabal tarik (Selat Gibraltar).
c.       Wilayah Timur, Bagian Utara di seberang  sungai Jihun (Amru Daria).
             Ketika  kekuasaan Islam berada di tangan kerajaan Bani Umayyah, seni bangunan,  misalnya bangunan Qubatus Sarkah di Yerussalem dan bangunan Masjid  Nabawiyah di Madinah dapat mencapai ketinggian  melampaui  batas seni bangun Gothik di Eropa. Sementara itu, perkembangan ilmu  pengetahuan pun tidak ketinggalan. Misalnya, bidang–bidang kedokteran,  filsafat, kimia, astronomi, dan ilmu ukur berkembang dengan sangat  pesat.
Keruntuhan Kerajaan Umayyah 
            Masa kejayaan Bani Umayyah mulai menurun. Ada beberapa kelemahan yang menjadi suramnya kekuasaan Bani Umayyah, di antaranya:
a.      Mulai hilangnya persatuan Islam yang dibina sejak zaman Rasulullah.   
b.      Orang mulai mementingkan dunia dan mengabaikan urusan agama 
c.       Menghilangnya demokrasi Islam dan mulainya penggunaan Monarki absolut          
d.     Adanya pemberontakan dari Kaum Hawarij, Syiah dan Bani Abbas.
         Khalifah  terakhir dari Bani Umayyah bernama Marwan bin Muhammad. Ia tidak mampu  lagi menghadapi gerakan perlawanan dari Bani Abbas. Pada 5 Agustus 750  M, Marwan bin Muhammad terbunuh oleh Shalih Bin Ali.
            Penyebaran Islam pada kekhalifahan Bani Umayyah meliputi wilayah Asia Kecil, yaitu kerajaan Romawi (Konstantinopel), Asia Utara  sampai  ke wilayah Spanyol, dan  Selat  Jabal Tarik, hingga mencapai Asia Tengah sampai perbatasan Tiongkok (China).      
Hal penting yang dicapai pada masa Bani Umayyah, yaitu:
a.      Menetapkan Bahasa Arab sebagai Bahasa resmi; 
b.      Mendirikan masjid Agung di Damaskus;
c.       Membuat mata uang bertuliskan kalimat syahadat;
d.     Mendirikan rumah sakit di berbagai wilayah;
e.      Menyempurnakan  peraturan  pemerintah; 
f.        Melakukan pembukuan Hadits Nabi 
Pada  masa Daulah Bani Umayyah perkembangan kebudayaan mengalami kemajuan dan  juga bidang seni, terutama seni bahasa, seni suara, seni rupa,  dan seni bangunan (Arsitektur).
1.      Seni  Bahasa 
            Kemajuan  seni bahasa sangat erat kaitannya dengan perkembangan bahasa. Sedangkan  kemajuan bahasa mengikuti kemajuan bangsa. Pada masa Daulah Bani  Umayyah kaum muslimin sudah mencapai kemajuan dalam berbagai bidang,  yaitu bidang politik, ekonomi, sosial, dan ilmu pengetahuan. Dengan  sendirinya kosakata bahasa menjadi bertambah dengan kata-kata dan  istilah –istilah baru yang tidak terdapat pada zaman sebelumnya. 
            Kota  Basrah dan Kufah pada zaman itu merupakan pusat perkembangan ilmu dan  sastra (adab). Di kedua kota itu orang-orang Arab muslim bertukar  pikiran dalam diskusi-diskusi ilmiah dengan orang-orang dari bangsa yang  telah mengalami kemajuan terlebih dahulu. Di kota itu pula banyak kaum  muslimin yang aktif menyusun dan menuangkan karya mereka dalam berbagai  bidang ilmu. Maka dengan demikian berkembanglah ilmu tata bahasa (Ilmu  Nahwu dan sharaf) dan Ilmu Balaghah, serta banyak pula lahir-lahir  penyair-penyair terkenal. 
 2.      Seni Rupa
            Seni  rupa yang berkembang pada zaman Daulah Bani Umayyah hanyalah seni ukir,  seni pahat, sama halnya dengan zaman permulaan, seni ukir yang  berkembang pesat pada zaman itu ialah penggunaan khat arab (kaligrafi)  sebagai motif ukiran. 
            Yang terkenal dan maju ialah seni ukir di dinding tembok. Banyak Al-Qur’an, Hadits Nabi dan rangkuman  syair yang di pahat dan diukir pada tembok dinding bangunan masjid, istana dan gedung-gedung. 
 3.      Seni Suara
            Perkembangan  seni suara pada zaman pemerintahan Daulat Bani Umayyah yang terpenting  ialah Qira’atul Qur’an, Qasidah, Musik dan lagu-lagu lainnya yang  bertema cinta kasih. 
 4.      Seni Bangunan (Arsitektur)
    Seni  bangunan atau Arsitektur pada masa pemerintahan Daulah Bani Umayyah  pada umumnya masih berpusat pada seni bangunan sipil, seperti bangunan  kota Damaskus, kota Kairuwan, kota Al- Zahra. Adapun seni bangunan agama  antara lain bangunan Masjid Damaskus dan Masjid Kairuwan, begitu juga  seni bangunan yang terdapat pada benteng- benteng pertahanan masa itu.
            Adapun  kemajuan dalam bidang ilmu pengetahuan, berkembangnya dilakukan dengan  jalan memberikan dorongan atau motivasi dari para khalifah. Para  khalifah selaku memberikan hadiah-hadiah cukup besar bagi para ulama,  ilmuwan serta para seniman yang berprestasi dalam bidang ilmu  pengetahuan dan kebudayaan dan untuk kepentingan ilmu pengetahuan di  sediakan anggaran oleh negara, itulah sebabnya ilmu pengetahuan  berkembang dengan pesatnya. 
            Pusat  penyebaran ilmu pengetahuan pada masa itu terdapat di masjid-masjid. Di  masjid-masjid itulah terdapat kelompok belajar dengan masing-masing  gurunya yang mengajar ilmu pengetahuan agama dan umum ilmu pengetahuan  agama yang berkembang  pada saat itu antara lain ialah,  ilmu Qira’at, Tafsir, Hadits Fiqih, Nahwu, Balaqhah dan lain-lain. Ilmu  tafsir pada masa itu belum mengalami perkembangan pesat sebagaimana yang  terjadi pada masa pemerintahan Daulah Bani Abbasiyah. Tafsir berkembang  dari lisan ke lisan sampai akhirnya tertulis. Ahli tafsir yang pertama  pada masa itu ialah Ibnu Abbas, salah seorang sahabat Nabi yang  sekaligus juga paman Nabi  yang terkenal. 
            Untuk  perkembangan ilmu Hadits sendiri terjadi setelah ditemukan banyak  penyimpangan dan penyelewengan dalam meriwayatkan hadits atau setelah  diketahui banyaknya hadits-hadits palsu yang dibuat oleh kelompok  tertentu untuk kepentingan politik.
            Karena  itulah dirasakan adanya keperluan untuk menyusun buku hadits. Di antara  para ahli Hadits (Muhaddits) yang terkenal masa itu ialah Muhammad bin  Syihab A-Zuhri, beliau pula yang mula-mula menyusun ilmu hadits dan  mula-mula membukukan perkataan, perbuatan, ketepatan ataupun sifat-sifat  Nabi SAW yang disebut dengan hadits itu.
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar