I. Tujuan Pendidikan Islam
A. Surah al-Baqarah (1-5)
1. Alif laam miim.
2. Kitab (al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi rnereka yang bertaqwa,
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki, yang Kami anugerahkan kepada mereka,
4. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu; serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb-nya, dan rnerekalah orang-orang yang beruntung.
Alif, Lam, miim, ayat yang cukup singkat, tetapi sangat dalam maknanya, hanya Allah yang tahu rahasianya. Sudah cukup lama para ulama al-Qur'an berbeda pendapat. Allahu A'lam, hanya Allah yang mengetahui, itulah jawaban yang dikemukakan oleh para ulama abad pertama hingga abad ketiga. Tampaknya jawaban Allabu A'lam yakni Allah lebih mengetahui masih diangap jawaban yang relevan sampai saat ini, meskipun demikian jawaban itu masih dianggap kurang memuaskan.
Pada ayat ini menggunakan isyarat jauh untuk menunjuk al-Qur'an. Semua ayat yang menunjuk kepada firman-firman Allah dengan nama al-Qur'an (bukan al-Kitab) yang mengarah pada isyarat dekat "hadzal Qur'an”. Penggunaan isyarat jauh ini bertujuan memberi kesan bahwa kitab suci ini berada dalam kedudukan tinggi dan sangat jauh dari jangkauan makhluk, karena ia bersumber dari Allah Yang Maha Tinggi Maha Bijaksana, sedang penggunaan kata "hadza ini" untuk menunjukkan betapa dekat tuntunan-tuntunannya pada fitrah manusia.
Dalam hal ini pula yang dimaksud dengan orang-orang bertakwa adalah orang yang mempersiapkan jiwa mereka untuk menerima petunjuk atau yang telah mendapatkannya tetapi masih mengharapkan kelebihan, karena petunjuk Allah tidak terbatas. Dalam al-Qur'an disebutkan
"Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu dan lebib baik kesudahannya". (QS. 99:76)
Pada Ayat ke-3 dari surah al-Baqarah ini mengisyaratkan bahwa yang bertaqwa hendaknya mengimani yang ghaib, mendirikan shalat, serta menafkahkan sebagian rezeki yang telah dianugerahkan-Nya.
Yuqinun atau yakin adalah pengetahuan yang mantap tentang sesuatu dibarengi dengan tersingkirnya apa yang mengeruhkan pengetahuan itu, baik berupa keraguan maupun dalih-dalih yang dikemukakan lawan. Itu sebabnya pengetahuan Allah tidak dinamai mencapai tingkat yakin, karena pengetahuan Yang Maha Mengetahui itu sedemikian jelas sehingga tidak pernah sesat atau sedikitpun disentuh oleh keraguan. Berbeda dengan manusia yang yakin. Sebelum tiba keyakinannya, ia terlebih dahulu disentuh oleh keraguan, namun ketika ia sampai pada tahap yakin, maka keraguan yang tadinya ada langsung sirna.
Mereka itulah orang-orang yang sungguh jauh dan tinggi kedudukannya berada di atas yakni memperoleh dengan mantap petunjuk dari Tuhan Pembimbing mereka dan mereka itulah orang beruntung "muflihun" memperoleh apa yang mereka dambakan.
Dari hal diatas dapat dipahami bahwa surah al-baqarah ayat 1-5 ini sangat dalam pesan moralnya, dimana kalaulah dikaitkan dengan tujuan pendidikan itu sendiri dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1. Menambah ketaqwaan manusia pada Allah
2. Agar manusia mempercayai akan keberadaan Allah
3. mewujudkan manusia yang banyak beramal shaleh
4. Mewujudkan manusia yang percaya akan hari akhir
5. Mewujudkan kesuksesan dalam hidup.
B. Surah A1i lmran: 138-139
138. (al Qur an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertagwa.
139. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (Pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tingi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
Pada ayat 138 dalam surah Ali Imran ini mengandung pesan-pesan yang sangat jelas, bahwa al-Qur’an secara keseluruhan adalah penerangan yang memberi keterangan dan menghilangkan kesangsian serta keraguan bagi manusia, atau dengan kata lain ayat ini memberikan informasi tentang keutamaan al-Qur'an yang mengungkap adanya hukum-hukum yang mengatur kehidupan masyarakat. Kitab tersebut berfungsi mengubah masyarakat dan mengeluarkan anggotanya dari kegelapan menuju terang benderang dari kehidupan negative menuju kehidupan positif. Al-Qur'an memang adalah penerangan bagi seluruh manusia, petunjuk, serta peringatan bagi orang-orang yang bertaqwa.
Pernyataan Allah ini adalah penjelasan bagi manusia, juga mengandung makna bahwa Allah tidak menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi tersebut. Dia tidak menyiksa manusia secara mendadak, karena ini adalah petunjuk, lagi peringatan.
Pada ayat 139 ini membicarakan tentang kelompok pada perang uhud. Pada perang uhud mereka tidak meraih kemenangan bahkan menderita luka dan poembunuhan, dan dalam perang badar mereka dengan gemilang meraih kemenangan dan berhasil melawan dan membunuh sekian banyak lawan mereka, maka itu merupakan bagian dari sunnatullah. Namun demikian, apa yang mereka alami dalam perang uhud tidak perlu menjadikan mereka berputus asa. Karena itu, janganlah kamu melemah menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmanimu dan janganlah (pula) kamu bersedih akibat dari apa yang kamu alami dalam perang uhud, atau peristiwa lain yang seupa, kuatkanlah mentalmu. Mengapa kamu lemah atau bersedih padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) di sisi Allah, di dunia dan di akherat. Di dunia kamu memperjuangkan agama Allah itulah sebuah kebenaran, di akherat kamu mendapatkan surga Allah. Ini jika kamu orang-orang mukmin, yakni benar-benar keimanan telah mantap dalam hatimu.
Bila kita kaitkan dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat kita ketahui sebagai berikut
1. Mewujudkan bimbingan pada manusia agar tidak binasa dengan hukum-hukum alam
2. Mewujudkan kebahagiaan pada hambanya
3. menjadikan manusia yang intelek dan mempunyai derajat yang tinggi
c. Surah al-Fath: 29
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam lnjil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan orang-orang mu'min).Allab menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan menegakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pabala yang besar". (QS. 48:29)
Pada ayat ini Allah menjelaskan sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW beserta pengikut-pengikut beliau. Allah berfirman: Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang diutusnya membawa rahmat bagi seluruh alam dan orang-orang yang bersama dengannya yakni sahabat-sahabat Nabi serta pengikut-pengikut setia beliau adalah orang-orang yang bersikap keras yakni tegas tidak berbasa-basi yang mengorbankan akidahnya terhadap orang-orang kafir. Walau mereka memiliki sikap tegas itu namun mereka berkasih sayang antar sesama mereka. Mereka juga ruku' dan sujud dengan tulus ikhlas karena Allah, senantiasa mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya yang agung.. demikian itulah sifat-sifat yang agung dan luhur serta tinggi. Demikian itulah keadaan orang mukmin pengikut Nabi Muhammad SAW. Allah menjanjikan untuk orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh di antara mereka yang bersama Nabi serta siapapun yang mengikuti cara hidup mereka dapat mencapai kesempurnaan atau luput dari kesalahan atau dosa.
Kalimat asyidda'u 'ala al-kuffar sering kali dijadikan oleh sementara orang sebagai bukti keharusan bersikap keras terhadap non muslim. Kalaupun dipahami sebagai sikap keras, maka itu dalam konteks peperangan dan penegakan sanksi hukum yang dibenarkan agama. Ini serupa dengan firman-Nya
"… dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akherat ....." (QS. 24:2)
Dari hal diatas dapat kita ketahui makna yang terkandung dari ayat diatas sbagai berikut
1. Mewujudkan rasa hormat dan rasa kasih saying sesama manusia
2. Mewujudkan seorang hamba yang ahli sujud dan taubat
3. Mewujudkan manusia yang selalu menyenangkan orang lain
d Surah al-Hajj: 41
"(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan Zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan ". (QS. 22:47)
Ayat ini menerangkan tentang keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan dan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi; yakni Kami berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka yang merdeka niscaya mereka melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat, dan sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat sesuai kadarnya. Serta mereka menyuruh anggota masyarakatnya agar berbuat yang ma'ruf serta mencegah dari yang munkar.
Ayat di atas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang diidamkan Islam, kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah melalui masyarakat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.
Al-Qur'an mengisyaratkan kedua nilai di atas dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran, ayat 104 yang berbunyi
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung". (QS 3:104)
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut
1. Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran
2. Mewujudkan manusia yang selalu bertawaqqal pada Allah.
e. Surah adz-Dzariyat: 56
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku".
(QS. 59:50)
Ayat di atas menggunakan bentuk persona pertama (Aku). Ini bukan saja bertujuan menekankan pesan yang di kandungnya tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa perbuatan-perbuatan Allah tidak melibatkan malaikat atau sebab-sebab lainnya. Di sini penekanannya adalah beribadah kepada-Nya semata-mata, maka redaksi yang digunakan berbentuk tunggal dan tertuju kepada-Nya semata-mata tanpa memheri kesan adanya keterlibatan selain Allah S WT.
Didahulukannya penyebutan kata al jin/jin dari kata al-ins/manusia karena jin lebih dahulu diciptakan Allah dari pada manusia.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan itu sendiri dapat kita pahami sebagai berikut:
Pertama, kemantapan makna penghambaan diri kepada Allah dalam hati setiap insan. Tidak ada dalam wujud ini kecuali satu Tuhan dan selain-Nya adalah hamba-hamba-Nya.
Kedua, Mengarah kepada Allah dengan setiap gerak pada nurani, pada setiap anggota badan dan setiap gerak dalam hidup. Semuanya mengarah hanya kepada Allah secara tulus. Dengan demikian, terlaksanalah makna ibadah.
f. Surah .Hud: 61
"Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali kali tidak ada bagimu Ilah selain Dia Dia telah meciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan pemakmurnya, karena itu mohanlah ampunan-Nya kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabbku amat dekat (rahmat Nya) lagi memperkenankan (do'a hamba Nya)". (QS. 11:61)
Setelah selesai kisah Ad kini giliran kisah suku Tsamud. Tsamud juga merupakan satu suku terbesar yang telah punah. Mereka adalah keturunan Tsamud Ibnu Jatsar, Ibnu Iram Ibnu Sam, Ibnu Nuh. Dengan demikian silsilah keturunan mereka bertemu dengan Ad pada kakek yang sama yaitu Imran.
Kaum Tsamud pada mulanya menarik pelajaran berharga dari pengalaman buruk kaum Ad, karena itu mereka beriman kepada Allah SWT. Pada masa itulah, merekapun berhasil membangun peradaban yang cukup megah, tetapi keberhasilan itu menjadikan mereka lengah sehingga mereka kembali menyembah berhala serupa dengan berhala yang disembah kaum Ad. Ketika itulah Allah mengutus Nabi Shaleh as mengingatkan mereka agar tidak mempersekutukan Allah tetapi tuntunan dan peringatan beliau tidak disambut baik oleh mayoritas kaum Tsamud.
Ayat ini mengandung perintah yang jelas kepada manusia --langsung maupun tidak langsung-- untuk membangun bumi dalam kedudukannya sebagai khalifah, sekaligus menjadi alasan mengapa manusia harus menyembah Allah SWT semata-mata.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
1. Mewujudkan seorang hamba yang shaleh
2. Mewujudkan akan keesaan Tuhan
3. Mewujudkan manusia yang ahli do’a
4. Menunjukkan akan luasnya ilmu Tuhan
II. Subjek Pendidikan
a. Ar-Rahman: 1-4
(Rabb) Yang Maha Pemurah, (QS. 55:1)
Yang telab mengajarkan al Qur'an. (QS. 55:2)
Dia menciptakan manusia, (QS. 55:3)
Mengajarnya pandai berbicara (QS. 55:4)
Al-Qur'an adalah firman-firman Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW dengan lafal dan maknanya yang beribadah siapa yang membacanya, menjadi bukti kebenaran mukjizat Nabi Muhammad SAW. Kata al-Qur'an dapat dipahami sebagai keseluruhan ayat-ayatnya yang enam ribu lebih itu, dan dapat juga digunakan untuk menunjuk walau satu ayat saja bagian dari satu ayat. Kata al-Insan disini mencakup semua jenis manusia, sejak Adam as. Hingga akhir zaman. AI-Bayan berarti jelas. Namun ia tidak terbatas pada ucapan, tetapi mencakup segala bentuk ekspresi, termasuk seni dan raut muka.
Dimulainya surah ini dengan kata ar-Rahman bertujuan mengundang rasa ingin tahu mereka dengan harapan akan tergugah untuk mengakui nikmat-nikmat dan beriman kepada Allah.
Allah ar-Rahman yang mengajarkan al-Qur’an itu ialah yang menciptakan manusia, makhluk yang paling membutuhkan tuntunannya.
b. Surah an Nahl: 43-44
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, (QS. 16:43)
keteraqan-keterangan (mujizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya meraka memikirkan, (QS. 16:44)
Pada ayat ini diuraikan kesesatan pandangan kaum musyrikin menyangkut kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dalam penolakan terhadap apa yang diturunkan Allah SWT mereka selalu berkata bahwa manusia tidak wajar menjadi rasul atau utusan Allah, atau paling tidak ia harus disertai oleh malaikat. Nah, ayat ini menegaskan bahwa: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu kepada umat manusia kapan dan di manapun kecuali orang-orang lelaki yakni jenis manusia pilihan, bukan malaikat yang Kami beri wahyu kepada mereka antara lain melalui malaikat Jibril. Maka wahai orang-orang yang ragu atau tidak tahu bertanyalah kepada ahl dzikr yakni orang-orang yang berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
Kata ahl dzikr pada ayat ini dipahami oleh banyak ulama dalam arti para pemuka Yahudi dan Nasrani. Mereka adalah orang-orang yang dapat memberi infonnasi tentang kemanusiaan para rasul yang diutus Allah. Mereka wajar ditanyai karena mereka tidak dapat dituduh berpihak pada informasi al-Qur'an sebab mereka juga termasuk yang tidak mempercayainya, kendati demikian persoalan kemanusiaan para rasul, mereka akui. Ada juga yang memahami istilah ini dalam arti sejarawan, baik muslim ataupun non muslim.
Walaupun penggalan ayat ini turun dalam konteks tertentu, yakni objek pertanyaan, serta siapa yang ditanya tertentu pula, namun karena redaksinya yang bersifat umum, maka ia dapat dipahami pula sebagai perintah bertanya apa saja yang tidak diketahui atau diragukan kebenarannya kepada siapapun yang tahu dan tidak tertuduh objektivitasnya.
Ayat di atas mengubah redaksinya dari persona ketiga menjadi persona kedua yang ditujukan langsung kepada mitra bicara, dalam hal ini adalah Nabi Muhammad SAW. Agaknya hal ini mengisyaratkan penghormatan kepada beliau dan bahwa beliau termasuk dalam kelompok rasul-rasul yang diutus Allah, bahkan kedudukan beliau tidak kurang.
Penyebutan anugerah Allah kepada Nabi Muhammad secara khusus dan bahwa yang dianugerahkan-Nya itu adalah adz-dzikr mengesankan perbedaan kedudukan beliau dengan para nabi dan para rasul sebelumnya. Dalam konteks ini Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak seorang nabipun kecuali telah dianugerahkan Allah apa (bukti-bukti indrawi) yang menjadikan manusia percaya padanya. Dan sesungguhnya aku dianugerahi wahyu (al-Qur'an) yang bersifat immaterial dan kekal sepanjang masa, maka aku mengharap menjadi yang paling banyak pengikutnya di hari kemudian". (HR.Bukhori).
Ayat ini juga menugaskan Nabi Muhammad SAW untuk menjelaskan al-Qur'an. Bayan atau penjelasan Nabi Muhammad itu bermacam-macam dan bertingkat-tingkat. Memang as-Sunah mempunyai fungsi yang berhubungan dengan al-Qur'an dan fungsi sehubungan dengan pembinaan hokum syara'. Ada dua fungsi penjelasan Nabi Muhammad dalam kaitannya dengan al-Qur'an yaitu Bayan Ta'kid dan Bayan Tafsir. Yang pertama sekedar menguatkan atau menggarisbawahi kembali apa yang terdapat dalam Al-Qur'an, sedang yang kedua memperjelas, merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat al-Qur'an.
c. Surah al-Kahf: 66
Musa berkata kepada Khidhr "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu" (QS. 18: 66)
Dalam pertemuan kedua tokoh pada ayat ini diceritakan Nabi Musa yang terkesan banyak menanyakan sesuatu kepada salah satu hamba Allah yang memiliki ilmu khusus. Sementara jawaban dari orang tersebut menyatakan bahwa Nabi Musa tidak akan sanggup untuk sabar bersamanya. Dan bagaimana Nabi Musa dapat sabar atas sesuatu, sementara ia belum menjangkau secara menyeluruh beritanya.
Ucapan hamba Allah ini, memberi isyarat bahwa seorang pendidik hendaknya menuntun anak didiknya dan rnemberi tahu kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dalam menuntut ilmu, bahkan mengarahkannya untuk tidak mempelajari sesuatu jika sang pendidik mengetahui bahwa potensi anak didiknya tidak sesuai dengan bidang ilmu yang akan dipelajarinya.
III. Objek Pendidikan
a Surah asy-Syu'ara: 214
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat" QS. 26: 214)
Ketika ayat ini turun, Rasul SAW naik ke puncak bukit Shafa, di Mekah, lalu menyeru keluarga dekat beliau dari keluarga besar 'Ady dan Fihr yang berinduk pada suku Quraisy. Semua keluarga hadir atau mengirim utusan. Abu Lahab pun datang, Ialu Nabi SAW bersabda: "bagaimana pendapat kalian, jika aku berkata bahwa:di belakang lembah ini ada pasukan berkuda bermaksud menyerang kalian, apakah kalian mempercayai aku?" mereka berkata: "Ya, kami belum pernah mendapatkan darimu kecuali kebenaran". Lalu Nabi bersabda: "Aku menyampaikan kepada kamu semua sebuah peringatan, bahwa di hadapan sana (masa datang) ada siksa yang pedih". Abu Lahab yang mendengar sabda beliau itu, berteriak kepada Nabi SAW berkata: "celakalah engkau sepanjang hari, apakah untuk maksud itu engkau mengumpulkan kami?" Maka turunlah surah Tabbat Yada Abi Lahab" (HR.Bukhori, Muslim, Ahmad dan lain-lain melalui Ibn Abbas).
Demikianlah ayat ini mengajarkan kepada rasul SAW dan umatnya agar tidak pilih kasih, atau memberi kemudahan kepada keluarga dalam hal pemberian peringatan. Ini berarti Nabi Muhammad SAW dan keluarga beliau tidak kebal hukum, tidak juga terbebaskan dari kewajiban. Mereka tidak memiliki hak berlebih atas dasar kekerabatan kepada rasul SAW, karena semua adalah hamba Allah, tidak ada perbedaan antara keluarga atau orang lain. Bila ada kelebihan yang berhak mereka peroleh, maka itu disebabkan karena keberhasilan mereka mendekat kepada Allah dan menghiasi diri dengan ilmu serta akhlak yang mulia.
b. Surah an Nisa: 170
Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dan Rabbmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan .Allah sedikitpun) karena sesunguhnya apa di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS 4: 170)
Rasul SAW telah membawa kebenaran dari Allah sambil membuktikan keliruan bahkan kesesatan pandangan ahl kitab, kini menjadi sangat wajar menyampaikan ajakan kepada seluruh manusia bukan hanya ahl kitab: wahai seluruh manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu rasul yakni Muhammad SAW, dengan membawa tuntunan al-Qur'an dan syari'at yang mengandung kebenaran dari Tuhan Pembimbing dan Pemelihara kamu, maka karena itu berimanlah dengan iman yang benar. Itulah, yakni keimanan itu yang baik bagimu. Dan jika kamu terus menerus kafir, maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun, tidak juga mengurangi kekuasaan dan kepemilikan-Nya, karena sesurgguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah di bawah kendali-Nya.
Kehadiran rasul yang dinyatakan dating kepadamu, serta pernyataan bahwa yang beliau bawa adalah tuntunan dari Tuhan pembimbing dan pemelihara kamu dimaksudkan sebagai rangsangan kepada mitra bicara, agar menerima siapa yang datang dan menerima apa yang di bawanya.
IV. Kewajiban Belajar Mengajar
a Surah al-Ankabut: 19-20
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali).Sesungguhnya.yang demikian itu mudah bagi Allah. (QS. 29: 99)
Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya.Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS 29: 20)
Allah yang memulai penciptaan dipahami dalam arti "Dia Yang menciptakan segala sesuatu pertama kali dan tanpa contoh sebelumnya". Ini mengadung arti bahwa Allah ada sebelum sesuatu itu ada. Dia yang mencipta dari tiada, maka wujudlah segala sesuatu yang dikehendaki-Nya.
Allah yang pertama kali mewujudkan sesuatu kalau bukan Dia siapa lagi yang mewujudkankannya? Sebagaimana firman-Nya:
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri) (QS. 52:35)
Begitu antara lain al-Qur'an membuktikan wujud Allah dan sifat-Nya sebagai Mubdi'.
Sebenarnya menciptakan pertama kali, sama saja bagi Allah dengan menghidupkan kembali. Keduanya adalah memberi wujud kepada sesuatu. Kalau pada penciptaan pertama yang wujud belum pernah ada, dan ternyata dapat wujud, maka penciptaan kedua juga memberi wujud dan ini dalam logika manusia tentu lebih mudah serta lebih logis dari pada penciptaan pertama itu.
Kaum musyrikin terheran mendengar pernyataan al-Qur'an bahwa setelah kematian mereka akan dihidupkan lagi:
Dan mereka berkata: “Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru" (QS. 17:49)
Al-Qur'an memerintahkan Nabi Muhammad SAW menjawab mereka:
Katakanlah: “Jadilah kamu sekalian batu atau besi, (QS. 17:50)
atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu". Maka mereka akan bertanya "Siapa yang akan menghidupkan kami kembali". Katakanlah: "Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama". Lalu mereka akan menggelenggelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata: "Kapan (akan terjadi)"
Katakanlah: "Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat". (QS. 17:51)
Dari ayat tersebut di atas (al-Ankabut: 20) memerintahkan untuk melakukan perjalanan, dengannya seseorang akan menemukan banyak pelajaran berharga baik melalui ciptaan Allah yang terhampar dan beraneka ragam, maupun dari peninggalan lama yang masih tersisa puing-puingnya. Pandangan kepada hal-hal itu akan mengantarkan seseorang yang menggunakan akalnya untuk sampai kepada kesimpulan bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini, dan bahwa di balik peristiwa dan ciptaan itu, wujud satu kekuatan dan kekuasaan Yang Maha Besar lagi Maha Esa yaitu Allah SWT:
V. Metode Pendidikan
a Surah al-Maidah: 67
Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu hendak menyampatkan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dan gangguan) manusia Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (QS. 5: 67)
Ar-Razi berpendapat, bahwa ayat ini merupakan janji Allah kepada nabi-Nya Muhammad SAW bahwa beliau akan dipelihara Allah dari gangguan dan tipu daya orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena ayat-ayat yang mendahuluinya demikian juga sesudahnya berbicara tentang mereka.
Thahir ibn Asyur menambahkan bahwa ayat ini mengingatkan rasul agar menyampaikan ajaran agama kepada ahl kitab tanpa menghiraukan kritik dan ancaman mereka, apalagi teguran-teguran pada ayat-ayat yang lalu merupakan teguran yang keras. Teguran keras ini pada hakikatnya tidak sejalan dengan sifat nabi yang cenderung memilih sikap lembut, bermujadalah dengan yang terbaik. Tetapi di sini Allah memerintahkan bersikap lebih tegas menerapkan pengecualian yang diperintahkan-Nya pada Qur'an surah an-Nisa ayat 148:
Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 4: 148)
b. Surah al A'raf: 176-177
Dan kalau Kami menghendaki; sesungguhnya Kami tingikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan bawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami Maka ceritakanlan (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir (QS. 7:176)
Amat buruklah perummpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. (QS. 7:177)
Ayat ini menguraikan keadaan siapapun yang melepaskan diri dari pengetahuan yang telah dimilikinya. Allah SWT menyatakan bahwa sekiranya Kami menghendaki, pasti Kami menyucikan jiwanya dan meninggikan derajatnya dengannya yakni melalui pengamalannya terhadap ayat-ayat itu, tetapi dia mengekal yakni cenderung menetap terus menerus di dunia menikmati gemerlapnya serta merasa bahagia dan tenang menghadapinya dan menurutkan dengan antusias hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya adalah seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya.
VI. Evaluasi Pendidikan
a. Surah al-Baqarah: 184
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertextu. Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblab baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya jika mereka tidak berpuasa), membayar fidyab, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebib baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetabui. (QS. 2: 184)
A. Surah al-Baqarah (1-5)
1. Alif laam miim.
2. Kitab (al Qur'an) ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi rnereka yang bertaqwa,
3. (yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkahkan sebagian rezki, yang Kami anugerahkan kepada mereka,
4. Dan mereka yang beriman kepada Kitab (al Qur'an) yang telah diturunkan kepadamu dan Kitab-kitab yang telah diturunkan sebelummu; serta mereka yakin akan adanya (kehidupan) akhirat.
5. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk dari Rabb-nya, dan rnerekalah orang-orang yang beruntung.
Alif, Lam, miim, ayat yang cukup singkat, tetapi sangat dalam maknanya, hanya Allah yang tahu rahasianya. Sudah cukup lama para ulama al-Qur'an berbeda pendapat. Allahu A'lam, hanya Allah yang mengetahui, itulah jawaban yang dikemukakan oleh para ulama abad pertama hingga abad ketiga. Tampaknya jawaban Allabu A'lam yakni Allah lebih mengetahui masih diangap jawaban yang relevan sampai saat ini, meskipun demikian jawaban itu masih dianggap kurang memuaskan.
Pada ayat ini menggunakan isyarat jauh untuk menunjuk al-Qur'an. Semua ayat yang menunjuk kepada firman-firman Allah dengan nama al-Qur'an (bukan al-Kitab) yang mengarah pada isyarat dekat "hadzal Qur'an”. Penggunaan isyarat jauh ini bertujuan memberi kesan bahwa kitab suci ini berada dalam kedudukan tinggi dan sangat jauh dari jangkauan makhluk, karena ia bersumber dari Allah Yang Maha Tinggi Maha Bijaksana, sedang penggunaan kata "hadza ini" untuk menunjukkan betapa dekat tuntunan-tuntunannya pada fitrah manusia.
Dalam hal ini pula yang dimaksud dengan orang-orang bertakwa adalah orang yang mempersiapkan jiwa mereka untuk menerima petunjuk atau yang telah mendapatkannya tetapi masih mengharapkan kelebihan, karena petunjuk Allah tidak terbatas. Dalam al-Qur'an disebutkan
"Dan Allah akan menambah petunjuk kepada mereka yang telah mendapat petunjuk. Dan amal-amal saleh yang kekal itu lebih baik pahalanya di sisi Rabbmu dan lebib baik kesudahannya". (QS. 99:76)
Pada Ayat ke-3 dari surah al-Baqarah ini mengisyaratkan bahwa yang bertaqwa hendaknya mengimani yang ghaib, mendirikan shalat, serta menafkahkan sebagian rezeki yang telah dianugerahkan-Nya.
Yuqinun atau yakin adalah pengetahuan yang mantap tentang sesuatu dibarengi dengan tersingkirnya apa yang mengeruhkan pengetahuan itu, baik berupa keraguan maupun dalih-dalih yang dikemukakan lawan. Itu sebabnya pengetahuan Allah tidak dinamai mencapai tingkat yakin, karena pengetahuan Yang Maha Mengetahui itu sedemikian jelas sehingga tidak pernah sesat atau sedikitpun disentuh oleh keraguan. Berbeda dengan manusia yang yakin. Sebelum tiba keyakinannya, ia terlebih dahulu disentuh oleh keraguan, namun ketika ia sampai pada tahap yakin, maka keraguan yang tadinya ada langsung sirna.
Mereka itulah orang-orang yang sungguh jauh dan tinggi kedudukannya berada di atas yakni memperoleh dengan mantap petunjuk dari Tuhan Pembimbing mereka dan mereka itulah orang beruntung "muflihun" memperoleh apa yang mereka dambakan.
Dari hal diatas dapat dipahami bahwa surah al-baqarah ayat 1-5 ini sangat dalam pesan moralnya, dimana kalaulah dikaitkan dengan tujuan pendidikan itu sendiri dapat penulis simpulkan sebagai berikut:
1. Menambah ketaqwaan manusia pada Allah
2. Agar manusia mempercayai akan keberadaan Allah
3. mewujudkan manusia yang banyak beramal shaleh
4. Mewujudkan manusia yang percaya akan hari akhir
5. Mewujudkan kesuksesan dalam hidup.
B. Surah A1i lmran: 138-139
138. (al Qur an) ini adalah penerangan bagi seluruh manusia, dan petunjuk serta pelajaran bagi orang-orang yang bertagwa.
139. Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (Pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tingi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman.
Pada ayat 138 dalam surah Ali Imran ini mengandung pesan-pesan yang sangat jelas, bahwa al-Qur’an secara keseluruhan adalah penerangan yang memberi keterangan dan menghilangkan kesangsian serta keraguan bagi manusia, atau dengan kata lain ayat ini memberikan informasi tentang keutamaan al-Qur'an yang mengungkap adanya hukum-hukum yang mengatur kehidupan masyarakat. Kitab tersebut berfungsi mengubah masyarakat dan mengeluarkan anggotanya dari kegelapan menuju terang benderang dari kehidupan negative menuju kehidupan positif. Al-Qur'an memang adalah penerangan bagi seluruh manusia, petunjuk, serta peringatan bagi orang-orang yang bertaqwa.
Pernyataan Allah ini adalah penjelasan bagi manusia, juga mengandung makna bahwa Allah tidak menjatuhkan sanksi sebelum manusia mengetahui sanksi tersebut. Dia tidak menyiksa manusia secara mendadak, karena ini adalah petunjuk, lagi peringatan.
Pada ayat 139 ini membicarakan tentang kelompok pada perang uhud. Pada perang uhud mereka tidak meraih kemenangan bahkan menderita luka dan poembunuhan, dan dalam perang badar mereka dengan gemilang meraih kemenangan dan berhasil melawan dan membunuh sekian banyak lawan mereka, maka itu merupakan bagian dari sunnatullah. Namun demikian, apa yang mereka alami dalam perang uhud tidak perlu menjadikan mereka berputus asa. Karena itu, janganlah kamu melemah menghadapi musuhmu dan musuh Allah, kuatkan jasmanimu dan janganlah (pula) kamu bersedih akibat dari apa yang kamu alami dalam perang uhud, atau peristiwa lain yang seupa, kuatkanlah mentalmu. Mengapa kamu lemah atau bersedih padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya) di sisi Allah, di dunia dan di akherat. Di dunia kamu memperjuangkan agama Allah itulah sebuah kebenaran, di akherat kamu mendapatkan surga Allah. Ini jika kamu orang-orang mukmin, yakni benar-benar keimanan telah mantap dalam hatimu.
Bila kita kaitkan dengan tujuan dari pendidikan itu sendiri dapat kita ketahui sebagai berikut
1. Mewujudkan bimbingan pada manusia agar tidak binasa dengan hukum-hukum alam
2. Mewujudkan kebahagiaan pada hambanya
3. menjadikan manusia yang intelek dan mempunyai derajat yang tinggi
c. Surah al-Fath: 29
"Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dia adalah keras terhadap orang-orang kafir tetapi berkasih sayang sesama mereka: kamu lihat mereka ruku' dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda meraka tampak pada muka mereka dari bekas sujud Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam lnjil, yaitu seperti tanaman mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan orang-orang mu'min).Allab menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan menegakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pabala yang besar". (QS. 48:29)
Pada ayat ini Allah menjelaskan sifat dan sikap Nabi Muhammad SAW beserta pengikut-pengikut beliau. Allah berfirman: Nabi Muhammad adalah utusan Allah yang diutusnya membawa rahmat bagi seluruh alam dan orang-orang yang bersama dengannya yakni sahabat-sahabat Nabi serta pengikut-pengikut setia beliau adalah orang-orang yang bersikap keras yakni tegas tidak berbasa-basi yang mengorbankan akidahnya terhadap orang-orang kafir. Walau mereka memiliki sikap tegas itu namun mereka berkasih sayang antar sesama mereka. Mereka juga ruku' dan sujud dengan tulus ikhlas karena Allah, senantiasa mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya yang agung.. demikian itulah sifat-sifat yang agung dan luhur serta tinggi. Demikian itulah keadaan orang mukmin pengikut Nabi Muhammad SAW. Allah menjanjikan untuk orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal-amal yang shaleh di antara mereka yang bersama Nabi serta siapapun yang mengikuti cara hidup mereka dapat mencapai kesempurnaan atau luput dari kesalahan atau dosa.
Kalimat asyidda'u 'ala al-kuffar sering kali dijadikan oleh sementara orang sebagai bukti keharusan bersikap keras terhadap non muslim. Kalaupun dipahami sebagai sikap keras, maka itu dalam konteks peperangan dan penegakan sanksi hukum yang dibenarkan agama. Ini serupa dengan firman-Nya
"… dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akherat ....." (QS. 24:2)
Dari hal diatas dapat kita ketahui makna yang terkandung dari ayat diatas sbagai berikut
1. Mewujudkan rasa hormat dan rasa kasih saying sesama manusia
2. Mewujudkan seorang hamba yang ahli sujud dan taubat
3. Mewujudkan manusia yang selalu menyenangkan orang lain
d Surah al-Hajj: 41
"(yaitu) orang-orang yang jika Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, niscaya mereka mendirikan shalat, menunaikan Zakat, menyuruh berbuat yang ma'ruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar; dan kepada Allah-lah kembali segala urusan ". (QS. 22:47)
Ayat ini menerangkan tentang keadaan orang-orang yang diberikan kemenangan dan Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi; yakni Kami berikan mereka kekuasaan mengelola satu wilayah dalam keadaan mereka yang merdeka niscaya mereka melaksanakan shalat secara sempurna rukun, syarat, dan sunnah-sunnahnya dan mereka juga menunaikan zakat sesuai kadarnya. Serta mereka menyuruh anggota masyarakatnya agar berbuat yang ma'ruf serta mencegah dari yang munkar.
Ayat di atas mencerminkan sekelumit dari ciri-ciri masyarakat yang diidamkan Islam, kapan dan di manapun, dan yang telah terbukti dalam sejarah melalui masyarakat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat beliau.
Al-Qur'an mengisyaratkan kedua nilai di atas dalam firman-Nya dalam surah Ali Imran, ayat 104 yang berbunyi
"Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar; mereka adalah orang-orang yang beruntung". (QS 3:104)
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut
1. Mewujudkan seorang yang selalu menegakkan kebenaran dan mencegah kemunkaran
2. Mewujudkan manusia yang selalu bertawaqqal pada Allah.
e. Surah adz-Dzariyat: 56
"Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku".
(QS. 59:50)
Ayat di atas menggunakan bentuk persona pertama (Aku). Ini bukan saja bertujuan menekankan pesan yang di kandungnya tetapi juga untuk mengisyaratkan bahwa perbuatan-perbuatan Allah tidak melibatkan malaikat atau sebab-sebab lainnya. Di sini penekanannya adalah beribadah kepada-Nya semata-mata, maka redaksi yang digunakan berbentuk tunggal dan tertuju kepada-Nya semata-mata tanpa memheri kesan adanya keterlibatan selain Allah S WT.
Didahulukannya penyebutan kata al jin/jin dari kata al-ins/manusia karena jin lebih dahulu diciptakan Allah dari pada manusia.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan itu sendiri dapat kita pahami sebagai berikut:
Pertama, kemantapan makna penghambaan diri kepada Allah dalam hati setiap insan. Tidak ada dalam wujud ini kecuali satu Tuhan dan selain-Nya adalah hamba-hamba-Nya.
Kedua, Mengarah kepada Allah dengan setiap gerak pada nurani, pada setiap anggota badan dan setiap gerak dalam hidup. Semuanya mengarah hanya kepada Allah secara tulus. Dengan demikian, terlaksanalah makna ibadah.
f. Surah .Hud: 61
"Dan kepada Tsamud (Kami utus) saudara mereka Shaleh. Shaleh berkata "Hai kaumku, sembahlah Allah, sekali kali tidak ada bagimu Ilah selain Dia Dia telah meciptakan kamu dari bumi (tanah) dan menjadikan pemakmurnya, karena itu mohanlah ampunan-Nya kemudian bertobatlah kepada-Nya. Sesungguhnya Rabbku amat dekat (rahmat Nya) lagi memperkenankan (do'a hamba Nya)". (QS. 11:61)
Setelah selesai kisah Ad kini giliran kisah suku Tsamud. Tsamud juga merupakan satu suku terbesar yang telah punah. Mereka adalah keturunan Tsamud Ibnu Jatsar, Ibnu Iram Ibnu Sam, Ibnu Nuh. Dengan demikian silsilah keturunan mereka bertemu dengan Ad pada kakek yang sama yaitu Imran.
Kaum Tsamud pada mulanya menarik pelajaran berharga dari pengalaman buruk kaum Ad, karena itu mereka beriman kepada Allah SWT. Pada masa itulah, merekapun berhasil membangun peradaban yang cukup megah, tetapi keberhasilan itu menjadikan mereka lengah sehingga mereka kembali menyembah berhala serupa dengan berhala yang disembah kaum Ad. Ketika itulah Allah mengutus Nabi Shaleh as mengingatkan mereka agar tidak mempersekutukan Allah tetapi tuntunan dan peringatan beliau tidak disambut baik oleh mayoritas kaum Tsamud.
Ayat ini mengandung perintah yang jelas kepada manusia --langsung maupun tidak langsung-- untuk membangun bumi dalam kedudukannya sebagai khalifah, sekaligus menjadi alasan mengapa manusia harus menyembah Allah SWT semata-mata.
Kaitannya dengan tujuan pendidikan sebagai berikut:
1. Mewujudkan seorang hamba yang shaleh
2. Mewujudkan akan keesaan Tuhan
3. Mewujudkan manusia yang ahli do’a
4. Menunjukkan akan luasnya ilmu Tuhan
II. Subjek Pendidikan
a. Ar-Rahman: 1-4
(Rabb) Yang Maha Pemurah, (QS. 55:1)
Yang telab mengajarkan al Qur'an. (QS. 55:2)
Dia menciptakan manusia, (QS. 55:3)
Mengajarnya pandai berbicara (QS. 55:4)
Al-Qur'an adalah firman-firman Allah yang disampaikan oleh malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad SAW dengan lafal dan maknanya yang beribadah siapa yang membacanya, menjadi bukti kebenaran mukjizat Nabi Muhammad SAW. Kata al-Qur'an dapat dipahami sebagai keseluruhan ayat-ayatnya yang enam ribu lebih itu, dan dapat juga digunakan untuk menunjuk walau satu ayat saja bagian dari satu ayat. Kata al-Insan disini mencakup semua jenis manusia, sejak Adam as. Hingga akhir zaman. AI-Bayan berarti jelas. Namun ia tidak terbatas pada ucapan, tetapi mencakup segala bentuk ekspresi, termasuk seni dan raut muka.
Dimulainya surah ini dengan kata ar-Rahman bertujuan mengundang rasa ingin tahu mereka dengan harapan akan tergugah untuk mengakui nikmat-nikmat dan beriman kepada Allah.
Allah ar-Rahman yang mengajarkan al-Qur’an itu ialah yang menciptakan manusia, makhluk yang paling membutuhkan tuntunannya.
b. Surah an Nahl: 43-44
Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang Kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah kepada orang yang mempunyai pengetahuan jika kamu tidak mengetahui, (QS. 16:43)
keteraqan-keterangan (mujizat) dan kitab-kitab. Dan Kami turunkan kepadamu al-Qur'an, agar kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka supaya meraka memikirkan, (QS. 16:44)
Pada ayat ini diuraikan kesesatan pandangan kaum musyrikin menyangkut kerasulan Nabi Muhammad SAW. Dalam penolakan terhadap apa yang diturunkan Allah SWT mereka selalu berkata bahwa manusia tidak wajar menjadi rasul atau utusan Allah, atau paling tidak ia harus disertai oleh malaikat. Nah, ayat ini menegaskan bahwa: Dan Kami tidak mengutus sebelum kamu kepada umat manusia kapan dan di manapun kecuali orang-orang lelaki yakni jenis manusia pilihan, bukan malaikat yang Kami beri wahyu kepada mereka antara lain melalui malaikat Jibril. Maka wahai orang-orang yang ragu atau tidak tahu bertanyalah kepada ahl dzikr yakni orang-orang yang berpengetahuan jika kamu tidak mengetahui.
Kata ahl dzikr pada ayat ini dipahami oleh banyak ulama dalam arti para pemuka Yahudi dan Nasrani. Mereka adalah orang-orang yang dapat memberi infonnasi tentang kemanusiaan para rasul yang diutus Allah. Mereka wajar ditanyai karena mereka tidak dapat dituduh berpihak pada informasi al-Qur'an sebab mereka juga termasuk yang tidak mempercayainya, kendati demikian persoalan kemanusiaan para rasul, mereka akui. Ada juga yang memahami istilah ini dalam arti sejarawan, baik muslim ataupun non muslim.
Walaupun penggalan ayat ini turun dalam konteks tertentu, yakni objek pertanyaan, serta siapa yang ditanya tertentu pula, namun karena redaksinya yang bersifat umum, maka ia dapat dipahami pula sebagai perintah bertanya apa saja yang tidak diketahui atau diragukan kebenarannya kepada siapapun yang tahu dan tidak tertuduh objektivitasnya.
Ayat di atas mengubah redaksinya dari persona ketiga menjadi persona kedua yang ditujukan langsung kepada mitra bicara, dalam hal ini adalah Nabi Muhammad SAW. Agaknya hal ini mengisyaratkan penghormatan kepada beliau dan bahwa beliau termasuk dalam kelompok rasul-rasul yang diutus Allah, bahkan kedudukan beliau tidak kurang.
Penyebutan anugerah Allah kepada Nabi Muhammad secara khusus dan bahwa yang dianugerahkan-Nya itu adalah adz-dzikr mengesankan perbedaan kedudukan beliau dengan para nabi dan para rasul sebelumnya. Dalam konteks ini Nabi Muhammad SAW bersabda: “Tidak seorang nabipun kecuali telah dianugerahkan Allah apa (bukti-bukti indrawi) yang menjadikan manusia percaya padanya. Dan sesungguhnya aku dianugerahi wahyu (al-Qur'an) yang bersifat immaterial dan kekal sepanjang masa, maka aku mengharap menjadi yang paling banyak pengikutnya di hari kemudian". (HR.Bukhori).
Ayat ini juga menugaskan Nabi Muhammad SAW untuk menjelaskan al-Qur'an. Bayan atau penjelasan Nabi Muhammad itu bermacam-macam dan bertingkat-tingkat. Memang as-Sunah mempunyai fungsi yang berhubungan dengan al-Qur'an dan fungsi sehubungan dengan pembinaan hokum syara'. Ada dua fungsi penjelasan Nabi Muhammad dalam kaitannya dengan al-Qur'an yaitu Bayan Ta'kid dan Bayan Tafsir. Yang pertama sekedar menguatkan atau menggarisbawahi kembali apa yang terdapat dalam Al-Qur'an, sedang yang kedua memperjelas, merinci, bahkan membatasi pengertian lahir dari ayat-ayat al-Qur'an.
c. Surah al-Kahf: 66
Musa berkata kepada Khidhr "Bolehkah aku mengikutimu supaya kamu mengajarkan kepadaku ilmu yang benar di antara ilmu-ilmu yang telah diajarkan kepadamu" (QS. 18: 66)
Dalam pertemuan kedua tokoh pada ayat ini diceritakan Nabi Musa yang terkesan banyak menanyakan sesuatu kepada salah satu hamba Allah yang memiliki ilmu khusus. Sementara jawaban dari orang tersebut menyatakan bahwa Nabi Musa tidak akan sanggup untuk sabar bersamanya. Dan bagaimana Nabi Musa dapat sabar atas sesuatu, sementara ia belum menjangkau secara menyeluruh beritanya.
Ucapan hamba Allah ini, memberi isyarat bahwa seorang pendidik hendaknya menuntun anak didiknya dan rnemberi tahu kesulitan-kesulitan yang akan dihadapi dalam menuntut ilmu, bahkan mengarahkannya untuk tidak mempelajari sesuatu jika sang pendidik mengetahui bahwa potensi anak didiknya tidak sesuai dengan bidang ilmu yang akan dipelajarinya.
III. Objek Pendidikan
a Surah asy-Syu'ara: 214
"Dan berilah peringatan kepada kerabat-kerabatmu yang terdekat" QS. 26: 214)
Ketika ayat ini turun, Rasul SAW naik ke puncak bukit Shafa, di Mekah, lalu menyeru keluarga dekat beliau dari keluarga besar 'Ady dan Fihr yang berinduk pada suku Quraisy. Semua keluarga hadir atau mengirim utusan. Abu Lahab pun datang, Ialu Nabi SAW bersabda: "bagaimana pendapat kalian, jika aku berkata bahwa:di belakang lembah ini ada pasukan berkuda bermaksud menyerang kalian, apakah kalian mempercayai aku?" mereka berkata: "Ya, kami belum pernah mendapatkan darimu kecuali kebenaran". Lalu Nabi bersabda: "Aku menyampaikan kepada kamu semua sebuah peringatan, bahwa di hadapan sana (masa datang) ada siksa yang pedih". Abu Lahab yang mendengar sabda beliau itu, berteriak kepada Nabi SAW berkata: "celakalah engkau sepanjang hari, apakah untuk maksud itu engkau mengumpulkan kami?" Maka turunlah surah Tabbat Yada Abi Lahab" (HR.Bukhori, Muslim, Ahmad dan lain-lain melalui Ibn Abbas).
Demikianlah ayat ini mengajarkan kepada rasul SAW dan umatnya agar tidak pilih kasih, atau memberi kemudahan kepada keluarga dalam hal pemberian peringatan. Ini berarti Nabi Muhammad SAW dan keluarga beliau tidak kebal hukum, tidak juga terbebaskan dari kewajiban. Mereka tidak memiliki hak berlebih atas dasar kekerabatan kepada rasul SAW, karena semua adalah hamba Allah, tidak ada perbedaan antara keluarga atau orang lain. Bila ada kelebihan yang berhak mereka peroleh, maka itu disebabkan karena keberhasilan mereka mendekat kepada Allah dan menghiasi diri dengan ilmu serta akhlak yang mulia.
b. Surah an Nisa: 170
Wahai manusia, sesungguhnya telah datang Rasul (Muhammad) itu kepadamu dengan (membawa) kebenaran dan Rabbmu, maka berimanlah kamu, itulah yang lebih baik bagimu. Dan jika kamu kafir, (maka kekafiran itu tidak merugikan .Allah sedikitpun) karena sesunguhnya apa di langit dan di bumi adalah kepunyaan Allah. Dan adalah Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS 4: 170)
Rasul SAW telah membawa kebenaran dari Allah sambil membuktikan keliruan bahkan kesesatan pandangan ahl kitab, kini menjadi sangat wajar menyampaikan ajakan kepada seluruh manusia bukan hanya ahl kitab: wahai seluruh manusia, sesungguhnya telah datang kepada kamu rasul yakni Muhammad SAW, dengan membawa tuntunan al-Qur'an dan syari'at yang mengandung kebenaran dari Tuhan Pembimbing dan Pemelihara kamu, maka karena itu berimanlah dengan iman yang benar. Itulah, yakni keimanan itu yang baik bagimu. Dan jika kamu terus menerus kafir, maka kekafiran itu tidak merugikan Allah sedikitpun, tidak juga mengurangi kekuasaan dan kepemilikan-Nya, karena sesurgguhnya apa yang di langit dan di bumi itu adalah kepunyaan Allah di bawah kendali-Nya.
Kehadiran rasul yang dinyatakan dating kepadamu, serta pernyataan bahwa yang beliau bawa adalah tuntunan dari Tuhan pembimbing dan pemelihara kamu dimaksudkan sebagai rangsangan kepada mitra bicara, agar menerima siapa yang datang dan menerima apa yang di bawanya.
IV. Kewajiban Belajar Mengajar
a Surah al-Ankabut: 19-20
Dan apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali).Sesungguhnya.yang demikian itu mudah bagi Allah. (QS. 29: 99)
Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya.Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu (QS 29: 20)
Allah yang memulai penciptaan dipahami dalam arti "Dia Yang menciptakan segala sesuatu pertama kali dan tanpa contoh sebelumnya". Ini mengadung arti bahwa Allah ada sebelum sesuatu itu ada. Dia yang mencipta dari tiada, maka wujudlah segala sesuatu yang dikehendaki-Nya.
Allah yang pertama kali mewujudkan sesuatu kalau bukan Dia siapa lagi yang mewujudkankannya? Sebagaimana firman-Nya:
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka sendiri) (QS. 52:35)
Begitu antara lain al-Qur'an membuktikan wujud Allah dan sifat-Nya sebagai Mubdi'.
Sebenarnya menciptakan pertama kali, sama saja bagi Allah dengan menghidupkan kembali. Keduanya adalah memberi wujud kepada sesuatu. Kalau pada penciptaan pertama yang wujud belum pernah ada, dan ternyata dapat wujud, maka penciptaan kedua juga memberi wujud dan ini dalam logika manusia tentu lebih mudah serta lebih logis dari pada penciptaan pertama itu.
Kaum musyrikin terheran mendengar pernyataan al-Qur'an bahwa setelah kematian mereka akan dihidupkan lagi:
Dan mereka berkata: “Apakah bila kami telah menjadi tulang-belulang dan benda-benda yang hancur, apa benar-benarkah kami akan dibangkitkan kembali sebagai makhluk yang baru" (QS. 17:49)
Al-Qur'an memerintahkan Nabi Muhammad SAW menjawab mereka:
Katakanlah: “Jadilah kamu sekalian batu atau besi, (QS. 17:50)
atau suatu makhluk dari makhluk yang tidak mungkin (hidup) menurut pikiranmu". Maka mereka akan bertanya "Siapa yang akan menghidupkan kami kembali". Katakanlah: "Yang telah menciptakan kamu pada kali yang pertama". Lalu mereka akan menggelenggelengkan kepala mereka kepadamu dan berkata: "Kapan (akan terjadi)"
Katakanlah: "Mudah-mudahan waktu berbangkit itu dekat". (QS. 17:51)
Dari ayat tersebut di atas (al-Ankabut: 20) memerintahkan untuk melakukan perjalanan, dengannya seseorang akan menemukan banyak pelajaran berharga baik melalui ciptaan Allah yang terhampar dan beraneka ragam, maupun dari peninggalan lama yang masih tersisa puing-puingnya. Pandangan kepada hal-hal itu akan mengantarkan seseorang yang menggunakan akalnya untuk sampai kepada kesimpulan bahwa tidak ada yang kekal di dunia ini, dan bahwa di balik peristiwa dan ciptaan itu, wujud satu kekuatan dan kekuasaan Yang Maha Besar lagi Maha Esa yaitu Allah SWT:
V. Metode Pendidikan
a Surah al-Maidah: 67
Hai Rasul, sampaikan apa yang diturunkan kepadamu dari Rabbmu. Dan jika tidak kamu kerjakan (apa yang diperintahkan itu, berarti) kamu hendak menyampatkan amanat-Nya. Allah memelihara kamu dan gangguan) manusia Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir (QS. 5: 67)
Ar-Razi berpendapat, bahwa ayat ini merupakan janji Allah kepada nabi-Nya Muhammad SAW bahwa beliau akan dipelihara Allah dari gangguan dan tipu daya orang-orang Yahudi dan Nasrani, karena ayat-ayat yang mendahuluinya demikian juga sesudahnya berbicara tentang mereka.
Thahir ibn Asyur menambahkan bahwa ayat ini mengingatkan rasul agar menyampaikan ajaran agama kepada ahl kitab tanpa menghiraukan kritik dan ancaman mereka, apalagi teguran-teguran pada ayat-ayat yang lalu merupakan teguran yang keras. Teguran keras ini pada hakikatnya tidak sejalan dengan sifat nabi yang cenderung memilih sikap lembut, bermujadalah dengan yang terbaik. Tetapi di sini Allah memerintahkan bersikap lebih tegas menerapkan pengecualian yang diperintahkan-Nya pada Qur'an surah an-Nisa ayat 148:
Allah tidak menyukai ucapan buruk, (yang diucapkan) dengan terus terang kecuali oleh orang yang dianiaya. Allah adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS. 4: 148)
b. Surah al A'raf: 176-177
Dan kalau Kami menghendaki; sesungguhnya Kami tingikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan bawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami Maka ceritakanlan (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir (QS. 7:176)
Amat buruklah perummpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami dan kepada diri mereka sendirilah mereka berbuat zalim. (QS. 7:177)
Ayat ini menguraikan keadaan siapapun yang melepaskan diri dari pengetahuan yang telah dimilikinya. Allah SWT menyatakan bahwa sekiranya Kami menghendaki, pasti Kami menyucikan jiwanya dan meninggikan derajatnya dengannya yakni melalui pengamalannya terhadap ayat-ayat itu, tetapi dia mengekal yakni cenderung menetap terus menerus di dunia menikmati gemerlapnya serta merasa bahagia dan tenang menghadapinya dan menurutkan dengan antusias hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya adalah seperti anjing yang selalu menjulurkan lidahnya.
VI. Evaluasi Pendidikan
a. Surah al-Baqarah: 184
(yaitu) dalam beberapa hari yang tertextu. Maka jika di antara kamu ada yang sakit atau dalam perjalanan (lalu ia berbuka), maka (wajiblab baginya berpuasa) sebanyak hari yang ditinggalkan itu pada hari-hari yang lain. Dan wajib bagi orang-orang yang berat menjalankannya jika mereka tidak berpuasa), membayar fidyab, (yaitu) memberi makan seorang miskin. Barangsiapa yang dengan kerelaan hati mengerjakan kebajikan, maka itulah yang lebib baik baginya. Dan berpuasa lebih baik bagimu jika kamu mengetabui. (QS. 2: 184)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar