Selasa, 15 November 2011

pendidikan dalam presfektrif al-Quran

PENDIDIKAN DALAM PERSPEKTIF AL-QURAN

ABSTRAK

Alquran sebagai wahyu dan firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW selalu menjadi pusat sorotan karena daya pikatnya yang luar biasa. Keluarbiasaan Alquran itu terletak pada aspek-aspeknya antara lain bahasa dan gaya bahasanya, substansinya, keterjaminannya dari percampuran dengan bahasa manusia, jangkauannya yang tiada terbatas, dan multifungsinya bagi umat manusia.

Multifungsi Alquran itu terlihat pada ayat-ayatnya dan dikuatkan oleh Al-Hadits, yang menyebutkan bahwa Alquran adalah sebagai :

a) Pedoman hidup yang harus dipegang erat oleh kaum muslimin;

b) Petunjuk bagi umat manusia;

c) Pembeda antara yang benar dan yang salah;

d) Inspirator dan pemacu terhadap kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi;

e) Penyembuh bagi orang-orang mukmin;

f) Rahmat (limpahan kasih sayang) bagi orang-orang mukmin;

g) Pemberi peringatan bagi orang-orang yang lalai;

h) Bacaan utama yang bernilai ibadah.

Berbagai penelitian dan pembahasan, baik yang dilakukan oleh pakar Islam sendiri maupun oleh orientalis menyimpulkan bahwa Alquran memiliki muatan yang universal bagi kehidupan umat manusia secara keseluruhan, salah satu di antaranya bagaimana konsep Alquran berbicara masalah pendidikan.

A. Pendahuluan

Berbicara masalah pendidikan seakan tidak habis-habisnya sampai manusia itu sendiri lenyap dari permukaan bumi alias mati, karena manusia wajib menjalani pendidikannya sejak dia dilahirkan sampai dia masuk liang lahad, jasadnya larut ditelan bumi, dan rohnya kembali kepada sang pencipta yaitu Allah SWT.

Proses pendidikan terhadap manusia terjadi pertama kali ketika Allah SWT selesai menciptakan Adam Alaihissalam, lalu Allah SWT mengumpulkan tiga golongan mahluk yang diciptakan-Nya untuk diadakan Proses Belajar Mengajar (PBM). Tiga golongan mahluk ciptaan Allah dimaksud yaitu Jin, Malaikat, dan Manusia (Adam Alaihissalam) sebagai "mahasiswa" nya, sedangkan Allah SWT bertindak sebagai "Maha Guru" nya. Setelah selesai PBM maka Allah SWT mengadakan evaluasi kepada seluruh mahasiswa ( jin, malaikat, dan manusia) dengan cara bertanya dan menyuruh menjelaskan seluruh materi pelajaran yang diberikan, dan ternyata Adam lah (dari golongan manusia) yang berhasil menjadi juara dalam ujian tersebut.

Kejadian di atas diabadikan Allah SWT dalam firman-Nya QS.2 (Al-Baqoroh): 30 - 33 sebagai berikut :

"Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: 'sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang kholifah dimuka bumi', Mereka berkata: 'Mengapa Engkau hendak menjadikan kholifah di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kam,I senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?' Tuhan berfirman: 'Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang kamu tidak ketahui'."

"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada para Mlaikt lalu berfirman: 'Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar!"

"Mereka menjawab: 'Maha suci Engkau, tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengatahui lagi Maha Bijaksana."

"Allah berfirman :

'Hai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini!' Maka setelah diberitahukannya kepada mereka benda-benda itu, Allah berfirman: 'Bukankah sudah Ku katakana kepadamu, bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?".

Allah Swt berfirman dalam Alquran yang artinya : Allah tidak akan merubah suatu bangsa sehingga mereka sendiri merubah apa yang ada dalam dirinya. Termasuk yang ada di dalam diri manusia adalah hati, fakir, rasa, dan raga. Maka tepat sekali untuk merespon firman Allah di atas, Pemerintah bersama-sama DPR mengamandemen UUD 1945 pada tahun 2000 yaitu bahwa pendidikan adalah hak asasi manusia, dan pada amandemen tahun 2002 terhadap UUD 1945 disebutkan bahwa, tanggung jawab Negara dalam pendidikan diwujudkan dalam APBN sekurang-kurangnya 20 %.

Dalam Pembukaan UUD 1945 tercantum salah satu cita-cita bangsa Indonesia yang luhur, yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Bangsa atau masyarakat yang cerdas merupakan pilar bagi kejayaan dan kemajuannya. Dengan "mencerdaskan orang banyak" dan "memperbanyak orang cerdas", maka kita bangsa Indonesia akan sanggup menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang.

Membangun manusia yang cerdas dan terampil ini merupakan bagian dari hakikat pembangunan nasional, yakni pembangunan ,manusia seutuhnya dan manusia Indonesia seluruhnya. Kecerdasan dan keterampilan satu sama lain saling melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. Kalau kecerdasan banyak berhubungan dengan kemampuan pikir dan nalar yang berbasis pada akal atau rasio, maka keterampilan berkaitan dengan skill atau keahlian yang dimiliki oleh seseorang.

Pendidikan sebagaimana pengertiannya yang disebutkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah

"Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara".

Pendidikan yang dimaksud dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas di atas adalah pendidikan yang mengarah pada pembentukan manusia yang berkualitas atau manusia seutuhnya yang lebih dikenal dengan istilah insan kamil. Untuk menuju terciptanya insan kamil di atas, maka pendidikan yang dikembangkan menurut Mendiknas (2006: xix) adalah pendidikan yang memiliki empat segi yaitu : olah kolbu, olah pikir, olah rasa, dan olah raga.

Olah Qolbu adalah pendidikan akhlak mulia dan berbudi pekerti luhur sehingga peserta didik memiliki kepribadian yang unggul. Ini adalah aktualisasi dari potensi hati manusia dan merupakan bagian pendidikan yang paling mendasar dan paling penting. Dalam istilah pendidikan, hal itu termasuk merupakan aspek afeksi, yaitu bagaimana membangun manusia berhati baik dan prakarsanya menjadi baik, yang ini semua tergantung atau karena didasarkan pada niat yang baik, sebagaimana bunyi Hadits Nabi: "semua perbuatan (amal) berangkat / tergantung dari kualitas niatnya". Niat yang baik dan positif akan bisa menjadikan manusia bersifat produktif. Inilah yang dalam istilah popular saat ini disebut dengan kecerdasan spiritual.

Olah pikir berarti membangun manusia agar memiliki kemandirian serta menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Olah pikir berorientasi pada pembangunan manusia yang cerdas, kreatif dan inovatif. Olah rasa bertujuan menghasilkan manusia yang apresiatif, sensitive,serta mampu mengekspresikan keindahan dan kehalusan. Ini sangat penting karena tidak akan ada rasa syukur manakala seseorang tidak memiliki apresiasi terhadap keindahan dan kehalusan. Sedangkan olah raga merupakan proses pembangunan manusia sehingga bisa menjadikan dirinya sebagai penopang bagi berfungsinya hati, otak dan rasa.

Proses pendidikan di atas sejalan dengan QS. Ali Imron (3): 191 yang artinya sebagai berikut:

"(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi: "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."

Itulah cermin manusia seutuhnya yang menggunakan hati dan fikirannya untuk selalu berdzikir kepada Allah, bertafakur mengamati alam semesta, sehingga sampai pada suatu kesimpulan bahwa Allah menciptakan alam semesta ini bukan untuk main-main, tetapi dengan tujuan yang amat tinggi dan mulia yaitu tujuan kehidupan manusia yang tidak berhenti di dunia ini saja, melainkan harapan dan doa kehidupan yang sejahtera di akhirat kelak.

Sedangkan menurut Irfan Hielmy (1999: 58) kecerdasan dan keterampilan seperti yang disebutkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas adalah Kecerdasan dan keterampilan yang merupakan bagian dari apa yang kita kenal dengan istilah "The Golden H", yaitu head, hand, heart, dan health. Head adalah manusia yang cerdas, pandai dan pintar, hand berarti manusia yang terampil, memiliki skill atau keahlian dan profesionalisme; heart berarti manusia yang mencintai keindahan, memiliki akhlak yang mulia dan sopan santun; dan health berarti manusia yang sadar akan kebersihan, kesehatan dan berdisiplin tinggi. Cerdas (ibid: 59) berarti pandai, tajam pikiran dan sempurna perkembangan akal budinya. Insan yang cerdas dan terampil adalah insan dengan kemampuan akalnya dapat memahami berbagai alam dan sosial, serta memanfaatkannya demi kesejahteraan umat manusia baik di dunia maupun di akhirat kelak.

Pembangunan pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah bersama masyarakat merupakan upaya pengejewantahan salah satu cita-cita nasional, yaitu menciptakan anak bangsa yang cerdas dan bermartabat. Proses pencerdasan dan pemartabatan bangsa dilakukan tidak lepas dari proses belajar mengajar dan pelatihan baik melalui jalur sekolah maupun jalur luar sekolah.

Berbicara pembangunan pendidikan di Indonesia, Syafaruddin (2001:1) menjelaskan, "Pembangunan bidang pendidikan mengemban misi pemerataan pendidikan yang menimbaulkan ledakan pendidikan (education explotion). Hal itu memberikan peningkatan mutu sangat signifikan dalam pengembangan sumber daya manusia (human recourses development) bangsa kita. Strategi pendidikan nasional ketika itu adalah popularisasi pendidikan yang mengakar pada pemerataan pendidikanb. Lebih jauh semakin dirasakan bahwa pembangunan sekolah-sekolah memiliki fungsi strategis bagi peningkatan kualitas warga Negara, harkat, dan martabat bangsa Indonesia".

Langkah yang harus dilakukan untuk bisa mencapai derajat manusia Idonesia yang bermartabat, cerdas, dan terampil atau "insan kamil" atau manusia paripurna, Irfan Hielmy (ibid: 53) adalah dengan mengembangkan berbagai potensi yang ada pada diri manusia sesuai dengan fitrahnya, baik potensi jasmani (yakni daging, tulang, otot, darqh, dan sebaginya) maupun potensi rohani (yaitu akal, akhlak, budi pekerti, kolbu atau bathin, firasat, rasa, karsa, nafsu, dan sebagainay) harus dikembangkan secara seimbang, dijaga, dibina, dan dikembangkan melalui suatu proses pendidikan sejak ia lahir sampai berpulang ke rahmatullah.

B. Pendidikan Dalam Perspektif Alquran

Paradigma pendidikan dalam Alquran tidak lepas dari tujuan Allah SWT menciptakan manusia itu seindiri, yaitu pendidikan penyerahan diri secara ikhlas kepada sang Kholik yang mengarah pada tercapainya kebahagiaan hidup dunia maupun akhirat, sebagaimna Firman-Nya dalam QS. Adz-Dzariyat: 56 : "Tidak semata-mata kami ciptakan jin dan manusia kecuali hanya untuk beribadah". Menurut Armai Arief (2007:175) " bahwa tujuan pendidikan dalam Alquran adalah membina manusia secara pribadi dan kelompok, sehingga mampu menjalankan fungsinya sebagai hamba Allah SWT. dan kholifah-Nya, guna membangun dunia ini sesuai dengan konsep yang diciptakan Allah".

Pendidikan dalam perspektif Alquran dapat dilihat bagaimana Luqman Al-Hakim memberikan pendidikan yang mendasar kepada putranya, sekaligus memberikan contohnya, juga menunjukkan perbuatannya lewat pengamalan dan sikap mental yang dilakukannya sehari-hari dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT. Diantara wasiat pendidikan 'monumental' yang dicontohkan Luqman lewat materi billisan dan dilakukannya lewat bilamal terlebih dahulu adalah: Jangan sekali-kali menyekutukan Allah, berbuat baiklah kepada kedua orang tua, jangan mengikuti seruan syirik, ingatlah bahwa manusia itu pasti mati, hendaklah kita tetap merasa diawasi oleh Allah, hendaklah selalu mendirikan sholat, kerjakan selalu yang baik dan tinggalkan perbuatan keji, jangan suka menyombongkan diri, sederhanalah dalam berpergian, dan rendahkanlah suaramu.

Walaupun sederhana materi dan metode yang diajarkan Luqman Al-Hakim kepada putranya termasuk kepada kita semua yang hidup di jaman modern ini, namun betapa cermat dan mendalam filosofi pendidikan serta hikmah yang dimiliki Luqman untuk dapat dipelajari oleh generasi berikutnya sampai akhir jaman.

Konsep pendidikan dalam perspektif Alquran yang direfleksikan Allah SWT dalam QS. Luqman (31):12-19 selengkapnya berbunyi sebagai berikut :

12. Dan sesungguhnya telah kami berikan hikmah kepada Luqmman, yaitu : " bersyukurlah kepada Allah. Dan barang siapa bersyukur (kepada Allah) maka sesungguhnya ia bersyukur untuk dirinya sendiri, dan barang siapa tidak bersyukur, maka sesungguhnya Allah Maha Kaya lagi Maha Terpuji".

13. Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya di waktu ia memberi pelajaran kepada anaknya: "Hai anakku, janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) itu adalah benar-benar kedzaliman yang besar".

14. Dan Kami perintahkan kepada manusia terhadap dua orang ibu-bapak; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah lemah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu-bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu.

15. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuannya tentang itu, maka janganlah engkau mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Kuberikan kepadamu apa yang telah engkau kerjakan.

16. (Luqman berkata): "Hai anakkua, sesungguhnya jika ada (sesuatu perbuatan) seberat biji sawi dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi, niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasnya). Sesungguhnya Allah Maha Halus lagi Maha Mengetahui".

17. Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang diwajibkan (oleh Allah).

18. Dan janganlah engkau memalingkan mukamu dari manusia (karena sombong) dan janganlah engkau berjalan di muka bumi dengan angkuh. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong lagi membanggakan diri.

19. Dan sederhanalah engkau dalam berjalan dan lunakkan suaramu. Sesungguhnya seburuk-buruk suara adalah suara keledai.

Ketokohan Luqman Al-Hakim seperti dijelaskan di atas merupakan suatu keniscayaan dalam dunia pendidikan, hingga dapat melahirkan para ahli pendidikan dibidangnya masing-masing sejak Alquran dilauncingkan oleh pembawa risalah terakhir Rosululloh Muhammad SAW empat belas abad yang lalu hingga sekarang bahkan sampai akhir jaman. Islam memandang dan memposisikan sendi-sendi keilmuan atau ilmu pengetahuan dan teknologi sebagai sesuatu yang sangat utama dan urgen. Ia merangkul iptek sedemikian rupa sehingga menganggap suci dan disamakan derajatnya dengan jihad bagi perjuangan orang-orang yang berilmu dan yang mencari ilmu, juga karya-karya yang mereka temukan tentang fenomena dan rahasia alam semesta ini. Hal ini dijelaskan dengan firman Allah dalam QS. Al-Mujadilah ayat 11 : "Allah meninggikan orang-orang yang beriman di antara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."

Ilmu pengetahuan yang dituju oleh Alquran menurut Widodo (2007: 161) adalah ilmu pengetahuan dengan pengertiannya yang menyeluruh, yang mengatur segala yang berhubungan dengan kehidupan dan tidak terbatas pada ilmu syariah dan akidah saja. Ia mencakup berbagai disiplin ilmu seperti ilmu sosial, ekonomi, sejarah, fisika, biologi, matematika, astronomi, dan geografi dalam bentuk gejala-gejala umum, general ideas, atau grand theory yang perlu dikem,bangkan lagi oleh akal manusia. Dalam pandangan yang bersifat internal-global, ilmu-ilmu dalam Alquran dapat dijabarkan ke dalam masalah-masalah akidah, syariah, ibadah, muamalah, akhlak, kisah-kisah lampau,berita-berita akan dating, dan ilmu pengetahuan ilahiah lainnya.

Demikian lengkapnya berbagai ilmu yang terdapat dalam Alquran, tidak terkecuali masalah sains dan matematika. Tentang term ini Fahmi Basya (1427H: 95) menjelaskan bahwa Matematika Islam ialah matematika yang menjadikan Alquran dan Sunnah Nabi sebagi postulat. Hal itu sejalan dengan apa yang dikatakan Nabi Muhammad SAW bahwa: " Aku tinggalkan untuk kalian dua urusan, kamu tidakakan tersesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu Kitab Allah (Alquran) dan Sunnah Rasul Allah (Hadits)."

Sebab itu masih menurut dia, dalam Matematika Islam, kita tidak lagi perlu membuktikan suatu data yang datang dari Allah dan Rasul-Nya, sekalipun nanti dalam perjalananya, Matematika Islam seolah membuktikan kebenaran sunnah-sunnah Nabi. Data bilangan dari Alquran dan Nabi, diolah dan dibuat model matematikanya. Untuk memperjelas penemuannya dia mengutip QS. Al-Hasyr ayat 21 sebagai berikut : â?oKalau Kami turunkan Alquran ini kepada gunung, sungguh kamu lihat dia tunduk terpecah belah dari takut kepada Allah. Dan Dan itu perumpamaan yang Kami adakan untuk manusia supaya mereka berfikir"

Cuplikan ayat di atas menjelaskan bahwa Alquran adalah suatu Formula. Oleh karena itu diakhir ayat tadi dikatakan 'itu perumpamaan yang kami adakan untuk manusia supaya mereka berfikir. Fenomena ini menandakan bahwa Alquran berisi Sains yang perlu difikirkan.

C. Kedudukan Ilmu dalam Alquran

Ilmu ialah pengetahuan yang disusun secara sistematis yang diperoleh melalui suatu penyelidikan yang rasional dan empiris. Kebenaran hasil suatu penyelidikn atau penelitian yang rasional sudah barang tentu mensyaratkan adanya kemampuan berfikir dan bernalar melalui akal yang sehat secara logis untuk menetukan kesimpulan suatu kebenaran yang semuanya bersifat nisbi (sekarang aktual besok basi), karena kebenaran yang hakiki hanyalah milik Allah SWT, seperti ditegaskan dengan firman-Nya QS. AlBaqarah (2):147: "Kebenaran itu adalah dari Tuhanmu, sebab itu jangan sekali-kali kamu termasuk orang-orang yang ragu".

Dengan demikian, akal yang sehat menjadi syarat utama dapat memperolehnya. Irfan Hielmy (Ibid: 62) mengatakan: "Ilmu, dalam bahasa Inggris disebut science, artinya ilmu pengetahuan. Atau sering pula disebut dengan istilah epistemology, yaitu "part of philosophy which treats of the possibility, nature and limits of human knowledge" (bagian dari ilmu filsafat yang tersusun atas kemungkinan, alam dan batasan pengetahuan manusia)." Bagi manusia, ilmu berguna untuk merencanakan suatu aktivitas, mengontrol atau mengevaluasinya, memprediksi suatu gejala, dan yang terpenting adalah untuk mengembangkan teknologi, sehingga dapat memberikan manfaat yang besar bagi kepentingan seluruh umat manusia.

Tidak ada agama selain Islam, dan tidak ada kitab suci selain Alquran yang demikian tinggi menghargai ilmu pengetahuan, mendorong untuk mencarinya, dan memuji orang-orang yang menguasainya. Yusuf Qardhawi (1998: 91) mengingatkan bahwa, ayat Alquran yang pertama ke hati Rasulullah SAW menunjuk pada keutamaan ilmu pengetahuan, yaitu denganmemerintahkannya membaca, sebagai kunci ilmu pengetahuan, dan menyebut qalam, alat transformasi ilmu pengetahuan, sebagai mana ditegaskan dalam QS.Al-Alaq : 1-5 sebagai berikut : "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan, Dia menciptakan manusia dari segumpal darh. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan qalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya."

Dalam wahyu pertama di atas, Allah SWT memulai surat dengan memerintahkan untuk membaca yang timbul dari sifat 'tahu', lalu menyebutkan penciptaan manusia secara khusus dan umum, menyebut nikmat-Nya dengan mengajarkan manusia apa yang ia tidak ketahui. Hal itu menunjukkan akan kemuliaan belajar dan ilmu pengetahuan.

D. Adam Dimuliakan dengan Ilmu

Seperti telah penulis cantumkan di awal, disebutkan dalam Alquran- tidak dalam kitab agama lainnya- bahwa Allah memberikan keutamaan kepada Adam, bapak manusia, juga menjadikannya sebagai khalifah Allah di muka bumi dan meninggikannya di atas malaikat -yang mengisi seluruh waktunya dengan ibadah kepada Allah-yaitu dengan ilmu yang diberikan Allah SWT kepadanya dan mengungguli ilmu malaikat dan jin pada ujian yang dilakukan Allah antara mereka dan manusia.

Ibnul Qayyim seperti dikutip Qardhawi (Ibid: 96) berkata : Tentang keutamaan ilmu yang dikisahkan dalam QS. Al-Baqarah: 30-33 seperti tercantum di awal tulisan ini, ada beberapa bentuk.

Pertama, Allah membalas pertanyaan malaikat ketika mereka menanyakan Allah SWT, "Kenapa Engkau menjadikan khalifah di bumi, sementara malaikat lebih taat dibanding mereka," Allah menjawab, "Aku lebih tahu atas apa yang engkau tidak ketahui". Allah menjawab bahwa Dia lebih tahu substansi terdalam semua itu, sementara mereka tidak mengetahuinya. Allah Mahatahu lagi Mahbijaksana dari khalifah ini akan lahir makhluk-makhluk pilihan, rasul-rasul, nabi-nabi, kaum shalihin, para syuhada, ulama, dan ahli ilmu pengetahuan dan keimanan, yang lebih baik dari Malaikat. Dan, timbul dari Iblis makhluk yang paling jahat di dunia. Allah SWT mengeluarkan dia (dari syurga yang menjadi tempat tinggal Adam). Sementara, malaikat tidak mengetahui tentang keduanya, serta tentang penciptaan dan penempatannya di bumi yang mengandung banyak hikmah.

Kedua, ketika akan menunjukkan kelebihan Adam dan meninggikan derajatnya, Allah SWT melebihkannya dengan ilmu yang dimilikinya. Maka, Allah mengajarkan kepadanya nama-nama, setelah melontarkan pertanyaan kepada para Malaikat, "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu memang orang-orang yang benar" (Al-Baqarah:31).

Dalam tafsir dikatakan bahwa para Malaikat berkata, "Allah tidak akan menciptakan makhluk yang lebih mulia dari kita!" Mereka menyangka lebih baik daripada khalifah yang Allah jadikan di muka bumi. Ketika Allah menguji mereka dengan ilmu yang dimiliki khalifah ini, maka mereka segera mengakui kelemahan dan kebodohan ata apa yang mereka tidak ketahui. Saat itu Allah menampakkan keutamaan Adam dengan ilmu yang dimilikinya. "Allah berfirman, â?oHai Adam, beritahukanlah kepada mereka nama-nama benda ini! Maka setelah diberitahukannya kepada mereka nama-nama benda itu, (Al-Baqarah:33) mereka mengakui kelebihan Adam.

Ketiga, Setelah menunjukkan keutamaan Adam dengan ilmu yang dimilikinya dan ketidak thuan Malaikat atas ilmu tersebut, Allah SWT berfirman kepada mereka : "Bukankah sudah Kukatakan kepadamu bahwa sesungguhnya Aku mengetahui rahasia langit dan bumi dan mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan?" (Al-Baqarah:33).

Dengan firmanNya di atas, Allah memberitahukan kepada mereka akan ilmu Allah dan bahwa Dia mengetahui segala sesuatu, baik lahir maupun batin, dan kegaiban langit. Allah memperkenalkan diri kepada merka dengan sifat ilmu, dan memberitahukan mereka bahwa keutamaan nabi-Nya adalah dengan ilmu, dan kelemahan mereka atas Adam adalah dalam segi ilmu. Semua itu menunjukkan kem,uliaan ilmu.

Keempat, Allah SWT menjadikan sebagian sifat kesempurnaan pada Adam sehingga ia lebih mulia dari makhluk yang lainnya. Allah ingin menunjukan kemulian dan keutamaan Adam, maka Allah menampilkan sisi terbaiknya, yaitu ilmunya. Ini menunjukan bahwa ilmu adalah sisi yang paling mulia dalam diri manusia dan kemuliaan manusia karena ilmunya.Hal seperti ini sama dengan apa yang terjadi terhadap Nabi Yusuf a.s.. Ketika Allah ingin menunjukan keutamaan dan kemuliannya atas seluruh manusiaa pada masanya. Dia memperlihatkan kepada raja dan penduduk Mesir ilmu Yusuf a.s.tentang tabir mimpi yang tidak dapat di pecahkan oleh para ahli. Pada saat itu, sang raja menampilkannya dan memberikannya kedudukan, yaitu memegang perbendaharaan Negara. Padahal, sebelumnya raja itu memenjarakannya karena melihat ketampanannya, namun ketika tampak ketinggian ilmu dan pengetahuannya, ia melepaskan bahkan memberikannya kedudukan. Ini menunjukan bahwa penguasaan ilmu oleh bani Adam lebih dimuliakan dan lebih baik dari bentuk fisik.

Sementara menurut jalan pemikiran Muhammad Syadid (2003: 132) bahwa Alquran menjadikan alam sebagai 'buku' untuk mengetahui Allah (ma'rifatullah), menyeru akal dan hati untuk memikirkan keindahan ciptaan Allah dan ayat-ayat-Nya, mengungkap berbagai macam rahasia penciptaan-Nya. Dengan pengarahan ini Alquran membuka pintu ilmu, memerdekakan akal dan pikiran dari belenggu kebodohan dan kebekuan, serta mendorong kita untuk mengadakan pengkajian, penelitian dan pembelajaran. Allah Azza wa Jalla telah menciptakan segala sesuatu dan mengaturnya sesuai dengan undang-undang, sekaligus menyiapkan manusia untuk mengenal undang-undang tersebut dan menggunakannya dengan kesiapan yang juga dianugerahkan Allah kepadanya.

Selanjutnya Syadid menyitir contoh pada kisah Nabi Sualaiman yang ingin memindahkan singgasana Ratu Bilqis dari Yaman ke istananya sebelum Ratu Bilqis datang memenuhi undangannya, mungkin terdapat isyarat Alquran yang mengagumkan untuk bisa menyibak rahasia alam, guna memotivasi akal agar mau berpikir dan mengkaji, sehingga bisa melahirkan berbagai macam penemuan. Kisah selengkapnya diabadikan dalam QS. An-Naml (27): 38-40 sebagai berikut : "Berkata Sulaiman: Hai pembesar-pembesar, siapakah diantara kamu sekalian yang sanggup membawa singgasananya kepadaku sebelum mereka datang kepadaku sebagai orang-orang yang berserah diri. Berkata Ifrit (yang cerdik) dari golongan Jin ; aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu; sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya. Berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari Al-Kitab: aku akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip. Maka tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, ia pun berkata: Ini termasuk karunia Robb-ku untuk mencoba aku apakah aku bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). Dan barang siapa yang bersyukur maka sesungguhnya dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya sendiri dan barang siapa yang ingkar, maka sesungguhnya Robb-ku Mahakaya lagi Maha Mulia."

Syadid berkesimpulan bahwa pekerjaan memindahkan singgasana dari satu negeri ke negeri yang lain dalam waktu lebih cepat dari sekejap mata disebutkan oleh Alquran bukan sebagai suatu perbuatan sihir, kekuatan Jin, atau mukjizat seoarang Nabi, melainkan perbuatan seseorang karena ilmu yang dimilikinya. Ini merupakan bukti bahwa dengan ilmu manusia mampu menundukkan banyak kekuatan alam manakala ia sampai kepada pengenalan terhadap undang-undang-Nya. Hal itulah yang telah dilakukan oleh rekan Nabi Sulaiman Alaihissalam. Ilmu modernpun telah mampu memindahkan suara melalui gelombang, lalu berkembang sehingga mampu memindahkan gambar visual. Sementara para ahli juga mencoba memindahkan badan dengan cara seperti yang dilakukan oleh ilmuwan di zaman Sulaiman tersebut. Dan Alquran Al-Karim cukup memotivasi orang untuk berpikir, tidak perlu mengemukakan teori, cara atau sarananya. Dengan kata lain, Alquran cukup hanya menunjukkan kunci-kunci ma'rifah dan rahasia alam, serta mendorong kita untuk terus menerus meneliti serta mengkajinya.

E. Penutup

Pada bagian akhir ini penulis kemukakan keutamaan ilmu dan belajar. Hal ini penulis menganggap penting karena yang terjadi dan dirasakan sampai sekarang perhatian dan penghargaan masyarakat terhadap prestasi ahli ilmu dan orang yang berjuang mencari ilmu belum maksimal, pemerintah belum secara serius dan menyeluruh melaksanakan Undang-Undang yang mengamanatkan 20 % APBN/APBD untuk meningkatkan sumber daya manusia melalui pendidikan.

Sedangkan Alquran jelas sekali menghargai orang-orang yang berilmu dan berjuang dalam dunia pendidikan, seperti tercantum dalam QS. Al-Mujadilah :11 : "Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di anatara kamu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat."

Sebuah nasihat Imam Al-Ghazaly (1995: 15) perlu kita renungkan dengan baik : "Wahai orang-orang yang ingin terbebas dari segala mara bahaya dan yang ingin beribadah dengan benar, kita harus membekali diri dengan ilmu . Sebab, beribadah tanpa bekal ilmu adalah sia-sia, karena ilmu adalah pangkal dari segala perbuatan. Hendaknya kita memusatkan perhatian dan pikiran hanya hanya untuk ibadah dan ilmu. Jika sudah demikian, kita akan menjadi kuat dan berhasil . Karena berpikir selain untuk ibadah dan ilmu adalah bathil dan sesat, hanya hanya aka menghancurkan dunia."

Menghadapi era millennium ke 3, penguasaan dan pengendalian iptek harus menjadi pemikiran serius para pelaku pendidikan. Penguasaan iptek mutlak diperlukan mengingat perkembangan global masyarakat modern tidak dapat dipisahkan dari iptek. Namun demikian, upaya pengendalian dan pencegahan dampak negative iptek, juga harus menjadi prioritas pendidikan mengingat nasihat Imam Al-Ghazaly di atas.

Kecenderungan realitas obyektif masyarakat modern yang di satu sisi terbius dengan hedonisme, dan sangat mengagung-agungkan ilmu dan teknologi, namun mulai ada kepercayaan dan ketergantungan kepada semangat spiritualitas agama. Melihat perkembangan masyarakat modern yang semakin menghawatirkan (disatu sisi), namun ada sisi menggembirakan, seperti dikemukakan Irfan Hielmy (1999: 106) ..banyak di antara tokoh-tokoh di berbagai belahan dunia yang semakin menyadari pentingnya kehadiran agama di tengah-tengah masyarakat, Gejala dan kecenderungan masyarakat untuk kembali memaknai agama pun sudah semakin terlihat, bahkan John Naisbit dan Patricia Aburdene, dua orang futurology Amerika Serikat memperkirakan akan terjadinya kebangkitan agama pada millennium ketiga ini.

Jelaslah bahwa ilmu itu ibarat permata dan lebih utama dari ibadah. Namun demikian tidak boleh meninggalkan ibadah, kita harus beribadah dengan disertai ilmu. Oleh karena itu untuk kebahagiaan hidup dunia dan akhirat kita harus memiliki keduanya, yakni ilmu dan ibadah.

DAFTAR PUSTAKA

Al-Ghazaly, Terjemah Minhajul Abidin, Mutiara Ilmu, Surabaya, 1995

Al-Quran al-Karim

Arief, Armai, Reformasi Pendidikan Islam, Ciputat Press, 2007.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar