Rabu, 16 November 2011

macam metode filsafat


Metode dan Filsafat
• Istilah “metode” berasal dari kata Yunani “methodeuo” :  “meta” (dengan) dan “hodos” (jalan) berarti mengikuti jejak atau mengusut, menyelidiki dan meneliti.
• Secara ilmiah, metode berarti cara kerja yg teratur dan sistematis yg digunakan utk memahami suatu objek yg dipermasalahkan, yg merupakan sasaran dari bdg ilmu tertentu.
• Metode yang tepat dan benar akan menjamin kebenaran yang diraih.
• Setiap cabang keilmuan harus mengembangkan metodologi sesuai dengan objek ilmu pengetahuan itu sendiri.
• Filsafat memiliki metode sendiri, namun metode filsafat cukup banyak sesuai dengan keinginan dari fulsulnya sendiri.
• Dalam dua pertemuan kita akan membicarakan metode-metode filsafat.

Metode-Metode Filsafat
• Pertemuan (2):
1.  Metode Zeno; reduction ad absurdum
2. Metode Sokrates : Maieutik Diallektis Kritis Induktif
3. Metode Plato: Deduktif Spekulatif transcendental.
4. Metode Aristoteles : Silogistis deduktif
5. Metode Platinos : Kontemplatif Mistis

• Pertemuan (3):
1. Metode Descartes : Skeptis
2. Metode Bacon : Induktif
3. Metode Eksistensialisme : Eksistensial
4. Metode Fenomenalogi : Fenomenalogis
5. Metode Analitik : Verifikasi dan klarifikasi


Metode-Metode Filsafat (1)
• Metode Fisafat yang dibahas dalam pert. 2 ini adalah metode filsafat, yang meliputi:
– Metode Zeno; reduction ad absurdum
– Metode Sokrates : Maieutik Diallektis Kritis Induktif
– Metode Plato: Deduktif Spekulatif transcendental.
– Metode Aristoteles : Silogistis deduktif
– Metode Platinos : Kontemplatif Mistis


• Metode Fisafat yang dibahas dalam pert. 2 ini adalah metode filsafat, yang meliputi:
– Metode Zeno; reduction ad absurdum
– Metode Sokrates : Maieutik Diallektis Kritis Induktif
– Metode Plato: Deduktif Spekulatif transcendental.
– Metode Aristoteles : Silogistis deduktif
– Metode Platinos : Kontemplatif Mistis

Metode Zeno; reduction ad absurdum
• Zeno adalah seorang pemikir jenius yg berhasil mengembangkan metode untuk meraih kebenaran dengan membuktikan kesalahan presmis-premis lawan dengan cara mereduksikannya menjadi suatu kontradiksi sehingga konklusinya pun menjadi mustahil (reductio ad absurdum).
• Zeno berpendapat bhw alam semesta ini “hanya satu”. Untuk mempertahankan monisme dari serangan pluralisme, dengan  metode “reductio ad absurdum”.
• Zeno mengatakan bhw seandainya ada banyak titik yg terdapat di antara titik A dan B, berarti kita juga harus mengakui adanya suatu jumlah tak terbatas karena akan senantiasa terdapat titik di antara titik itu dan demikian seterusnya.
• Jika banyaknya titik itu tak terbatas antara A dan B tidak mungkin dapat terlintasi.
• Ternyata orang dapat berjalan dari A ke B dan itu berarti bahwa jarak A ke B dapat dilintasi. Jika jarak A ke B dapat dilintasi, pastilah jarak A ke B itu tidak tak terbatas.
• Hipotesa semula, menyatakan banyak titik yg terdapat di antara titik A dan B adalah tidak benar.
• Jadi, pluralitas itu absurd, tidak masuk akal dan mustahil.
• Zeno mengatakan seandainya ada ruang kosong, ruang kosong itu berada oada ruang kosong yg lain demikian seterusnya sehingga tidak terbatas.
• Parmenidesseorang guru Zeno juga sependapat dengan Zeno bhw ruang kosong pun harus ada karena gerak hanya mungkin terjadi apabila ada ruang kosong.  Contohnya adalah:
• Dikotomi Paradoks: Bila ruang kosong yg membuat suatu jarak tertentu, sehingga jarak itu tidak terbatas.
• Jarak itu dapat dibagi lagi kedalam titik-titik yg tidak ada habisnya?
• Sesunguhhnya gerak itu merupakan sesuatu yg absurd.
Metode Sokrates
• Metode Sokrates adalah Maieutik Dialektis Kritis Induktif.
• Lewat karya Plato pemikiran Sokrates terungkap bhw pemikiran Sokrates kepada manusia.
• Menurut Sokrates filsafat adalah upaya untuk mencapai kebajikan. Kebajikan itu harus tampak lewat tingkah laku manusia yg pantas, yg baik dan terpuji.
• Kebajikan mengantarkan manusia kegerbang kebahagian sejati.
• Barang siapa yg mengetahui dan oleh sebab itu memiliki kebenaran objektif dan bertingkah laku sesuai dengan kebenaran pbjektif itu, merekalah yg dapat mengecap kebahagian sesungguhnya.
• Untuk mencapai kebenaran objektif hartus menggunakan metode yg dilandasi pada keyakinan.
• Pengetahuan akan kebenaran objektif itu tersimpan dalam jiwa setiap orang sejak masa pra-eksistensinya.
• Sokrates tidak pernah mengajarkan tentang kebenaran itu, melainkan berupaya menolong untuk mengungkapkan apa yg memang ada dan tersimpan di dalam jiwa seseorang.
• Apa yg dilakukan oleh ibunya, yg sering menolong orang melahirkan (ibunya seorang bidan), demikian pulah yg dilakukannya.. Cara yg digunakannya itu pun disebut “maieutika tekhne (teknik kebidanan).
• Sokrates mempraktekkan teknik kebidanan itu lewat percakapan, berdialog dgn siapapun yg berjumpa dgn dia. Lewat percakapan itu ia melihat dgn jelas adanya kebenaran-kebenaran individual yg ternyata bersifat universal.
• Cara Sokrates ini memperkokoh dasar berpikir induktif yg kemudian akan dikembangkan oleh pemikir yg lain.

• Dialog yg digunakan Sokrates melbatkan dirinya secara aktif dengan menggunakan argumentasi rasional yg didukung oleh analisis yg cermat ttg apa saja, dlm menunjukkan perbedaan, pertentangan, penolakan, menyaring, membersihkan serta menjelaskan keyakinan dan pendapat demi lahirnya kebenaran objektif.
• Lewat dialog-dialog kritis serupa itulah Sokrates berupaya menggiring orang utk menemukan kebenaran yg sesungguhnya.
• Karena Sokrates mengajak orang berdialog atau bercakap-cakap, maka metodenya disebut metode “Dialektik”, disebutkan juga “Metode interogasi”
Metode Plato
• Deduktif Spekulatif Transedental (Metode Plato)
• Plato ingin mengabadikan gagasan dan pemikiran gurunya Sokrates.
• Sokrates memusatkan perhatian kepada masalah etis, Plato lebih luas yg mencakup ilmu pengetahuan, yg mana eksaktalah yg paling diminati oleh Plato.
• Dgn itu Plato meletakan dasar penalaran deduktif yg terlihat lewat argumen deduktif yg cermat dan sistematis..
• Pada umumnya dialog-dialog Plato terbagi kepada tiga periode, yaitu periode awal, pertengahan dan akhir.
Periode Dialog Awal (Plato)
• Disebut sebagai penyelidikan Inquiry
• Plato menolak spekulasi, sains, teori etika dan tradisi dari para sofis terdahulu.
• Periode Pewrtengahan disebut juga periode spekulasi/pemikiran
• Periode dialog akhir disebut periode kritisme, penilaian dan aplikasi.
Dialog Pertengahan (Plato)
• Terlihat berkembang suatu filsafat sistematis.
• Hasil pemikiran yg abstrak yg tertuang dalam enam tema pokok:
– Teori tentang bentuk-bentuk (the theory of forms) yg dikenal juga sebagai teori ttg ide-ide.
– Sifat cinta (the nature of love)
– Metode dialektika (the method of dialebtic)
– Bentuk atau ide ttg kebaikan (the form of good)
– Sifat jiwa (the nature of soul)
– Masyarakat ideal (the ideal society).
• Metode dialog diatas disebut juga periode spekulasi dan yg terakhir merupakan upaya mengaplikasikan secara rinci sistem spekulatif yg agung (detailed application of the great speculative system).
• Inti dasar filsafat Plato ilah ajaran ttg Ide-Ide.
• Plato percaya bhw ide yg ditangkap oleh pikiran lebih nyata daripada objek material yg terlihat oleh mata.
• Keberadaan bunga, pohon dll bisa berubah dan berakhir, tapi idenya kekal dan tak berubah, karena itu ide merupakan realitas yg sesungguhnya dan abadi.
• Dunia indrawi adalah suatu realitas yg tidak tetap dan berubah yg itulah yg dialami manusia.
• Dunia Ide suatu realitas yg tidak bisa dilihat, dirasa dan didengar, dunia yg benar-benar objektif dan berada di luar pengalaman manusia.
• Pengetahuan sebenarnya hanya merupakan ingatan terhadap apa yg telah diketahui oleh dunia ide – belum berada di dunia indrawi, manusia pernah berdiam di dunia ide .
• Jadi dunia ide itu berada di luar pengalaman manusia di dunia, karena itu sistem pemikiran Plato bersifat transedental, sehingga filsafat Plato disebut “Metode deduktif spekulatif transedental”
Metode Aristoteles
• Silogistis Deduktif (Metode Aristoteles)
• Aristoteles mengatakan du metode yg dapat digunakan untuk menarik kesimpulan utk memperoleh pengetahuan dan kebenaran baru, yaitu metode Induktif dan Deduktif.
• Induksi (epagogi) ialah cara menarik konklusi yg bersifat umum dari hal-hal yg khusus.
• Induksi berangkat dari pengamatan dan pengetahuan indrawi yg berdasarkan pengalaman, sedangkan deduksi sebaliknya terlepas dari pengamatan dan pengetahuan indrawi yg berdasarkan pengalaman itu.
• Deduksi (apodiktik) ialh cara menarik konklusi dari sifat umum ke khusus.
• Logika dalam metode Aristoteles dipapar induksi dan deduksi.
• Logika adalah silogisme suatu alat dan mekanisme penalaran untuk menarik konklusi yg benar berdasarkan premis-premis yg benar adalah bentuk formal dari penalaran deduktif. Deduksi merupakan bentuk terbaik untuk memperoleh konklusi demi meraih pengetahuan dan kebenaran baru. Sehingga metode ini disbut silogistis deduktif.
• Silogisme adalah penemuan Aristoteles yg murni dan tersebar dalam logika.
• Silogisme sebagai bentuk formal dari deduksi terdiri atas tiga proposisi:
• Pertama dan kedua disebut presmis, sedangkan proposisi ketiga merupakan konklusi yg ditarik dari proposisi pertama dengan bantuan proposisi kedua.
• Setiap silogisme terdiri atas dua premis dan satu konklusi.
• Tiap-tiap proposisi itu harus memiliki dua term. Jadi, setiap silogisme haruslah memiliki enam term. Akan tetapi, karena setiap term dalam satu silogisme senantiasa disebut dua kali, sebenarnya dalam setiap silogisme haruslah memiliki enam term. Akan tetapi setiap term dalam satu silogisme senantiasa disebut dua kali, sebenarnya dalam setiap silogisme hanya ada tiga term. Apabla proposisi yg ketiga, yaitu proposisi yg disebut konklusi, diperhatikan dengan saksama pada proposisi ketiga yg disebut konklusi, diperhatikan dengan saksama, pada proposisi ketiga itu terdapat dua term yg disebut tadi.
• Yg menjadi subjek konklusi disebut term minor dan yg menjadi predikat konklusi disebut term mayor. Term yg terdapat pada kedua proposisi disebut term tengah (terminus medius)
Contoh Silogis (Plato)
• Semua anjing adalah hewan berkaki empat  (umu/universal)
• Si Hitam adalah seekor anjing     (khusus/partikular)
• Si Hitam adalah hewan berkaki empat
• Pola kerja yg ditempuh dalam penalaran silogistis-deduktif adalah sebagai berikut:
– Pertama-tama, ditetapkan suatu kebenaran universal dan kemudian menjabar pada hal-hal yg khusus.
– Sesudah suatu ketentuan umum yg ditetapkan, barulah kemudian berdasarkan ketentuan umum itu ditarik kesimpulan yg bersifat khusus atas kasus tertentu.
– Immanuel Khant mengatakan logika yg diciptakan Aristoteles sejak semula sudah begitu sempurna sehingga tidak mungkin bertambah sedikit pun.
– Russelll menyatakan Aristoteles mengatakan wanita mempunyai gigi yg lebih sedikit daripada pria, padahal kendati dia pernah dua kali kawin, tidak pernah terlintas dalam benaknya untuk menguji pendapatnya dengan meneliti mulut istri-istrinya itu.
• Tanpa mengecilkan jasa Aristoteles dlm pengemabngan ilmu pengetahuan.
Metode Platinos
• Kontemplatif – Mistis (Plato).
• Filsafat Plotinos didasarkan pada ajaran Plato, khususnya mengenai Ide kebaikan selaku Ide yg tertinggi dlm dunia Ide Plato.
• Plotinos menggunakan istilah-istilah dan mengembangkan dasar-dasar pemikiran Plato yg disebut Neoplatonisme.
• Plotinos merupakan sintesis dari semua filsafat yg mendahuluinya kendati memang terlihat dengan jelas bhw pengaruh Platonisme sangat dominan.
• Ide kebaikan / yg sangat baik selalu ide tertinggi disebut Plotinos “yang esa / the one”.
• Yang Esa itu ialah yg awal atau yg pertama, yg paling baik, yg paling tinggi dan yg kekal.
• Yg Esa itu tidak dapat dikenal oleh manusia karena ia tidak dapat dibandingkan atau disamakan dengan apa pun juga.
• Yg Esa itu adalah pusat daya dan pusat kekuatan.
• Seluruh realitas berasal dari pusat itu lewat suatu proses mengalir atau pancaran.
• Proses mengalir keluar atau pancaran itu disebut “emanasi”
• Yg Esa (to hen) itu bagaikan matahari yg memancarkan sinarnya, dan pemancaran sinar itulah yg serupa dgn proses emanasi, namun yg Esa tak pernah berubah dan tidak terpengaruh oleh proses emanasi.
• Menurut Plotinos, dlm proses emanasi yg pertama mengalir keluar dari yg Esa itu ialah “Nous” yg sulit diterjemahkan. Ada yg menterjemahkan dgn “Budi”, “Akal”, “Roh”.
• Nous paling dekat dgn Yang Esa yg merupakan bayang-bayang dari Yang Esa (to hen).
• Kemudian, Nous mengalir keluar yg disebut “Jiwa”. Psykhe merupakan sesuatu yg memiliki tingkat lebih rendah daripada Nous. Psykhe berada di perbatasan antara Nous dan Materi.
• Psykhe merupakan penghubung antara  Nous yg terang dengan materi yg gelap, atau penghubung antara roh dan materi sehingga dapat pula dikatakan bhw psykhe adalah penghubung dan gabungan antara yang rohani dengan yg jasmani.
• Psykhe kemudian disusul oleh materi/zat sebagai pengaliran lingkaran ketiga. Akan tetapi menurut Plotinos, psykhe manusia bertemu dgn materi, lalu melahirkan suatu tubuh, yg pada hakikatnya berlawanan dengan Nous dan dengan yang Esa (to hen).

• Menurut Plotinos, dlm proses emanasi yg pertama mengalir keluar dari yg Esa itu ialah “Nous” yg sulit diterjemahkan. Ada yg menterjemahkan dgn “Budi”, “Akal”, “Roh”.
• Nous paling dekat dgn Yang Esa yg merupakan bayang-bayang dari Yang Esa (to hen).
• Kemudian, Nous mengalir keluar yg disebut “Jiwa”. Psykhe merupakan sesuatu yg memiliki tingkat lebih rendah daripada Nous. Psykhe berada di perbatasan antara Nous dan Materi.
• Psykhe merupakan penghubung antara  Nous yg terang dengan materi yg gelap, atau penghubung antara roh dan materi sehingga dapat pula dikatakan bhw psykhe adalah penghubung dan gabungan antara yang rohani dengan yg jasmani.
• Psykhe kemudian disusul oleh materi/zat sebagai pengaliran lingkaran ketiga. Akan tetapi menurut Plotinos, psykhe manusia bertemu dgn materi, lalu melahirkan suatu tubuh, yg pada hakikatnya berlawanan dengan Nous dan dengan yang Esa (to hen).

                               
Soal / Tugas
Jawablah pertanyaan berikut ini!
1. Jelaskanlah metode skeptis yang dikemukan oleh Descartes?
2. Kenapa Bacon, mengunakan metodenya Induktif. Jelaskanlah!
3. Apakah pandangan para tokoh yang mengemukan metode Eksistensial?
4. Jelaskanlah Metode Fenomenologis?
5. Jelaskanlah Prinsip-prinsip yang terkandung dalam metode Analitik?


Tidak ada komentar:

Posting Komentar