A. Pendahuluan
Pendidikan Islam merupakan pendidikan yang didasarkan pada
nilai-nilai ajaran Islam sebagaimana tercantum dalam al-Qur’an dan
al-Hadits serta dalam pemikiran para ulama dan dalam praktik sejarah
umat Islam.[1]
Dalam prosesnya, pendidikan Islammenjadikan tujuan sebagai
sasaran ideal yang hendak dicapai dalam program dan diproses dalam
produk kependidikan Islam atau output kependidikan Islam.[2]Adagium ushuliyah menyatakan bahwa : “al-umûr bi maqâshidika”, bahwa setiap tindakan dan aktivitas harus berorientasi pada tujuan atau rencana yang telah ditetapkan.[3]
Untuk mengetahui ketercapaian suatu tujuan kegiatan yaitu
evaluasi. Dengan evaluasi, maka suatu kegiatan dapat diketahui atau
ditentukan tarap kemajuannya.[4]Berhasil atau tidaknya pendidikan Islam dalam mencapai tujuannya dapat dilihat setelah dilakukan evaluasi terhadap outputyang dihasilkannya.[5]
Abdul Mujib dkk mengungkapkan , bahwa untuk mengetahui pencapaian
tujuan pembelajaran atau kompetensi yang diharapkan oleh peserta didik
diperoleh melalui evaluasi.[6] Dengan kata lain penilaian atau evaluasi digunakan sebagai alat untuk menentukan suatu tujuan pendidikan dicapai atau tidak.[7] Atau untuk melihat sejauhmana hasil belajar siswa sudah mencapai tujuannya.
Dalam pendidikan Islam evaluasi merupakan salah satu komponen
dari sistem pendidikan Islam yang harus dilakukan secara sistematis dan
terencana sebagai alat untuk mengukur keberhasilan atau target yang akan
dicapai dalam proses pendidikan Islam dan proses pembelajaran.[8]
Dalam makalah ini akan penulis sajikan hal-hal yang menyangkut evaluasi
pendidikan Islam, dari mulai pengertian, tujuan, prinsip, fungsi dan
perannya.
B. Pengertian Evaluasi Pendidikan Islam
Secara harfiah evaluasi berasal dari bahasa Inggris, evaluation, yang berarti penilaian dan penaksiran.[9] Dalam bahasa Arab, dijumpai istilah imtihân, yang berarti ujian, dan khataman yang berarti cara menilai hasil akhir dari proses kegiatan.[10]
Sedangkan secara istilah, ada beberapa pendapat, namun pada
dasarnya sama, hanya berbeda dalam redaksinya saja. Oemar Hamalik
mengartikan evaluasi sebagai suatu proses penaksiran terhadap kemajuan,
pertumbuhan, dan perkembangan peserta didik untuk tujuan pendidikan.[11]Sementara
Abudin Nata menyatakan bahwa evaluasi sebagai proses membandingkan
situasi yang ada dengan kriteria tertentu dalam rangka mendapatkan
informasi dan menggunakannya untuk menyusun penilaian dalam rangka
membuat keputusan.[12]
Kemudian menurut Suharsimi Arikunto, evaluasi adalah kegiatan
untuk mengumpulkan informasi tentang bekerjanya sesuatu, yang
selanjutnya informasi tersebut digunakan untuk menentukan alternatif
yang tepat dalam mengambil keputusan. [13] Dan Edwind Wandt berpendapat evaluasi adalah: suatu tindakan atau proses dalam menentukan nilai sesuatu.[14]
Adapun M. Chabib Thoha, mengutarakan bahwa evaluasi merupakan
kegiatan yang terencana untuk mengetahui keadaan objek dengan
menggunakan instrumen dan hasilnya dibandingkan dengan tolak ukur untuk
memperoleh kesimpulan.[15]
Dari beberapa pendapat, dapat ditarik kesimpulan bahwa evaluasi
yaitu suatu proses dan tindakan yang terencana untuk mengumpulkan
informasi tentang kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan (peserta didik)
terhadap tujuan (pendidikan), sehingga dapat disusun penilaiannya yang
dapat dijadikan dasar untuk membuat keputusan. Dengan demikian evaluasi
bukan sekedar menilai suatu aktivitas secara spontan dan insedental,
melainkan merupakan kegiatan untuk menilai sesuatu yang terencana,
sistematik dan berdasarkan tujuan yang jelas.[16]Jadi
dengan evaluasi diperoleh informasi dan kesimpulan tentang keberhasilan
suatu kegiatan, dan kemudian kita dapat menentukan alternatif dan
keputusan untuk tindakan berikutnya.
Selanjutnya, Evaluasi dalam pendidikan Islam merupakan cara atau
tehnik penilaian terhadap tingkah laku anak didik berdasarkan standar
perhitungan yang bersifat komprehensif dari seluruh aspek-aspek
kehidupan mental-psikologis dan spiritual religius, karena manusia bukan
saja sosok pribadi yang tidak hanya bersikap religius, melainkan juga
berilmu dan berketerampilan yang sanggup beramal dan berbakti kepada
Tuhan dan masyarakatnya.[17]
Evaluasi pendidikan Islam adalah suatu kegiatan untuk menentukan taraf kemajuan suatu aktivitas di dalam pendidikan Islam.[18]
Program evaluasi ini diterapkan dalam rangka mengetahui tingkat
keberhasilan seorang pendidik dalam menyampaikan materi pelajaran,
menemukan kelemahan-kelemahan yang dilakukan, baik berkaitan dengan
materi, metode, fasilitas dan sebagainya.[19]
Oleh karena itu, yang dimaksud evaluasi dalam pendidikan Islam
adalah pengambilan sejumlah keputusan yang berkaitan dengan pendidikan
Islam guna melihat sejauhmana keberhasilan pendidikan yang selaras
dengan nilai-nilai Islam sebagai tujuan dari pendidikan Islam itu
sendiri.[20]
Jadi evaluasi pendidikan Islam yaitu kegiatan penilaian terhadap
tingkah laku peserta didik dari keseluruhan aspek mental-psikologis dan
spiritual religius dalam pendidikan Islam, dalam hal ini tentunya yang
menjadi tolak ukur adalah al-Qur’an dan al-Hadits. Dengan pelaksanaan
evaluasi ini bukan hanya pendidik juga keseluruhan aspek/unsur
pendidikan Islam
C. Tujuan Evaluasi
Menurut Abdul Mujib dkk, tujuan evaluasi adalah:
1. Mengetahui kadar pemahaman peserta didik terhadap materi
pelajaran, melatih keberanian, dan mengajak peserta didik untuk
mengingat kembali materi yang telah diberikan, dan mengetahui tingkat
perubahan perilakunya.
2. Mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang
lemah, sehingga yang lemah diberi perhatian khusus agar ia dapat
mengejar kekurangannya.[21]
3. Mengumpulkan informasi yang dapat dipergunakan sebagai dasar
untuk mengadakan pengecekan yang sistematis terhadap hasil pendidikan
yang telah dicapai untuk kemudian dibandingkan dengan tujuan yang telah
ditetapkan sebelumnya. [22]
Abudin Nata menambahkan, bahwa evaluasi bertujuan mengevaluasi
pendidik, materi pendidikan, dan proses peyampaian materi pelajaran.
Pendapat senada mengungkapkan bahwa tujuan evaluai yaitu untuk
mengetahui penguasaan peserta didik dalam kompitensi/subkompitensi
tertentu setelah mengikuti proses pembelajaran, untuk mengetahui
kesulitan belajar peserta didik (diagnostic test) dan untuk memberikan arah dan lingkup pengembangan eavaluasi selanjutnya.
Ada tiga tujuan pedagogis dari sistem evaluasi Tuhan terhadap perbuatan manusia,[23] yaitu:
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan yang dialaminya.
2. Untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang telah diterapkan Rasulullah SAW. terhadap umatnya.
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat-tingkat hidup
keislaman atau keimanan manusia, sehingga diketahui manusia yang paling
mulia di sisi Allah SWT yaitu paling bertaqwa kepada-Nya, manusia yang
sedang dalam iman atau ketaqwaannya, manusia yang ingkar kepada ajaran
Islam.
D. Fungsi dan Kegunaan Evaluasi
Seorang pendidik melakukan evaluasi di sekolah mempunyai fungsi sebagai berikut:[24]
1. Untuk mengetahui peserta didik yang terpandai dan terkurang di kelasnya.
2. Untuk mengetahui apakah bahan yang telah diajarkan sudah dimiliki peserta didik atau belum
3. Untuk mendorong persaingan yang sehat antara sesama peserta didik.
4. Untuk mengetahui kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah mengalami pendidikan dan pengajaran.
5. Untuk mengetahui tepat atau tidaknya guru memilih bahan, metode, dan berbagai penyesuaian dalam kls.
6. Sebagai laporan terhadap orang tua peserta didik dalam bentuk raport, ijazah, piagam dan sebagainya.
Pendapat yang hampir sama dikemukakan Hamalik, bahwa fungsi
evaluasi adalah untuk membantu peserta didik agar ia dapat mengubah atau
mengembangkan tingkah lakunya secara sadar, serta memberi bantuan
padanya cara meraih suatu kepuasan bila berbuat sebagaimana mestinya,
selain itu juga dapat membantu seorang pendidik dalam mempertimbangkan adequate (cukup memadai) metode pengajaran serta membantu dan mempertimbangkan administrasinya.[25] Sementara pendapat lain mengemukakan, evaluasi berfungsi sebagai[26]
1. Mengidentifikasi dan merumuskan jarak dari sasaran-sasaran pokok dari kurikulum secara komprehensif;
2. Penetapan bagi tingkah laku apa yang harus direalisasikan oleh siswa;
3. Menyeleksi atau membentuk instrumen-instrumen yang valid,
terpercaya dan praktis untuk menilai sasaran-sasaran utama proses
kependidikan atau ciri-ciri khusus dari perkembangan dan pertumbuhan
manusia didik.
Kemudian, secara umum ada empat kegunaan evaluasi dalam pendidikan Islam[27], diantaranya :
1. Dari segi pendidik, yaitu untuk membantu seorang pendidik mengetahui sejauhmana hasil yang dicapai dalam pelaksanaan tugasnya
2. Dari segi peserta didik, yaitu membantu peserta didik untuk
dapat mengubah atau mengembangkan tingkah lakunya secara sadar ke arah
yang lebih baik.
3. Dari segi ahli fikir pendidikan Islam, untuk membantu para
pemikir pendidikan Islam mengetahui kelemahan teori-teori pendidikan
Islam dan membantu mereka dalam merumuskan kembali teori-teori
pendidikan Islam yang relevan dengan arus dinamika zaman yang senantiasa
berubah.
4. Dari segi politik pengambil kebijakan pendidikan Islam, untuk
membantu mereka dalam membenahi sistem pengawasan dan mempertimbangkan
kebijakan yang akn diterapkan dalam sistem pendidikan nasional (Islam).
Sementara itu, sasaran evaluasi pendidikan meliputi: peserta
didik dan juga pendidik untuk mengetahui sejauhmana ia
bersungguh-sungguh dalam menjalankan tugasnya untuk mencapai tujuan
pendidikan Islam.[28]
Sementara menurut Abudin Nata, bahwa sasaran evaluasi yaitu untuk
mengevaluasi peserta didik, pendidik, materi pendidikan, proses
penyampaian materi pelajaran, dan berbagai aspek lainnya yang berkaitan
dengan materi pendidikan.[29]
Sasaran-sasaran evaluasi pendidikan Islam secara garis besarnya melihat empat kemampuan peserta didik [30]yaitu:
1. Sikap dan pengalaman terhadap hubungan pribadinya dengan Tuhannya.
2. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan dirinya dengan masyarakat.
3. Sikap dan pengalaman terhadap arti hubungan kehidupannya dengan alam sekitarnya.
4. Sikap dan pandangannya terhadap diri sendiri selaku hamba
Allah Swt, anggota masyarakat serta selaku khalifah-Nya di muka bumi.
Allah Swt. dalam mengevaluasi hamba-hamba-Nya tidak memandang
formalitas, tetapi memandang substansi di balik tindakan
hamba-hamba-Nya. Kualitas perilaku lebih dipentingkan daripada
kualitasnya dalam proses evaluasi.[31]
Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat
mencapai (keridhaan) Allah, tetapi ketakwaan dari kamulah yang dapat
mencapainya. Demikianlah Allah telah menundukkannya untuk kamu supaya
kamu mengagungkan Allah terhadap hidayah-Nya kepada kamu. dan berilah
kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik.
E. Prinsip Evaluasi
Pelaksanaan evaluasi agar akurat dan bermanfaat baik bagi peserta
didik, pendidik ataupun pihak yang berkepentingan, maka harus
memperhatikan prinsip-prisip sebagai berikut :[32]
1. Valid
Evaluasi mengukur apa yang seharusnya diukur dengan menggunakan
jenis tes yang terpercaya dan shahih. Artinya ada kesesuaian alat ukur
dengan fungsi pengukuran dan sasaran pengukuran.
2. Berorientasi kepada kompetensi
Dengan berpijak pada kompetensi, maka ukuran-ukuran keberhasilan pembelajaran akan dapat diketahui secara jelas dan terarah.
3. Berkelanjutan/Berkesinambungan (kontinuitas)
Evaluasi harus dilakukan secara terus menerus dari waktu ke waktu
untuk mengetahui secara menyeluruh perkembangan peserta didik, sehingga
kegiatan dan unjuk kerja peserta didik dapat dipantau melalui
penilaian. Dalam ajaran Islam sangatlah diperhatikan kontinuitas, karena
dengan berpegang prinsip ini, keputusan yang diambil oleh seseorang
menjadi valid dan stabil serta menghasilkan suatu tindakan yang
menguntungkan.
4. Menyeluruh (Komprehensif)
Evaluasi harus dilakukan secara menyeluruh, meliputi kepribadian,
ketajaman hafalan, pemahaman, ketulusan, kerajinan, sikap kerja sama,
tanggung jawab, dan sebagainya, atau dalam taksonomi Benjamin S. Bloom
lebih dikenal dengan aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Kemudian
Anderson dan Cratwallmengembangkannya menjadi 6 aspek yaitu mengingat,
mengetahui, aplikasi, analisis, kreasi dan evaluasi.
5. Bermakna
Evaluasi diharapkan mempunyai makna yang signifikan bagi semua
pihak. Untuk itu evaluasi hendaknya mudah difahami dan dapat
ditindaklanjuti oleh pihak-pihak yang berkepentingan.
6. Adil dan objektif
Evaluasi harus mempertimbangkan rasa keadilan bagi peserta didik
dan objektif berdasarkan kenyataan yang sebenarnya, tidak boleh
dipengaruhi oleh hal-hal yang bersifat emosional dan irasional. Jangan
karena kebencian menjadikan ketidakobjektifan evaluasi.
7. Terbuka
Evaluasi hendaknya dilakukan secara terbuka bagi berbagai
kalangan sehingga keputusan tentang keberhasilan peserta didik jelas
bagi pihak-pihak yang berkepentingan, tanpa ada rekayasa atau
sembunyi-sembunyi yang dapat merugikan semua pihak.
8. Ikhlas
Evaluasi dilakukan dengan niat dan yang bersih, dalam rangka
efisiensi tercapainya tujuan pendidikan dan bai kepentingan peserta
didik.
9. Praktis
Evaluasi dilakukan dengan mudah dimengerti dan dilaksanakan
dengan beberapa indikator, yaitu: a) hemat waktu, biaya dan tenaga; b)
mudah diadministrasikan; c) mudah menskor dan mengolahnya; dan d) mudah
ditafsirkan
10. Dicatat dan akurat
Hasil dari setiap evaluasi prestasi peserta didik harus secara
sistematis dan komprehensif dicatat dan disimpan, sehingga sewaktu-waktu
dapat dipergunakan.
F. Sistem Evaluasi dalam Pendidikan Islam
Sistem evaluasi yang dikembangkan dalam oleh Allah Swt dan Rasul-Nya berimplikasikan paedagogis sebagai berikut:[33]
1. Untuk menguji daya kemampuan manusia beriman terhadap berbagai
macam problema kehidupan yang dihadapi. Seperti tercantum dalam QS.
Al-Baqarah: 155
“dan sungguh akan Kami berikan cobaan kepadamu, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar”
2. Untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang telah
diaplikasikan Rasulullah SAW kepada umatnya. Seperti tercantum dalam QS.
An-Naml: 40
“berkatalah seorang yang mempunyai ilmu dari AI Kitab[1097]: “Aku
akan membawa singgasana itu kepadamu sebelum matamu berkedip”. Maka
tatkala Sulaiman melihat singgasana itu terletak di hadapannya, iapun
berkata: “Ini Termasuk kurnia Tuhanku untuk mencoba aku Apakah aku
bersyukur atau mengingkari (akan nikmat-Nya). dan Barangsiapa yang
bersyukur Maka Sesungguhnya Dia bersyukur untuk (kebaikan) dirinya
sendiri dan Barangsiapa yang ingkar, Maka Sesungguhnya Tuhanku Maha Kaya
lagi Maha Mulia”.
Juga seperti pengevaluasian Nabi Sulaiman terhadap burung hud-hud, seperti tercantum dalam QS. Al-Naml: 27
“berkata Sulaiman: “Akan Kami lihat, apa kamu benar, ataukah kamu Termasuk orang-orang yang berdusta.”
3. Untuk menentukan klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau
keimanan seseorang, seperti pengevaluasian Allah Swt terhadap Nabi
Ibrahim yang menyembelihIsmail putera yang dicintainya. Seperti
tercantum dalam QS. As-Shaffat: 103-107
“tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan
anaknya atas pelipis(nya), (nyatalah kesabaran keduanya ). Dan Kami
panggillah dia: “Hai Ibrahim, Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi
itu. Sesungguhnya Demikianlah Kami memberi Balasan kepada orang-orang
yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata.
Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.
4. Untuk mengukur daya kognisi, hafalan manusia dari pelajaran
yang telah diberikan pdnya, seperti pengevaluasian terhadap Nabi Adam
tentang asma-asma yang diajarkan Allah Swt kepadanya di hadapan para malaikat, seperti tercantum dalam QS. Al-Baqarah : 31
“dan Dia mengajarkan kepada Adam Nama-nama (benda-benda)
seluruhnya, kemudian mengemukakannya kepada Para Malaikat lalu
berfirman: “Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang
benar orang-orang yang benar!”
5. Memberikan semacam tabsyîr (berita gembira)bagi yang beraktivitas baik, dan memberikan semacam iqab (siksa) bagi mereka yang beraktivitas buruk, seperti tercantum dalam QS. Al-Zalzalah: 7-8
“Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun,
niscaya Dia akan melihat (balasan)nya.Dan Barangsiapa yang mengerjakan
kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya
pula.
G. Jenis-jenis Evaluasi
Jenis-jenis evaluasi yang dapat diterapkan dalam pendidikan Islam adalah:[34]
1. Evaluasi Formatif, yaitu penilaian untuk mengetahui hasil
belajar yang dicapai oleh para peserta didik setelah menyelesaikan
satuan program pembelajaran (kompetensi dasar) pada mata pelajaran
tertentu.Jenis ini diterapkan berdasarkan asumsi bahwa manusia memiliki
banyak kelemahan seperti tercantum dalam QS. An-Nisa: 28
“Allah hendak memberikan keringanan kepadamu, dan manusia dijadikan bersifat lemah”.
Dan pada mulanya tidak mengetahui apa-apa, tercantum dalam QS.
An-Nahl: 78, sehingga pengetahuan, ketrampilan, dan sikap itu tidak
dibiasakan.
“dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan
dan hati, agar kamu bersyukur”.
Untuk itu Allah Swt menganjurkan agar manusia berkonsentrasi pada
suatu informasi yang didalami sampai tuntas, mulai proses pencarian,
(belajar mengajar) sampai pada tahap pengevaluasian. Setelah informasi
itu dikuasai dengan sempurna, ia dapat beralih pada informasi yang lain,
tercantum dalam QS. Al-Insyirah: 7-8
“Maka apabila kamu telah selesai (dari sesuatu urusan),
kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain, dan hanya kepada
Tuhanmulah hendaknya kamu berharap”.
a. Fungsi, yaitu untuk memperbaiki proses pembelajaran ke arah
yang lebih baik dan efisien atau memperbaiki satuan/rencana
pembelajaran.
b. Tujuan, yaitu untuk mengetahui penguasaan peserta didik tentang materi yang diajarkan dalam satu satuan/rencana pembelajaran.
c. Aspek yang dinilai, terletak pada penilaian normatif yaitu
hasil kemajuan belajar peserta didik yang meliputi: pengetahuan,
keterampilan dan sikap terhadap materi ajar PAI yang disajikan.
d. Waktu pelaksanaan : akhir kegiatan pembelajaran dalam satu satuan/rencana pembelajaran.
2. Evaluasi Sumatif, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap hasil
belajar peserta didik setelah mengikuti pelajaran dalam satu semester
dan akhir tahun untuk menentukan jenjang berikutnya, seperti tercantum
dalam QS. Al-Insyiqaq: 19
Sesungguhnya kamu melalui tingkat demi tingkat (dalam kehidupan)
QS. Al-Qamar: 49
“Sesungguhnya Kami menciptakan segala sesuatu menurut ukuran.”
a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui angka atau nilai peserta didik
setelah mengikuti program pembelajaran dalam satu catur wulan, semester
atau akhir tahun.
b. Tujuan, untuk mengetahui hasil belajar yang dicapai oleh
peserta didik setelah mengikuti program pembelajaran dalam satu catur
wulan, semester atau akhir tahunpada setiap mata pelajaran (PAI) pada
satu satuan pendidikan tertentu.
c. Aspek-aspek yang dinilai, yaitu kemajuan hasil belajar
meliputi pengetahuan, ketrampilan, sikap dan penguasaan peserta didik
tentang mata pelajaran yang diberikan.
d. Waktu pelaksanaan, yaitu setelah selesai mengikuti program
pembelajaran selama satu catur wulan, semester atau akhir tahun
pembelajaran pada setiap mata pelajaran (PAI) pada satu tingkat satuan
pendidikan.
3. Evaluasi penempatan (placement), yaitu evaluasi tentang
peserta didik untuk kepentingan penempatan di dalam situasi belajar
yang sesuai dengan kondisi peserta didik.
a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui keadaan peserta didik termasuk
keadaan seluruh pribadinya, sehingga peserta didik tersebut dapat
ditempatkan pada posisi sesuai dengan potensi dan kapasitas dirinya.
b. Tujuan, yaitu untuk menempatkan peserta didik pada tempat yang
sebenarnya, berdasarkan bakat, minat, kemampuan, kesanggupan, serta
keadaan diri peserta didik sehingga peserta didik tidak mengalami
hambatan yang berarti dalam mengikuti pelajaran atau setiap program
bahan yang disajikan guru.
c. Aspek-aspek yang dinilai, meliputi keadaan fisik, bakat,
kemampuan, pengetahuan, pengalaman keterampilan, sikap dan aspek lain
yang dianggap perlu bagi kepentingan pendidikan peserta didik
selanjutnya.
d. Waktu pelaksanaan, sebaiknya dilaksanakan sebelum peserta
didik menempati/menduduki kelas tertentu, bisa sewaktu penerimaan murid
baru atau setelah naik kelas.
4. Evaluasi Diagnostik, yaitu evaluasi yang dilakukan terhadap
hasil penganalisaan tentang keadaan belajar peserta didik, baik
merupakan kesulitan-kesulitan maupun hambatan-hambatan yang ditemui
dalam situasi belajar mengajar.
a. Fungsi, yaitu untuk mengetahui masalah-masalah yang diderita
atau mengganggu peserta didik, sehingga peserta didik mengalani
kesulitan, hambatan atau gangguan ketika mengikuti program pembelajaran
dalam satu mata pelajaran tertentu (PAI). Sehingga kesulitan peserta
didik tersebut dapat diusahakan pemecahannya.
b. Tujuan, yaitu untuk membantu kesulitan atau mengetahui
hambatan yang dialami peserta didik waktu mengikuti kegiatan
pembelajaran pada satu mata pelajaran tertentu (PAI) atau keseluruhan
program pembelajaran.
c. Aspek-aspek yang dinilai, meliputi hasil belajar, latar
belakang kehidupannya, serta semua aspek yang berkaitan dengan kegiatan
pembelajaran.
d. Waktu pelaksanaan, disesuaikan dengan keperluan pembinaan dari
suatu lembaga pendidikan, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan
para peserta didiknya.
H. Langkah-langkah Evaluasi
Secara umum, proses pengembangan penyajian dan pemanfaatan evaluasi belajar dapat digambarkan dalam langkah-langkah berikut:[35]
1. Penentuan Tujuan Evaluasi
2. Penyususnan Kisi-kisi soal
3. Telaah atau review dan revisi soal
4. Uji Coba (try out)
5. Penyusunan soal
6. Penyajian tes
7. Scorsing
8. Pengolahan hasil tes
9. Pelaporan hasil tes
10. Pemanfaatan hasil tes
I. Kesimpulan dan Penutup
Dari uraian di atas tentang evaluasi pendidikan Islam dapat ditarik kesimpulan :
1. Evaluasi adalah suatu proses dan tindakan yang terencana untuk
mengumpulkan informasi tentang kemajuan, pertumbuhan dan perkembangan
(peserta didik) terhadap tujuan (pendidikan), sehingga dapat disusun
penilaiannya yang dapat dijadikan dasar untuk membuat keputusan.
2. Evaluasi pendidikan Islamadalah suatu proses dan kegiatan
penilaian yang terencana terhadap peserta didik dari keseluruhan aspek
mental-psikologis dan spiritual religius dalam pendidikan Islamuntuk
mengetahui taraf kemajuan dalampendidikan Islam.
3. Tujuan Evaluasi yaitu : a) mengetahui kadar pemahaman peserta
didik; b) mengetahui siapa diantara peserta didik yang cerdas dan yang
lemah; c) mengumpulkan informasi; d) untuk mengetahui penguasaan peserta
didik dalam kompetensi/subkompetensi tertentu; e) untuk mengetahui
kesulitan belajar peserta didik (diagnostic test) dan untuk memberikan arah dan lingkup pengembangan evaluasi selanjutnya.
4. Evaluasi dalam pendidikan Islam, secara umumsangat berguna
bagi pendidik, peserta didik, ahli fikir pendidikan Islam,politik
pengambil kebijakan pendidikan Islam, untuk membantu mereka dalam
membenahi sistem pengawasan dan mempertimbangkan kebijakan yang akan
diterapkan dalam sistem pendidikan nasional (Islam).
5. Sasaran evaluasi yaitu untuk mengevaluasi peserta didik,
pendidik, materi pendidikan, proses penyampaian materi pelajaran, dan
berbagai aspek lainnya yang berkaitan dengan materi pendidikan.
6. Prinsip Evaluasi, yaitu : valid, berorientasi kepada
kompetensi, berkelanjutan/Berkesinambungan (kontinuitas), menyeluruh
(Komprehensif), bermakna, adil dan objektif, terbuka, ikhlas, praktis,
dicatat dan akurat.
7. Sistem Evaluasi Pendidikan Islam, yaitu untuk menguji daya
kemampuan manusia beriman terhadap berbagai macam problema kehidupan
yang dihadapi, untuk mengetahui sejauhmana hasil pendidikan wahyu yang
telah diaplikasikan Rasulullah SAW kepada umatnya, untuk menentukan
klasifikasi atau tingkat hidup keislaman atau keimanan seseorang,
seperti pengevaluasian Allah Swt terhadap Nabi Ibrahim yang menyembelih
Ismail putera yang dicintainya, untuk mengukur daya kognisi, hafalan
manusia dari pelajaran yang telah diberikan padanya, seperti
pengevaluasian terhadap Nabi Adam tentang asma-asma yang diajarkan Allah Swt kepadanya di hadapan para malaikat, serta memberikan semacam tabsyîr (berita gembira) bagi yang beraktivitas baik, dan memberikan semacam iqab (siksa) bagi mereka yang beraktivitas buruk.
8. Jenis-jenis Evaluasi yaitu: a) Evaluasi Formatif, b) Evaluasi Sumatif, c) Evaluasi penempatan (placement), dan d) Evaluasi Diagnostik,
9. Langkah-langkah Evaluasi: penentuan tujuan evaluasi, penyususnan Kisi-kisi soal, telaah atau review dan revisi soal, Uji Coba (try out), Penyusunan soal, Penyajian tes, Scorsing, pengolahan hasil tes, pelaporan hasil tes, pemanfaatan hasil tes.
Demikian makalah yang dapat penulis buat, mudah-mudahan bermanfaat, bagi penulis khususnya dan bagi insan pendidikan umumnya.Allâhu a’lam
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Mujib & Jusuf Mudzakir, Ilmu Pendidikan Islam,Jakarta: Kencana, 2008.
Abdul Mujib dan Jusuf Mudzakkir, Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar