Minggu, 29 April 2012

masa depan 2

Pendidikan Islam untuk Masa Depan Bangsa

Oleh Ahmad Ubaidillah
Mahasiswa Pascasarjana Magister Studi Islam UII Yogyakarta
Harus diakui bahwa perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin cepat telah memberi dampak terhadap perubahan di segala bidang, baik ekonomi, politik, sosial, budaya maupun pendidikan. Namun, pendidikan umum saat ini tampaknya belum mampu memberikan perbaikan moral bagi manusia. Padahal, kontribusi ini (perbaikan moral) sangatlah penting. Oleh sebab itu, kita perlu menanamkan pendidikan Islam bagi bangsa, terutama untuk generasi muda.
Sementara itu, pendidikan Barat yang telah lama kita kenal dan pelajari belum cukup memberikan suatu pencerahan yang bersifat transendental (ketuhanan/kerohaniaan). Seperti kita ketahui pendidikan Barat didasarkan pada filsafat atau paham rasionalisme yang memiliki tiga tujuan pokok. Pertama tujuan keilmuan, artinya setiap orang memasuki sesuatu sekolah ia harus memperoleh pengetahuan ilmu atau sains. Kedua, tujuan keterampilan kerja. Artinya, setiap lulusan sekolah harus mampu bekerja atau mampu melanjutkan pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi yang pada akhirnya untuk bekerja juga. Ketiga, tujuan kesehatan dan kekuatan fisik. Artinya, setiap lulusan harus mengetahui cara sehat dan cara menjadi orang kuat.
Jadi, sebenarnya kurikulum pendidikan Barat itu terdiri dari tiga materi pokok, yaitu materi kegiatan untuk tujuan penguasaan ilmu (sains), materi kegiatan untuk tujuan penguasaan kemampuan kerja, dan materi kegiatan untuk tujuan sehat serta kuat. Tujuan pendidikan Barat hampir tidak menyinggung pendidikan moral/akhlak. Akhirnya, boleh dikatakan bahwa sistem pendidikan Barat sekarang ini sering mengalami krisis yang akut. Itu tidak lain karena proses yang terjadi dalam pendidikan yang sekadar pengajaran yang bersifat duniawi semata. Bahkan, Ahmad Tafsir menyatakan peradaban Barat dan sistem pendidikannya hancur dan gagal dalam memanusiakan manusia berawal dari dasar paradigma yang digunakan adalah rasionalisme dan materialisme tersebut.
Filosofi pendidikan Barat tentu berbeda dengan filosofi pendidikan dalam Islam. Dalam Islam tujuan pertama dan utama pendidikan sekolah (juga pendidikan luar sekolah) adalah pembentukan kepribadian dan akhlak seorang muslim. Al-Abrasyi, misalnya, menjelaskan kurikulum sekolah harus mendahulukan pembentukan rohani atau hati. Ini berarti pelajaran ketuhanan atau akidah harus diberikan (lihat Al Abrasyi, 1974:173-186). Ini pertama dan utama. Selanjutnya dijelaskan bahwa Al Farabi, sang filsuf, telah menempatkan ilmu ketuhanan sebagai pengetahuan tertinggi, pengetahuan lainnya hanyalah penyerta pengetahuan tertinggi tersebut.
Sedangkan Al Qurthubi menyatakan bahwa ahli-ahli agama Islam membagi pengetahuan menjadi tiga tingkatan, yaitu pengetahuan tinggi, pengetahuan menengah, dan pengetahuan rendah. Pengetahuan tinggi ialah ilmu ketuhanan, menengah ialah pengetahuan mengenai dunia, seperti kedokteran dan matematika, sedangkan pengetahuan rendah ialah pengetahuan praktis seperti bermacam-macam keterampilan kerja. Ini artinya, bahwa pendidikan iman/agama harus diutamakan.
Menurut pandangan Islam pendidikan harus mengutamakan pendidikan keimanan. Pendidikan di sekolah juga demikian. Sejarah telah membuktikan bahwa pendidikan yang tidak atau kurang memperhatikan pendidikan keimanan akan menghasilkan lulusan yang kurang baik akhlaknya. Akhlak yang rendah itu akan sangat berbahaya bagi kehidupan bersama, dapat menghancurkan sendi-sendi kehidupan bersama. Bahkan, ini dapat menghancurkan negara dan dunia. Lulusan sekolah yang kurang kuat imannya akan sangat sulit menghadapi kehidupan pada zaman yang benar-benar global di masa mendatang.
Oleh sebab itu, mengingat pentingnya pendidikan Islam terutama bagi generasi muda, semua elemen bangsa perlu membumikan kembali pendidikan Islam di sekolah-sekolah baik formal maupun informal. Ada tiga hal yang harus secara serius dan konsisten diajarkan kepada anak didik, yaitu: Pertama, pendidikan akidah/keimanan. Ini merupakan hal yang sangat penting untuk mencetak generasi muda masa depan yang tangguh dalam imtak (iman dan takwa) dan terhindar dari aliran atau perbuatan yang menyesatkan kaum remaja, seperti Islam radikal. Penyalagunaan narkoba dan pergaulan bebas (freesex) yang akhir-akhir ini sangat dikhawatirkan orang tua.
Kedua, pendidikan ibadah. Ini merupakan hal yang sangat penting untuk diajarkan kepada anak-anak kita untuk membangun generasi muda yang punya komitmen dan terbiasa melaksanakan ibadah. Seperti salat, puasa, membaca Alquran yang saat ini hanya dilakukan minoritas generasi muda kita. Bahkan, tidak sedikit anak remaja yang sudah berani meninggalkan ibadah-ibadah wajibnya dengan sengaja. Di sini peran orang tua dalam memberikan contoh dan teladan yang baik bagi anak-anaknya sangat diperlukan.
Ketiga, pendidikan akhlakul karimah. Ini merupakan hal yang harus sungguh-sungguh mendapat perhatian ekstra dari semua pihak, terutama para orang tua dan para pendidik baik lingkungan sekolah maupun di luar sekolah (keluarga). Dengan pendidikan akhlakul karimah akan melahirkan generasi rabani, atau generasi yang bertakwa, cerdas, dan berakhlak mulia.
Penanaman pendidikan Islam bagi generasi muda bangsa tidak akan bisa berjalan secara optimal kalau tidak ada keterlibatan serius dari semua pihak. Oleh sebab itu, semua elemen bangsa (pemerintah, tokoh agama, masyarakat, pendidik, orang tua dan sebagainya) harus memiliki niat dan keseriusan untuk melakukan ini. Harapannya, generasi masa depan bangsa ini adalah generasi yang berintelektual tinggi dan berakhlak mulia. (Sumber: Suara Merdeka, 10 Juni

Tidak ada komentar:

Posting Komentar