Para
ahli psikologi mamiliki beberapa teori dalam tahap perkembangan
kogniitif. Diantaranya yaitu Piaget dan Vigotsky. Menurut Piaget, anak
dapat membangun secara aktif dunia kognitif mereka sendiri terdapat dua
proses yang mendasari perkembangan dunia individu, yaitu
pengorganisasian pengalaman-pengalaman yang telah terjadi
Untuk membuat dunia kita diterima oleh pikiran dan penyesuaian melalui
asimiliasi dan akomodasi.
Piaget mengemukakan 4 tahapan dalam perkembangan kognitif anak, yaitu:
Pertama, Tahap sensorimotor (sejak lahir hingga 2 tahun), pada tahap ini perkembangan
mental ditandai oleh kemajuan yang besar dalam kemampuan bayi untuk
mengorganisasikan dan mengkoordinasikan sensasi (seperti melihat dan
mendengar) melalui gerakan-gerakan dan tindakan-tindakan fisik.
Kedua, Tahap praoperasional (dari
usia 2 hingga 7 tahun). Pada tahap ini mulai muncul pemikiran
egosentrisme, animisme, dan intuitif. Pada tahap ini ego seorang anak
sangat tinggi.
Ketiga, Tahap operasional konkrit (dari umur 7 sampai 11 tahun).
Pada tahap ini anak dapat melakukan penalaran logis menggantikan
pemikiran intuitif sejauh pemikiran dapat diterapkan ke dalam
cotoh-contoh yang spesifik atau konkrit. Tahap operasi konkret (concrete operations) dicirikan
dengan perkembangan sistem pemikiran yang didasarkan pada aturan-aturan
tertentu yang logis. Anak sudah memperkembangkan operasi-oprasi logis.
Keempat, Tahap operasional formal (dari usia 11 sampai 15 tahun). Pada tahap ini, individu melampaui dunia nyata, pengalaman-pengalaman konkrit dan berpikir secara abstrak dan lebih logis.
Sebagai
pemikiran yang abstrak, remaja mengembangkan gambaran keadaan yang
ideal. Mereka dapat berpikir seperti apakah orangtua yang ideal dan
membandingkan orangtua mereka dengan standar ideal yang mereka miliki.
Mereka mulai mempersiapkan kemungkinan-kemungkinan bagi masa depan dan
terkagum-kagum terhadap apa yang mereka lakukan.
Perlu
diingat, bahwa pada setiap tahap tidak bisa berpindah ke ketahap
berikutnya bila tahap sebelumnya belum selesai dan setiap umur tidak
bisa menjadi patokan utama seseorang berada pada tahap tertentu karena
tergantung dari ciri perkembangan setiap individu yang bersangkutan.
Bisa saja seorang anak akan mengalami tahap praoperasional lebih lama
dari pada anak yang lainnya sehingga umur bukanlah patokan utama.
Ahli
yang kedua yaitu Vygotsky yang mendasarkan pada tiga ide utama: bahwa
intelektual berkembang pada saat individu menghadapi ide-ide baru dan
sulit mengaitkan ide-ide tersebut dengan apa yang mereka telah ketahui;
bahwa interaksi dengan orang lain memperkaya perkembangan intelektual;
peran utama guru adalah bertindak sebagai seorang pembantu dan mediator
pembelajaran siswa. Teori perkembangan ini menekankan pada pentingnya
konteks social dan interaksi dengan orang lain dalam proses belajar. Ada
dua teori belajar yang dikemukakan oleh vygotsky yaitu tentang “zone of proximal development (ZPD)”, dan peranan konteks social dan kebudayaan dalam belajar.
ZPD
berhubungan dengan potensi anak untuk memahami sesuatu. Untuk mencapai
pemahaman anak dapat belajar sesndiri atau melalui bantuan dari
lingkungan social atau orang lain. Tetapi anak akan dapat mencapai
tingkat pemahaman atau perkembangan yang potensial jika dibimbing atau
diberi bantuan yang tepat dan bermakna dari orang lain ( orang dewasa
dan teman – temannya ), dibandingkan dengan belajar sendiri. Bantuan
yang diberikan kepada anak dalam proses belajar itu dapat dilakukan
dengan berbagai cara, misalanya penjelasan dari guru, diskusi dengan
orang tua, penjelasan dari teman – teman. Bantuan - bantuan itu
berfungsi untuk menopang dan memperluas pemahaman anak dalam area ZPD.
Ibarat orang membangun rumah, setelah pondasi dibuat, untuk membangun
tembok dan atap diperlukan penyangga sehingga bangunan itu dapat
dibangun dari bawah ke atas hingga tembok dan atap dapat terpasang
semua. Setelah tembok selesai dibangun, atap selesai dipasang dan
bangunan sudah kuata dan aman maka penyangga mulai dilepaskan sehingga
rumah dapat berdiri kokoh dan berfungsi dengan baik tanpa bantuan
penyangga. Dengan demikan dalam proses belajar, untuk mencapai pemahaman
pada mulanya anak diberikan bantuan atau bimbingan untuk mencapai
perkembangan yang optimal, setelah itu secara bertahap bantuan itu
dikurngi sampai akhirnya tidak diberikan sama sekali, sehingga anak
dapat memahami apa yang mereka pelajari.
Teori
yang kedua yaitu peranan konteks social dan kebudayaan serta
pengaruhnya terhadap pemahaman anak. Pengaruh ini terjadi secara
informal mulai dari kelahiran, masa bayi dan kanak – kanak dst. Pengaruh
kebudayaan anak itu berlangsung sepanjang hidup anak. Karena itu
belajar pada dasarnya bersifat social dan individual.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar