Perkembangan berpikir anak SD
Perkembangan dan Cara Belajar Anak di SDPENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Perkembangan anak manusia merupakan sesuatu yang kompleks. Artinya banyak faktor yang turut berpengaruh dan saling terjalin dalam berlangsungnya proses perkembangan anak. Baik unsure-unsur bawaan maupun unsure-unsur pengalaman yang diperoleh dalam berinteraksi dengan lingkungan sama-sama memberikan kontribusi tertentu terhadap arah dan laju perkembangan ank tersebut.
Guru terutama guru SD diharapkan mempunyai pemahaman konseptual tentang perkembangan dan cara belajar anak di SD.pemahaman konseptual tersebut meliputi gambaran tentang siapa anak SD dan bagaiamana mereka berkembang, yang mencakup tentang karakteristik perkembangan anak usia SD dalam berbagai aspek fisik biologis, kognitif, bahasa, dan psikososial. Selain itu diperlukan adanya pemahaman tentang prinsip-prinsip belajar anak, proses-proses psikologis yang terjadi dalam belajar anak serta peran motivasi dalam belajar anak.
Dengan bekal pemahaman konstektual tersebut, guru diharapkan dapat mengaplikasikan pemahaman tersebut dalam menyelenggarakan proses pembelajaran yang berorientasi pada perkembangan anak SD.
1.2. RUMUSAN MASALAH
Bagaimanakah perkembangan anak sekolah dasar dan cara belajar anak sekolah dasar ?
1.3. TUJUAN PENULISAN
Untuk mengetahui perkembangan anak sekolah dasar dan cara belajar anak sekolah dasar.
PEMBAHASAN
2.1 PERKEMBANGAN ANAK SEKOLAH DASAR
- A. PERKEMBANGAN SECARA FISIK
Perkembangan fisik peserta didik usia SD/MI meliputi pertumbuhan tinggi dan berat badan. Perubahan proporsi atau perbandingan antar bagian tubuh yang membentuk postur tubuh, pertumbuhan tulang, gigi, otot, dan lemak. Pertumbuhan dan perkembangan fisik anak menentukan ketrampilan anak bergerak. Pertumbuhan dan perkembangan mempengaruhi cara memandang dirinya sendiri dan orang lain, yang berdampak dalam melakukan penyesuaian dengan dirinya dan orang lain.
ü Pertumbuhan Tinggi
Pertumbuhan tinggi badan setiap anak berbeda-beda, tapi mengikuti pola yang sama.
- Anak usia 5 tahun : tinggi tubuh 2x dari tinggi/panjang tubuh saat lahir.
- Anak usia 12/13 thn : tinggi anak 150 cm, masih bertambah sampai usia
Pada akhir usia SD dan anak masuk masa puber, pertumbuhan anak laki-laki lebih lambat dari anak perempuan. Namun setelah itu, pertumbuhan laki-laki lebih cepat.
ü Perkembangan Berat Tubuh Peserta Didik.
- Anak usia 5 tahun : berat 5x setelah dilahirkan.
- Anak masa anak : berat 35-40 kg.
- Anak usia 10-12 tahun (permulaan masa remaja):
- Anak mengalami periode lemak.
- Mengalami pematangan kelamin yang berasal dari hormone.
- Nafsu makan anak semakin besar.
- Pertumbuhan tubuh yang cepat.
- Penumpukan lemak pada perut, pinggul,pangkal paha, dada, sekitar rahang, leher dan pipi.
- Bentuk tubuh endomorph: yang tampak dari luar berbentuk gemuk dan berbadan besar.
- Bentuk tubuh mesomorf: kelihatannya kokoh, kuat, dan lebih kekar.
- Berat tubuh ektomorf: tampak jangkung, dada pipih, lemah dan seperti tak berotot.
- Pertumbuhan tulang (jumlah dan komposis) pada peserta didik usia SD/MI cenderung lambat dibandingkan anak awal dan remaja.
- Pengerasan tulang dan tulang rawan menjadi tulang keras berlangsung terus sampai akhir masa remaja.
- Pertumbuhan tulang terjadi tidak serempak dan kecepatannya berbeda, tergantung pada hormone, gizi dan zat mineral yang dikonsumsi.
- Pada dua tahun terakhir masa anak akhir dimana terjadi periode lemak, terjadi pembengkokkan tulang karena tulang belum/tidak cukup keras menompang berat badan.
- Pergantian gigi susu menjadi gigi tetap terjadi pada peserta didik usia SD/MI menjadi peristiwa penting karena dapat mempengaruhi perilaku anak.
- Perkembangan susunan syaraf pada otak dan tulang belakang mempengaruhi perkembangan indra dan berpikir anak yang berdampak pada kemampuan anak dalam belajar.
- Sebagian peserta usia SD/MI juga berbeda pada masa awal remaja/puber.
- Masa ini terjadi perubahan fisik yang sangat pesat dalam ukuran tinggi, berat badan, proporsi tubuh.
- Kematangan kelenjar dan hormone yang berkaitan engan pertumbuhan seksual.
- Mengalami ketidakseimbangan, terlalu memperhatikan perubahan fisik, menarik diri dari pergaulan, perubahan minat/aktivitas bermain, bersikap negative/menentang, kurang PD, dsb.
Pertumbuhan fisik peserta didik usia SD/MI lebih lambat dibandingkan dengan tingkat pertumbuhan masa sebelumnya (masa bayi dan TK awal) dan sesudahnya (masa puber dan remaja). Jadwal waktu pertumbuhan fisik tiap anak tidak sama, ada yang berlangsung cepat, sedang atau lambat. Banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan fisik anak a.n:
- 1. Pengaruh keluarga
Membuat anak menjadi gemuk dari pada anak lainnya. Perbedaan ras suku bangsa (orang Amerika,Eropa, dan Australia cenderung lebih tinggi dari pada orang Asia).
ü Faktor lingkungan
Akan membantu menentukan tercapai tidaknya perwujudan potensi keturunan anak tersebut. Lingkungan lebih banyak pengaruhnya terhadap berat tubuh daripada tinggi tubuh.
- 2. Jenis Kelamin
- 3. Gizi dan kesehatan
- Anak yang memperoleh gizi cukup biasanya lebih tinggitubuhnya dan relatif lebih cepat mencapai masa puber dibandingkan dengan anak yang bergizi kurang.
- Anak yang sehat dan jarang sakit biasanya mempunyai tubuh sehat dan lebih berat dibanding dengan anak yang sering sakit.
- 4. Status sosial dan ekonomi
- Fisik anak dari kelompok ekonomi rendah cenderung lebih kecil dibandingkan dengan keluarga ekonomi cukup atau tinggi.
- Keadaan status ekonomi mempengaruhi peran keluarga dalam memberi makan, gizi dan pemeliharan kesehatan serta kegiatan pekerjaan yang dilakukan anak.
- 5. Gangguan Emosional
Bagi anak usia SD atau MI, reaksi yang diperlihatkan orang lain terutama oleh teman-teman sebayanya terhadap ukuran dan proporsi tubuhnya mempunyai makna penting. Apabila ukuran-ukuran dan proporsi tubuh anak berbeda jauh dengan teman sebayanya anak akan merasa kelainan, tidak mampu dan rendah diri.
- B. PERKEMBANGAN INTELEK
v Struktur pengetahuan
Pengertian kognitif meliputi aspek struktur intelek yang dipergunakan untuk mengetahui sesuatu, dan dalamnya terdapat aspek: persepsi, ingatan, pikiran, simbol, penalaran, dan pemecahan persoalan. Perkembangan kognitif merupakan proses dan hasil individu dengan lingkungannya.
Selain itu, struktur pengetahuan juga menjelaskan tentang tingkat kecerdasan peserta didik pada usia SD. Dengan adanya beberapa kecerdasan tiap individu, maka memungkinkan terjadinya kecerdasan ganda (multiple intelligence), sehingga perlu diadakannya semacam tes untuk mengetahui tingkat intelegensi tiap individu yang biasa disebut dengan IQ (Intelligence Quotient). IQ merupakan hasil bagi usia mental dengan usia kronologis atau kalender dikalikan seratus. Dengan berpegang pada satuan ukuran IQ, maka kecerdasan dikategorikan dalam tabel berikut (Sukmadinata, 2003):
IQ | Kategori |
140-…… | Genius |
130-139 | Sangat cerdas |
120-129 | Cerdas |
110-119 | Di atas normal |
90-109 | Normal |
80-89 | Di bawah normal |
70-79 | Bodoh |
50-69 | Debil |
25-49 | Imbecil |
……..-25 | Idiot |
Pada anak usia SD, mereka mengalami tahap ketiga dan keempat dari 4 tahap, yaitu:
- Tahap 3: Konkret Operasional (7-11 tahun)
- Negasi sebagai kemampuan anak dalam mengerti proses yang terjadi di antara kegiatan dan memahami hubungan antara keduanya.
- Resiprokasi sebagai kemampuan untuk melihat hubungan timbal balik.
- Identitas dalam mengenali benda-benda yang ada.
- Tahap 4 : Formal Operasional (11 – 12 tahun)
Dengan mengetahui tahap perkembangan kognitif tersebut, diharapkan orang tua dan guru dapat mengembangkan kemampuan kognitif dan intelektual anak dengan tepat sesuai dengan usia perkembangan kognitifnya.
v Faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perkembangan intelek peserta didik usia SD atau MI, antara lain:
- Kondisi organ penginderaan sebagai saluran yang dilalui pesan indera dalam perjalanannya ke otak (kesadaran).
- Intelegensi mempengaruhi kemampuan anak untuk mengerti dan memahami sesuatu.
- Kesempatan belajar yang diperoleh anak.
- Tipe pengalaman yang didapat anak secara langsung akan berbeda jika anak mendapat pengalaman seara tidak langsung dari orang lain atau informasi dari buku.
- Jenis kelamin karena pembentukan konsep anak laki-laki atau perempuan telah dilatih sejak kecil dengan cara yang sesuai dengan jenis kelamin.
- Kepribadian pada anak dalam memandang kehidupan dan menggunakan suatu kerangka acuan berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan.
- Kelambanan perkembangan otak yang dapat mempengaruhi kemampuan bermain dan belajar di sekolah serta penyesuaian diri dan social anak, yang dikarenakan oleh tingkat kecerdasan di bawah normal dan kurangnya mendapat kesempatan memperoleh pengalaman.
- Konsep yang salah yang disebabkan oleh informasi yang salah, pengalaman terbatas, mudah percaya, penalaran yang keliru, dan imajinasi yang sangat berperan, pemikiran tidak realistis, serta salah menafsirkan arti.
- Kesulitan dalam membenarkan konsep yang salah dan tidak relistik. Hal ini biasanya berkenaan dengan konsep diri dan sosial yang bisa membingungkan anak.
- C. PERKEMBANGAN AFEKTIF
Erikson melahirkan teori perkembangan afektif yang terdiri atas delapan tahap.
- a. Trust vs Mistnis/Kepercayaan dasar (0;0 -1;0).
- b. Autonomy vs Shame and Doubt/Otonomi (1;0 – 3;0)
- c. Initiatives vs Guilt/Inisiatif (3;0 – 5;0)
- d. Industry vs litferioriry/Produkttvltns (6;0 – 11 ;00)
- e. Identity vs Role Confusion/Identitas (12;0 – 18;0)
Menurut Erikson, pada tahap ini dimensi interpersonal yang muncul adalah: ego identity -4 •–>• role confusion. Pada masa ini siswa harus dapat ‘mengirtegrasikan apa yang telah dialami dan dipelajarinya tentang dirinya sebagai anak, siswa, teman, anggota pramuka, dan lain sebagainya menjadi suatu kesatuan sehingga menunjukkan kontinuitas dengan masa lalu dan siap menghadapi masa datang. Peran orang tua yang pada masa lalu berpengaruh secara langsung pada krisis perkembangan, maka pada masa ini pengaruhnya tidak langsung. Jika anak mencapii masa remaja dengan rasa terima kasih kepada orang tua, dengan penuh kepercayaan, mempunyai autonomy, berinisiatif, memiliki sifat-sifat industry, maka kesempatannya kepada ego indentiti sudah berkembang.
- f. Intimacy vs Isolation/Keakraban (19;0 – 25;0)
- g. Generavity vs Self Absorption/Generasi Berikut (25;0 – 45;0)
- h. Integrity vs Despair/Integritas (45;0)
Sebagai rekapitulasi dapat dinyatakan bahwa penahapan perkembangan afektif manusia merupakan perpaduan dari tugas-tugas perkembangan dan tugas-tugas sosial. Perkembangan afektif suatu tahap dapat berpengaruh secara positif maupun negatif terhadap tahap berikutnya. Jika anak mencapai tahap ketiga yang bergaul dengan anak bukan hanya orang tuanya saja melainkan juga orang dewasa lainnya di sekolah, yaitu guru. Guru yang membimbing dan mengasuh peserta didiknya pada berbagai aspek tingknt kelas perlu memahami dan menyadari sikap, kebutuhan dan perkembangan mereka.
- D. PERKEMBANGAN MINAT ANAK SD
Meichati (1975) mengartikan minat adalah perhatian yang kuat, intensif, dan menguasai individu secara mendalam untuk tekun melakukan suatu aktivitas.
Secara operasional, Lilawati (1988) mengartikan minat adalah suatu perhatian yang kuat dan mendalam disertai dengan perasaan senang terhadap suatu kegiatan sehingga mengarahkan anak untuk melakukan kegiatan tersebut dengan kemauan sendiri.
Sinambela (1993) mengartikan minat adalah sikap positif dan adanya rasa ketertarikan dalam diri anak terhadap suatu aktivitas tertentu.
Jadi dapat diartikan bahwa minat adalah kekuatan yang mendorong anak untuk memperhatikan, merasa tertarik, dan cenderung senang terhadap suatu aktivitas sehingga mereka mau melakukan aktivitas tersebut dengan kemauannya sendiri.
Minat terdiri dari dua aspek, yaitu :
- Aspek kognitif, berupa konsep positif terhadap suatu obyek dan berpusat pada manfaat dari obyek tersebut.
- Aspek afektif, nampak pada rasa suka atau tidak senang dan kepuasan pribadi terhadap obyek tersebut.
- Faktor personal, merupakan faktor-faktor yang ada pada diri anak itu (meliputi usia, jenis, kelamin, intelegensi, sikap, dan kebutuhan psikologi).
- Faktor instusional, merupakan faktor-faktor di luar diri anak (melalui pengaruh orang tua, guru, dan teman sebaya).
- Kemauan anak terhadap kegiatan tersebut (meskipun ada dorongan yang besar dari orang-orang tertentu, misalnya orang tua, kalau dia tidak mempunyai keinginan yang tinggi terhadap kegiatan tersebut dia tidak akan melakukan kegiatan tersebut)
- Karakter masing-masing anak.
- Suasana hati / keinginan hati (mood)
- E. PERKEMBANGAN BAHASA
Bahasa merupakan media komunikasi yang digunakan untuk menyampaikan pesan, pendapat, perasaan dengan menggunakan simbol-simbol yang disepakati bersama, kemudian kata dirangkai berdasarkan urutan membentuk kalimat yang bermakna dan mengikuti aturan atau tata bahasa yang berlaku dalam suatu komunitas atau masyarakat, bahasa dapat dibedakan menjadi 3, yaitu bahasa lisan, bahasa tulis, dan bahasa isyarat.
Keterampilan dalam berbahasa memiliki 4 aspek atau ruang lingkup, yaitu:
- 1. Keterampilan mendengarkan
- 2. Keterampilan berbicara
- 3. Keterampilan membaca
- 4. Keterampilan menulis
v Pola Perkembangan Bahasa Anak
Anak dikatakan siap atau matang berbicara dan belajar bahasa apabila aspek motorik bicara (koordinasi otot bicara) dan aspek mental bicara (kemampuan berpikir) anak sudah mulai berfungsi dengan baik. Pada saat anak mulai masuk sekolah merupakan masa yang paling baik untuk belajar bahasa. Anak selalu bertanya mengenai segala yang dilihat dan ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Anak mulai membangun kosakata yang biasanya merupakan kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata merangkai/pengganti dari apa saja yang dijumpai anak dalam kehidupan sehari-hari khususnya mengenai warna, waktu, uang, dan kata popular yang digunakan kelompok anak atau teman sebaya. Selanjutnya perkembangan bahasa dengan pembentukan kalimat, dimulai dengan kalimat sederhana menjadi kalimat lengkap.
Seiring dengan pertambahan usia, kemampuan berbicara atau berbahasa anak semakin baik. Isi pembicaraan anak pada umumnya dibedakan menjadi 2, yaitu:
- Kegiatan berbicara yang berpusat pada diri sendiri (eosentrik), meskipun anak itu sedang berada dalam kelompok.Anak type ini lebih banyak berbicara tentang hal yang berhubungan dengan dirinya sendiri dan cenderung mendominasi pembicaraan sehingga kurang berminat dan sulit mendekatkan atau menerima pendapat orang lain.
- Kegiatan bicara yang berpusat pada orang lain (sosialisasi). Anak type ini cenderung menyesuaikan isi dan cara berbicaranya dengan orang yang sedang berinteraksi dengannya. Sehingga anak mampu melibatkan diri dengan kegiatan social dan mampu berkomunikasi.
Meskipun pada umumnya pula perkembangan keterampilan berbahasa anak sama, namun tetapada perbedaan individual.berikut ini adalah beberapa faktor penyebab perbedaan tersebut:
- 1. Kesehatan
- 2. Kecerdasan
- 3. Jenis kelamin
- 4. Keluarga
- 5. Keinginan dan Dorongan Komunikasi
- 6. Kepribadian
- F. PERKEMBANGAN SOSIAL
Perkembangan sosial berarti perolehan kemampuan berprilaku yang sesuai dengan tuntutan sosial. Tuntutan sosial pada perilaku sosial anak tergantung dari perbedaan harapan dan tuntutan budaya dalam masyarakat tempat anak tumbuh kembangkan tugas perkembangannya. Dalam belajar hidup bermasyarakat diperlukan tiga proses dalam bersosialisasi, yaitu:
- Belajar berperilaku yang dapat diterima social.
- Memainkan peran social yang dapat diterima
- Perkembangan sikap social.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan peserta didik melakukan sosialisasi adalah sebagai berikut:
- Kesempatan dan waktu untuk bersosialisai dengan orang lain.
- Kemampuan berkomunikasi dengan kata-kata yang dapat dimengerti peserta didik maupun orang dewasa lain.
- Motivasi peserta didik untuk mau belajar bersosialisasi.
- Metode belajar efisien dan bimbingan bersosialisasi.
Para peserta didik usia SD atau MI yang berada pada posisi anak akhir akan mulai membentuk kelompok bermain yang selanjutnya berkembang menjadi kelompok belajar dan melakukan aktifitas pada masa anak. Sedangkan peserta didik kelas 5 atau 6 kadang-kadang sudah mengalami masa puber. Pada masa ini seorang peserta didik mengalami perubahan fisik sensual yang pesat. Sehingga seorang anak cenderung menarik diri dari kelompoknya, kurang dapat berinteraksi dan bersosialisasi dengan orang lain. Juga terjadi kemunduran minat untuk bermain dan melakukan aktifitas kelompok serta cenderung bersikap antisocial.
v Peranan Kelompok dan Permainan
Pada masa anak akhir, kelompok atau geng anak memegang peranan penting dalam perkembangan social. Jika pada masa anak awal terbentuk kelompok bermain yang terbentuk secara spontan, informal dan sementara, maka kelompok yang terbentuk pada masa anak akhir mempunyai struktur yang lebih tegas dan formal. Ada yang menjadi pemimpin dan pengikut. Mereka melakukan beberapa aktivitas seperti bermain, hiburan, minat dan hoby, bahkan kadang mencoba menggangu orang lain. Kelompok pada masa anak akhir merupakan usaha anak untuk menciptakan suatu masyarakat yang sesuai bagi pemenuhan kebutuhannya.
Pengaruh kelompok terhadap sosialisasi anak dilakukan dalam hal :
- Membantu anak bergaul dengan teman sebaya dan berperilaku yang dapat diterima secara social dan kelompoknya.
- Membantu anak mengembangkan kesadaran yang rasional dan skala nilai untuk melengkapi atau mengganti nilai orang tua yang sebelumnya cenderung diterima anak sebagai kata hati yang otoriter.
- Mempelajari sikap social yang pantas melalui pengalamannya dalam menyukai orang an cara menikmati kehidupan serta aktivitas kelompok.
- Membantu kemandirian anak dengan cara memberikan kepuasan emosional melalui persahabatan dengan teman-teman sebaya.
Melalui permainan atau bermain, anak tidak hanya memperoleh kesenangan tetapi mereka juga dapat mempelajari sesuatu. Permainan atau bermain mempunyai empat manfaat yaitu :
- Latihan fungsi baik fungsi motorik maupun kognitif.
- Sarana sosialisasi, anak dapat belajar bekerjasama dan saling tolong menolong dalam bermain.
- Mengukur kemampuan terutama untuk permainan yang dilombakan.
- Menempa emusi/sikap melalui kegiatan untuk mentaati aturan permainan dan bersikap sportif.
Penyesuaian sosial berarti keberhasilan seseorang dalam menyesuaikan diri terhadap orang lain pada umumnya dan terhadap kelompok paa khusunya. Anak yang dapat menyesuaikan diri dengan baik mempelajari berbagai ketrampilan seperti kemampuan untuk menjalin hubungan dengan orang lain. Di bawah ini adalah beberapa criteria penyesuaian social yang baik.
- 1. Ketrampilan nyata
- 2. Penyesuaian diri terhadap berbagai kelompok.
- 3. Sikap social
- 4. Kepuasan pribadi
Teman sebaya sangat berperan dan berpengaruh terhadap kemampuan penyesuaian sosial peserta didik usia SD. Penerimaan atau penolakan teman kelompok akan berdampak pada perkembangan aspek-aspek lainnya seperti emosi, konsep diri, dan kepribadiannya. Pada masa anak akhir, ada teman biasa yang hanya memenuhi kebutuhan anak untuk berada dalam kelompoknya, teman bermain yang dapat melakukan aktivitas bermain bersama-sama, dan teman akrab yang memungkinkan anak dapat berkomunikasi melalui pertukaran ide, rasa percaya, meminta nasehat dan berani mengkritik. Jumlah teman peserta didik usia SD sangat bervariasi, tetapi seiring bertambah usia maka jumlah temanpun semakin banyak. Pemilihan teman biasanya terjadi karena adanya kesamaan sifat, minat, nilai-nilai dan kedekatan geografis/lokasi. Pergantian teman dapat terjadi karena perubahan minat, mobilitas social, atau perpindahan likasi tempat tinggal. Melalui pergantian teman, anak dapat belajar hal-hal yang penting dalam perkembangan sosial.
v Penyesuaian Diri Pada Anak Sekolah Dasar
Penyesuaian diri pada anak sekolah dasar terlihat dalam proses sosialisasi, anak menunjukkan perilaku sesuai aturan-aturan sosial yang ditentukan. Anak pun mulai membutuhkan teman dekat. Yaitu teman sebagai orang yang dapat membantu jika dibutuhkan. Umumnya teman dekat ini adalah kelompok sebayanya. Kelompok sebaya dapat sebagai model dalam berperilaku, di mana anak cenderung meniru perilaku kelompoknya. Jika mempunyai teman berperilaku sesuai tuntutan masyarakat, anak pun akan mengikutinya. Berbagai karakteristik dari kelompok sebaya menunjukkan bahwa kelompok sebaya memiliki keunikan tersendiri yang mungkin tidak dijumpai di kelompok yang lain. Hal ini pula yang membuat anak sebagai anggota kelompok dapat mempelajari pola-pola perilaku anggota kelompoknya.
Meskipun kelompok sebaya merupakan hal yang diutamakan dalam perkembangan seorang anak, namun peran guru maupun orang tua tetap diperlukan dalam menanamkan norma yang sesuai dengan tuntutan lingkungan agar apa yang dituntut oleh kelompok seimbang dengan apa yang dituntut oleh lingkungan
Dalam menyesuaikan diri dengan kelompoknya, anak pun belajar tentang peran jender. Adanya peran yang berbeda, membuat adanya aturan bagi anak laki-laki dan perempuan. Proses perkembangan jender dalam diri seseorang sebenarnya bisa dikarenakan faktor biologis, kemampuan kognitif dan sosial. Namun dari kesemuanya itu justru lingkungan sosiallah misalnya bagaimana interaksi dan pengalaman anak dengan orang tua, pengaruh dari guru, teman sebaya, media masa, pelajaran, dan lain-lain yang paling berperan dalam perkembangan jender.
Walaupun kenyataan menunjukkan bahwa peran jender tidak bisa diabaikan di lingkungan masyarakat, namun sebagai orang tua maupun guru hendaknya dapat mengajarkan pada anak bahwa peran tersebut dapat berganti karena semua itu sangat tergantung dari kebutuhan, situasi, minat dan keterampilan yang dimiliki. Itulah sebabnya kadangkala dijumpai seorang pria yang menekuni karirnya di bidang seni tari, sementara seorang wanita menekuni karirnya di bidang keteknikan, dan lain-lain. Yang perlu ditanamkan adalah bahwa kita harus menghargai apa yang dilakukan anak, bukan karena anak itu laki-laki atau perempuan.
- G. TUGAS PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK USIA SD
Tujuan mempelajari tugas perkembangan ialah:
- Mendapatkan petunjuk bagi individu untuk mengetahui apa yang diharapkan masyarakat dari mereka pada periode usia – usia tertentu
- Memberikan motivasi kepada individu untuk melakukan apa yang diharapkan dari mereka oleh kelompok social pada usia tertentu sepanjang kehidupannya.
- Menunjukkan kepada individu tentang apa yang akan dihadapi dan tindakan apa yang diharapkan kalau sampai pada tingkat perkembangan berikutnya
1) Faktor tuntutan kebudayaan yang berbentuk kekuatan, norma hidup, harapan serta nilai – nilai ideal pada kehidupan individu yang sedang berkembang.
2) Kematangan fisik, merupakan salah satu faktor penentu munculnya tugas – tugas perkembangan pada periode usia – usia tertentu, di samping kondisi kesehatan dan kecacatan.
3) Kepribadian seseorang, antara lain intelegensi, minat, sikap, kecenderungan sosial emosional, sifat dan karakter.
Setelah mengetahui tujuan dan faktor perkembangan. Berikut akan dijelaskan mengenai karakteristik perkembangan pada periode anak usia Sekolah Dasar, yakni antara lain:
- Dorongan untuk ke luar dari rumah dan masuk ke dalam kelompok anak – anak sebaya.
- Dorongan yang bersifat kejasmanian untuk memasuki dunia permainan anak yang menuntut keterampilan tertentu.
- Dorongan untuk memasuki dunia orang dewasa yang yaitu dunia konsep – konsep logika, simbol dan komunikasi, serta kegiatan mental lainnya.
- Mempelajari keterampilan fisik yang diperlukan untuk permainan – permainan yang umum. Hakikat dari tugas perkembangan ini adalah mempelajari keterampilan – keterampilan yang bersifat fisik/jasmani untuk dapat melakukan permainan.
- Membangun sikap yang sehat mengenai diri sendiri sebagai makhluq yang sedang tumbuh. Hakikat tugas perkembangan ini adalah belajar mengembangkan sikap kebiasaan untuk hidup sehat.
- Belajar menyesuaikan diri dengan teman – teman seusianya. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak belajar memberi dan menerima dalam kehidupan sosial antar teman sebaya, dan belajar membina persahabatan dengan teman sebaya, termasuk juga bergaul dengan musuhnya.
- Mulai mengembangkan peran sosial pria atau wanita dengan tepat. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak belajar dan bertindak sesuai dengan peran seksnya yaitu sebagai anak laki – laki atau anak perempuan.
- Mengembangkan keterampilan – keterampilan dasar untuk membaca, menulis dan berhitung. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak belajar mengembangkan tiga keterampilan dasar yaitu membaca, menulis dan berhitung yang diperlukan untuk hidup di masyarakat.
- Mengembangkan pengertian – pengertian yang diperlukan untuk kehidupan sehari – hari. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak harus mempelajari berbagai konsep agar dapat berpikir efektif mengenai permasalahan sosial di sekitar kehidupan sehari – hari.
- Mengembangkan hati nurani, pengertian moral, serta tata dan tingkatan nilai. Hakikat tugas perkembangan ini adalah mengembangkan moral yang bersifat batiniah yaitu hati nurani, serta mengembangkan pemahaman dan sikap moral terhadap peraturan dan tata nilai yang berlaku dalam kehidupan anak.
- Mengembangkan sikap terhadap kelompok – kelompok sosial dan lembaga – lembaga. Hakikat tugas perkembangan ini adalah mengembangkan sikap sosial yang demokratis dan menghargai orang lain.
- Mencapai kebebasan. Hakikat tugas perkembangan ini adalah anak menjadi individu yang otonom atau bebas, dalam arti dapat membuat rencana untuk masa sekarang dan masa yang akan datang, bebas dari pengaruh orang tua atau orang lain.
- A. PENGERTIAN CARA BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR
Memahami cara belajar anak adalah kunci pokok untuk menunjang keberhasilan anak. Sebaliknya, jika cara belajar anak tidak dipahami, maka hasilnya akan kurang maksimal. Secara umum, cara belajar adalah bagaimana seseorang menangkap, mengerti, memproses, mengungkapkan, dan mengingat suatu informasi.
Cara belajar anak SD dibanding orang dewasa mempunyai perbedaan yang besar. Menurut Piaget (1950), setiap anak memiliki cara tersendiri dalam menginterpretasikan dan beradaptasi dengan lingkungannya. Menurutnya, setiap anak memiliki struktur kognitif yang disebut schemata. Schemata adalah sistem konsep yang merupakan hasil pemahaman anak atas objek yang berada di sekitar anak. Pemahaman tentang objek tersebut berlangsung melalui proses asimilasi dan akomodasi. Asimilasi yaitu menghubungkan objek baru dengan konsep yang sudah ada dalam pikiran, sedangkan akomodasi adalah proses memanfaatkan konsep-konsep yang sudah ada dalam pikiran untuk menafsirkan objek baru.
Kedua proses tersebut akan berlangsung secara terus menerus sehingga membuat pengetahuan lama dan pengetahuan baru menjadi seimbang. Dengan demikian anak akan dapat membangun pengetahuan melalui interaksi secara langsung dengan lingkungannya. Berdasarkan hal tersebut, maka perilaku belajar anak sangat dipengaruhi oleh aspek-aspek dari dalam dirinya dan lingkungannya. Kedua hal tersebut tidak mungkin dipisahkan karena memang proses belajar terjadi dalam konteks interaksi diri anak dengan lingkungannya. Demikianlah “Cara Belajar Anak Sekolah Dasar”.
- B. TAHAPAN BELAJAR ANAK SEKOLAH DASAR
Anak usia sekolah dasar berada pada tahapan operasi konkret. Pada rentang usia sekolah dasar tersebut, anak mulai menunjukkan perilaku belajar sebagai berikut:
- Mulai memandang dunia secara objektif, bergeser dari satu aspek situasi ke aspek lain secara reflektif dan memandang unsur-unsur secara serentak.
- Mulai berpikir secara operasional.
- Mempergunakan cara berpikir operasional untuk mengklasifikasikan benda-benda.
- Membentuk dan mempergunakan keterhubungan aturan-aturan, prinsip ilmiah sederhana, dan mempergunakan hubungan sebab akibat.
- Memahami konsep substansi, volume zat cair, panjang, lebar, luas, dan berat.
- Konkret.
- Integratif
- Hierarkis
- C. MACAM-MACAM CARA PENERIMAAN INFORMASI ANAK SEKOLAH DASAR
Ada tiga cara seseorang anak menerima sebuah informasi :
- Melalui indra penglihatan/ visual
- Melalui indra pendengaran/ auditorial
- Melalui indra peraba/ kinestetik
- 1. VISUAL – belajar melalui penglihatan
Anak-anak visual berpikir dalam bentuk visual dan lebih cepat mengerti jika melihat tampilan gambar misalnya diagram, buku bergambar, transparansi, video presentasi dan flipchart yang berwarna. Cara belajar orang-orang visual sering disebut sebagai ”Tunjukkan Caranya/ Show Me”.
Ciri-ciri anak visual :
- Senang bereksperimen dengan warna
- Senang menonton
- Sering melamun terutama saat kegiatan verbal
- Lebih banyak mengamati daripada berbicara
- Lebih mudah mengingat dengan melihat gambar
- Umumnya rapi dan bisa memadukan warna
- Sering menggunakan kata-kata yang berhubungan dengan indra penglihatan, misalnya ”Kelihatannya …”
- 2. AUDITORIAL – belajar melalui pendengaran
Anak-anak auditorial menginterpretasikan arti yang tersirat dari suatu perkataan dengan mendengarkan nada suara, tinggi rendahnya nada, kecepatan berbicara, intonasi, dan hal-hal lain yang berkaitan dengan bunyi.
Informasi tertulis mungkin tidak terlalu berarti sampai mereka mendengar informasi tersebut melalui suara. Agar anak-anak auditorial lebih tertarik untuk belajar, yang perlu kita lakukan adalah menggunakan cerita atau pengalaman pribadi untuk menjelaskan suatu poin, penjelasan dalam bentuk narasi, membandingkan kata-kata.
Ciri-ciri anak auditorial :
- Senang mendengar musik/irama.
- Sensitif terhadap keributan atau suara yang keras.
- Bisa mengikuti pembicaraan yang sedang berlangsung walaupun terlihat tidak memperhatikan.
- Senang dengan peralatan yang bisa mengeluarkan bunyi, misalnya MP3 player atau iPod.
- Sering menggunakan kata-kata yang berkaitan dengan indra pendengaran. Misalnya, ” Kedengarannya ….”
- 3. KINESTETIK – belajar melalui bergerak, melakukan, dan meraba
Anak-anak kinestetik senang bergerak. Agar anak-anak kinestetik tertarik, yang perlu kita lakukan adalah membuat aktivitas yang memaksa mereka bergerak, membuat latihan dimana mereka membuat dan melakukannya sendiri.
Ciri-ciri anak kinestetik :
- Senang bergerak dan tidak bisa duduk diam di dalam kelas.
- Mau mencoba hal baru.
- Lebih memilih pakaian berdasarkan bahan yang nyaman, bukan warna yang sesuai.
- Tangannya tidak bisa diam dan selalu mencoba untuk ’memegang’ sesuatu.
- ’Mencari’ sesuatu barang dengan ’meraba’.
- Sensitif terhadap lingkungan yang terlalu panas atau dingin.
- Sering menggunakan kata-kata berdasarkan perasaan. Misalnya, ”Rasanya…”.
- C. PENGEFEKTIFAN CARA BELAJAR ANAK SD
Agar proses pembelajaran efektif, artinya pengajar harus mampu memberikan pelajaran yang menggunakan semua indera tersebut di atas untuk bisa menjangkau semua murid.
Yang dapat dilakukan:
Beberapa ide agar anak-anak yang cenderung visual dapat belajar dengan lebih baik :
- Pilihkan buku dengan gambar yang berwarna-warni, namun bukan buku komik.
- Menonton video dan melihat foto.
- Membuat kliping dari majalah bekas.
- Mewarnai, menggambar dan membuat kolase.
- Menghias : ajak anak anda memilih hiasan rumah, kebun, hadiah atau hiasan apa saja.
- Gunakan flash card untuk belajar warna, bentuk, pola, huruf dan angka.
- Mendengarkan musik. Cari tahu musik apa yang mereka sukai dan gunakan musik untuk mengatur suasana hati mereka sebelum, saat (sebagai latar belakang) dan sesudah (sebagai hadiah/reward) belajar.
- Masukkan musik ke dalam topik yang sedang dipelajari, misalnya irama tertentu untuk mengingat suatu pelajaran. Mereka akan lebih cepat menyerap pelajaran tersebut.
- Bicaralah dengan nada tenang dan teratur. Anak-anak auditorial membedakan guru mereka dari nada dan tinggi rendahnya suara para guru.
- Berceritalah dalam mengajarkan sesuatu dan gunakan nada yang berbeda untuk menekankan topik tersebut.
- Menari : gunakan lagu dengan irama yang menyenangkan.
- Memasak : biarkan mereka berkreasi dan belajar mengukur, menghitung, membaca sambil mengaduk sesuatu.
- Pekerjaan tangan (art & craft) : menggunting, menempel, menggambar, finger painting, membuat sesuatu dengan ’play dough’.
- Gunakan metode ’hands-on’ dimana anak harus mecoba melakukan sesuatu sendiri dan bukan hanya menyaksikan demo.
Yang Perlu Diingat:
- Apapun cara belajar anak anda, pastikan suasana yang mendukung. Jangan paksa anak anda untuk belajar disaat ia (dan juga anda) sedang kelelahan.
- Pilih topik yang menarik baginya, jangan berasumsi apa yang menarik untuk anda, akan membuat ia tertarik. Kaitkan pembelajaran tersebut dengan sesuatu yang disukai si anak. Jika anda bisa mengaitkan suatu informasi baru dengan apa yang sudah pernah dipelajarinya, mereka akan lebih cepat mengerti.
- Buatlah informasi baru tersebut relevan dengan situasiu anak-anak. Contohnya, mereka tidak suka pelajaran matematika dan merasa belajar matematka tidak ada gunanya. Tetapi jika anda membantu mereka untuk mengatur anggaran untuk membeli mainan, mereka akan jauh lebih tertarik untuk mempelajarinya.
- Usahakan agar suasana belajar menyenangkan dan tidak terlalu berlarut-larut.
- Jangan lupa untuk mengulang hal yang sudah dipelajari. Lebih baik mengulang hal sedikit-sedikit daripada sekaligus banyak.
- D. CARA BELAJAR ANAK
- 1. Anak belajar secara kontinyu (terus-menerus).
Kita sekali-kali tidak akan sengaja mengajarkan hal-hal ini. Namun demikian anak-anak mungkin akan mempelajarinya. Dengan mengetahui bahwa para murid kita belajar secara kontinyu, mungkin akan menolong kita untuk lebih berhati-hati mengenai apa yang kita ajarkan secara tidak langsung melalui suasana kelas.
- 2. Anak belajar melalui panca inderanya.
i. 1 persen dari apa yang mereka baca.
ii. 20 persen dari apa yang mereka dengar.
iii. 30 persen dari apa yang mereka lihat.
iv. 50 persen dari apa yang mereka lihat dan dengar.
v. 70 persen dari apa yang mereka katakan sementara mereka melihat.
vi. 80 persen dari apa yang mereka katakan sementara mereka melakukannya.
Anak hanya mempunyai satu cara belajar, yakni melalui panca inderanya. Panca indera itu merupakan pintu masuk ke dalam kesadarannya. Fakta ini menunjukkan pentingnya penggunaan bermacam-macam bahan bantuan untuk mengajar.
- 3. Anak belajar melalui kegiatan.
Anak dapat terlibat dalam proses belajar melalui beberapa cara. Ia bisa belajar secara langsung dalam kegiatan-kegiatan, misalnya mengerjakan proyek-proyek, pekerjaan tangan, diskusi dan drama. Atau melalui lukisan-lukisan cerita ia bisa terlibat, secara tidak langsung karena menempatkan diri dalam keadaan orang lain. Perasaannya dapat dibangkitkan, khayalannya digiatkan, emosinya digerakkan.
- 4. Anak akan belajar sebaik-baiknya bila ia mempunyai dorongan atau alasan untuk belajar.
Dorongan yang kedua adalah dari dalam, secara batin. Keinginan, hasrat, dorongan hati pribadi adalah contoh-contoh dorongan sejenis ini. Dalam hal terlibat kebutuhan dan kepentingan yang dirasakannya. Dorongan inilah yang bekerja bila anak itu dipimpin untuk memahami bagaimana kebutuhannya dipenuhi melalui penerapan prinsip-prinsip Alkitab dalam kehidupannya. Sungguh penting bagi kaum remaja dan orang dewasa menginsafi bahwa ajaran Alkitab dapat dipraktekkan bagi keperluan hidup mereka.
- 5. Anak akan belajar paling baik bila mereka sudah siap untuk belajar.
- 6. Anak belajar dengan jalan meniru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar