Arah Masa Depan Pendidikan Islam |
Ditulis oleh Mujtahid |
Kamis, 03 November 2011 16:43 |
DINAMIKA pendidikan
Islam sampai kapan pun selalu memancing perhatian banyak orang, baik
dari kalangan institusi pendidikan maupun dari luar institusi
pendidikan/masyarakat. Bahkan tidak sedikit dari kaum ilmuan luar negeri
ikut membicarakan, meneliti dan merespon eksistensi pendidikan Islam
ini. Sebut saja misalnya, Karel A. Steenbrink yang meneliti keberadaan
pendidikan Islam, mulai asal usul pertumbuhan, perkembangan, dan proses
modernisasinya di Nusantara ini.
Pendidikan Islam sebagai agen pencerahan dan penyelematan hidup manusia sangat membutuhkan pondasi yang kuat, arah yang jelas dan tujuan yang utuh. Melalui pondasi, arah dan tujuan tersebut diharapkan idealitas pendidikan Islam seperti yang tersirat dalam sumber ajaran Islam (al-qur'an dan hadits) senantiasa mendorong umatnya menjadi orang atau kelompok yang berkualitas (berilmu), beriman, dan punya kesalehan yang tinggi. Meskipun secara konseptual pendidikan Islam masih mengalami perbedaan pandangan, akan tetapi dalam implementasi dan tujuan yang dicita-citakannya sama. Perbedaan tersebut terjadi karena cara pandang mereka juga berbeda-beda dalam memahami hakikat, ruang lingkup dan fungsi Islam. Paling tidak ada empat versi pandangan. Pertama, Islam sebagai agama terakhir dan penyempurna dari agama-agama wahyu sebelumnya. Kedua, Islam hanya mengatur hubungan antara manusia dan Tuhan. Ketiga, Islam bukanlah sebuah sistem kehidupan dan praktis dan baku, melainkan sebuah sistem nilai dan norma secara dinamis. Keempat, Islam adalah agama petunjuk hidup yang menghidupkan. Seiring dengan perubahan zaman, pendidikan Islam kini harus berbenah diri dalam rangka menghasilkan generasi baru yang mempunyai kekokohan spiritual, keluhuran akhlak, kematangan profesional dan keluasan ilmu, di samping menyiapkan memenuhi standar kebutuhan lapangan kerja. Secara filosofis, pendidikan bertujuan untuk mengembangkan potensi manusia ke arah yang maksimal. Potensi yang diberikan oleh Tuhan tidak akan berkembang sendirinya tanpa dukungan pendidikan yang memadahi. Sehingga orientasi pendidikan tidak hanya memasuki wilayah fisiologis, melainkan juga harus merambah kawasan spiritual, psikologis serta nilai-nilai etis (akhlak). Ide dasar terbangunnya pendidikan Islam yaitu keseluruhan aktivitas pedagogi yang dilatari oleh hasrat, motivasi dan semangat untuk memanifestasikan nilai-nilai Islam, baik nilai-nilai ketuhanan maupun nilai-nilai kemanusiaan, melalui kegiatan pendidikan.
Visi dan Misi Pendidikan Islam
Visi dan misi pendidikan Islam itu harus mampu membawa cita-cita mulia yaitu menjadi rahmat bagi semesta alam, menghargai ilmu dan orang yang berilmu, membangun peradaban di era informasi dan penyelamat peradaban umat manusia. Manusia sebagai makhluk yang dinamis yang dibekali dengan petunjuk wahyu yang jelas diharapkan tercipta kedamaian, kerahmatan dan kemakmuran baik secara lahiriyah maupun batiniyah. Pendidikan Islam sebagai poros utama untuk mendorong perubahan prilaku dan watak manusia agar menjadi khaira ummah (kaum yang berkualitas). Melalui pendidikan Islamlah sosok generasi akan terwujud kesadaran sebagai abdullah dan sekaligus khalifatullah secara utuh. Suatu generasi yang berilmu pengetahuan, berakhlak mulia, terampil dan istiqamah kepada nilai-nilai kebenaran, keadilan, kasih sayang, dan selalu berkarya kebajikan untuk sesama. Islam sebagai agama yang menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, mendorong ummatnya untuk menuntut ilmu sampai ajal datang. Para ahli hikmah mengilustrasikan bahwa ilmu adalah kekuatan, mukjizat, perisai, yang akan melindungi pemiliknya dari kehancuran. Dalam panggung sejarah kita menyaksikan bahwa bangsa yang kuat adalah bangsa yang mampu mengusai ilmu pengetahuan, yang dapat menciptakan kemakmuran, kesejahteraan dan kehormatan. Karena itu pendidikan Islam sangat menghargai ilmu, tidak saja ilmu agama tetapi juga ilmu dunia/umum. Misi integralistik sebagai cara untuk mendekonstruksi dikotomi yanag terjadi selami ini harus dibangun secara kuat agar tidak melahirkan manusia yang berat sebelah. Setelah memiliki ilmu yang kuat, generasi nanti diharapkan mampu membangun peradaban baru yang elegan di percaturan dunia informasi. Budaya dan transformasi nilai-nilai sosial harus lebih baik dengan didukung oleh teknologi informasi yang sedemikian pesat. Melalui pendidikan Islam diangankan tercipta sebuah peradaban baru yang etis dan humanis. Suatu peradaban yang menjunjung tinggi nilai-nilai fitrah kemanusian yang sesuai dengan aturan ilahi. Kemajuan teknologi informasi yang saat ini berkembang secara pesat di muka bumi ini dalam banyak hal telah menyumbangkan nilai positif bagi kehidupan manusia, selain terdapat dampak negatifnya. Dengan peradaban yang etis dan humanis itulah diharapkan seseorang dapat menjalankan amanat kehidupan ini menjadi kerajaan dunia yang makmur, dinamis dan harmoni atas dasar nilai-nilai ketuhanan dan kemanusiaan itu. Pendidikan Islam membawa misi untuk menjadikan manusia dengan bekal fitrah yang hanif atau dengan ruh, kalbu dan akal sehatnya selalu berpihak pada kebenaran. Manusia yang setiap waktu sadar untuk berbuat kebajikan, keadilan, kasih sayang dan bermanfaat bagi orang lain. Misi tersebut juga selaras dengan tujuan yang dirumuskan pendidikan nasional tentang sosok manusia sempurna. Profil manusia Indonesia yang berkepribadian tangguh secara lahiriyah dan batiniyah, mampu menjalin hubungan vertikal dengan Tuhan-Nya dan hubungan horizontal kepada sesama manusia, memberikan makna positif bagi kemajuan dan keharmonisan hidup bangsa dan umat manusia. Tujuan Pendidikan Islam Tujuan diartikan sesuatu yang dicita-citakan dimasa yang akan datang dan ingin diwujudkan dengan berbagai daya dan upaya. Membahas tujuan pendidikan Islam sangatlah penting untuk melahirkan formulasi yang gamblang untuk memberikan pencerahan di masa yang akan datang.
Tujuan pendidikan Islam biasanya dilihat
dari dua perspektif, yaitu perspektif manusia (pribadi) dan perspektif
masyarakat (makhluk sosial). Perspektif manusia ideal digambarkan
seperti manusia kamil, insan cita, manusia paripurna, manusia
berkualitas, manusia unggul, manusia bertaqwadan lain sebagainya.
Sedangkan dalam perspektif manusia sebagai makhluk sosial tujuan
pendidikan diformulasikan dalam bentuk citra masyarakat ideal seperti:
warga masyarakat, masyarakat madani, masyarakat utama, dan lain
sebagainya.
Agar tujuan pendidikan Islam efektif, dibutuhkan pendekatan-pendekatan yang terpadu, seperti pendekatan melalui normatif filosofis, pendekatan melalui analisa historis, dan pendekatan melalui analisa ilmiah tentang realita kehidupan yang aktual. Pendekatan normatif-filosofis mengajak semua manusia komitmen menegakkan nilai kebenaran dan keadilan dalam berbagai dimensinya, baik bidang sosial, ekonomi, politik dan budaya. Dengan merujuk pada ajaran wahyu dan sunnah, setiap manusia harus bisa berlaku adil dan benar. Pendekatan ini juga menekankan pentingnya mengedepankan aspek akhlak sebagai pondasi pendidikan. Misi kerasulan Muhammad saw diantaranya adalah membangun akhlak bagi pengikutnya agar menjadi manusia seutuhnya. Selain itu, juga membangun fondasi aqidah/spiritual yang kuat sebagai sentral keyakinan seseorang. Tujuan pendidikan Islam merupakan kelanjutan misi besar yang terkadung dalam wahyu ilahi dan sunnah Nabi Muhammad saw. Merujuk pada dua sumber utama itulah, pendidikan Islam harus bersentuhan dengan segala dimensi kehidupan. Tidak hanya seputar pendidikan agama, melainkan juga menyentuh persoalan-persoalan sosial, kultural, ekonomi, politik, dan sebagainya. Pendidikan tidak ingin melahirkan generasi yang berat sebelah. Artinya suatu genarasi yang hanya mementingkan satu dimensi keilmuan, sementara yang lain dipandang tidak penting. Model pendidikan Islam semacam ini justru akan terjebak pada formulasi yang mengarah terjadinya dikhotomi ilmu. Untuk menghindari model formulasi dikhotomi tersebut, pendidikan Islam harus kontekstual sesuai dengan persoalan hidup seperti yang diajarkan al-Qur'an dan Sunnah Nabi. Kontekstualisasi pendidikan dengan persoalan zaman adalah pilihan strategis dan rasional yang relevan dengan semangat dan spirit doktrin Islam. Pendidikan Islam harus mengambil pola-pola yang modern, tetapi tidak mengesampingkan nilai-nilai spiritualitas dan akhlakul karimah.
*) Mujtahid, Dosen UIN Maulana Malik Ibrahim Malang
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar