Minggu, 29 April 2012

sistem 2

sistem pendidikan islam indonesia

Indoesia merupakan negeri yang memiliki kekayaan alam yang meilmpah. Negara ini merupakan zamrud khatulistiwa yang memiliki potensi SDA yang tinggi, mulai dari daerah gunung berapi yang subur sampai kekayaan lautnya yang bervariatif. Namun, mengapa kekayaan alam yang ada tak sesuai dengan kemakmuran rakyatnya. Hal ini terjadi akibat rendahnya kualitas SDM yang ada.
Kunci dari keberhasilan pengembangan SDM terletak pada pendidikannya. Pendidikan di Indonesia yang kurang baik lah yang menyebabkan kualitas SDM kita tak sebanding dengan kualitas pesaingnya, yang dalam era globalisasi ialah orang-orang terdidik yang berasal dari luar negeri.
Fakta yang menyakitkan bahwa sistem pendidikan di Indonesia berada di urutan 12 dari 12 negara Asia, bahkan lebih rendah dari Vietnam. Sementara itu, berdasarkan hasil penilaian program pembangunan PBB (UNDP) pada tahun 2000 menunjukan kualitas SDM Indonesia menduduki urutan ke-109 dari 174 negara atau sangat jauh dibandingkan negara Singapura yang berada pada urutan ke-24 (Satunet.com).
Lalu bagaimanakah kita memperbaiki sistem pendidikan kita agar dapat memberikan pendidikan yang bermutu bagi warga negara Indonesia. Dalam konteks pendidikan, Islam telah menentukan bahwa negaralah yang berkewajiban untuk mengatur segala aspek yang berkenaan dengan sistem pendidikan yang diterapkan dan mengupayakan agar pendidikan dapat diperoleh rakyat secara mudah. Perhatian Rasulullah saw. Terhadap dunia pendidikan tampak ketika beliau menetapkan para tawanan Perang Badar dapat bebas jika mereka mengajarkan baca-tulis kepada sepuluh orang penduduk Madinah. Imam ad-Damsyiqi telah menceritakan sebuah riwayat dari al-Wadliyah bin Atha’ yang menyatakan, bahwa di kota Madinah pernah ada tiga orang guru yang mengajar anak-anak, khalifah Umar bin al-Khathab memberikan gaji kepada mereka masing-masing sebesar 15 dinar ( 1 dinar=4,25 gram emas).
Itulah sistem pendidikan ideal yang telah dicontohkan oleh rasul dan sahabat. Namun, yang terjadi di Indonesia saat ini justru sangat menyimpang. Biaya sekolah yang membumbung bahkan mencapai jutaan membuat rakyat Indonesia yang “miskin” tak mampu menjadi kaya. Sistem pendidikan Indonesia masih menggunakan warisan dari zaman kolonial Belanda yang berorientasi pada materialisme. Hal ini menimbulkan dampak buruk, karena ideologi materialisme yang merupakan bagian dari kapitalisme telah sampai pula pada bidang pendidikan. Faktor inilah yang membuat “harga pendidikan” di Indonesia menjadi mahal. Simak saja, biaya heregistrasi untuk anak Sekolah Dasar (SD) kini rata-rata telah mencapai angka ratusan ribu rupiah. Bahkan uang pangkal masuk Sekolah Menengah Pertama (SMP) ada yang mencapai jutaan rupiah. Lalu bagaimana mungkin rakyat Indonesia yang “miskin” mampu “meraih kekayaan”.
Megaproyek “pengkapitalismetisasian pendidikan” yang memaksa sistem pendidikan Indonesia tunduk dan terdikte pada aturan baku “pembisnismahalan” seluruh pembiayaan yang berkenaan dengan kebijakan seputar pendidikan, terpaksa menyeret publik pada perilaku pembodohan-bukan pencerdasan. Wajah pendidikan di negeri ini sekarang disinyalir tak mampu merubah generasi ini menjadi generasi yang dapat melakukan perubahan besar bagi bangsa, bahkan mungkin akan mengalami kejatuhannya.
Yang harus dilakukan sekarang ialah mengubah sistem pendidikan kita. Pendidikan gratis, tetapi gaji guru besar. Kalaupun pendidikan tak bisa digratiskan, setidaknya dapat dimurahkan dengan memberikan biaya bantuan pada rakyat miskin. Pendidikan yang berkualitas memang butuh pembiayaan yang besar. Namun yang menjadi persoalan adalah yang seharusnya menanggulangi hal tersebut adalah pemerintah yang seharusnya menjamin setiap warganya untuk memperoleh pendidikan dan menjamin akses masyarakat untuk mendapatkan pendidikan bermutu.

Memotret Sistem Pendidikan Islam

Islam sebagai dien yang sempurna yang mengatur seluruh aspek kehidupan, tidak terkecuali aspek pendidikan mengatur bahwa pendidikan merupakan bagian kebutuhan mendasar manusia dan dianggap sebagai bagian dari proses sosial.
Pendidikan dalam Islam harus kita pahami sebagai upaya mengubah manusia dengan pengetahuan dengan sikap dan prilaku yang sesuai dengan kerangka nilai tertentu (Islam). Secara pasti tujuan pendidikan Islam yaitu menciptakan SDM yang berkepribadian Islam, dalam arti cara berfikirnya berdasarkan nilai Islam dan berjiwa sesuai dengan ruh dan nafas Islam. Begitu pula, metode pendidikan dan pengajarannya di rancang untuk mencapai tujuan tadi. Setiap metodologi yang tidak berorientasi pada tercapainya tujuan tersebut tentu akan dihindarkan. Jadi, pendidikan Islam bukan semata-mata melakukan knowledge transfer, tetapi memperhatikan apakah ilmu pengetahuan yang diberikan itu dapat mengubah sikap atau tidak. Dalam kerangka ini maka diperlukan monitoring yang intensif oleh seluruh lapisan masyarakat termasuk pemerintah (negara) terhadap prilaku peserta didik, sejauh mana mereka terikat dengan konsepsi-konsepsi Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar