A. Pengertian Lingkungan Pendidikan
Menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud dengan
lingkungan adalah daerah (kawasan dan sebagainya) yang termasuk
didalamnya. Sedangkan Lingkungan secara umum diartikan sebagai kesatuan
ruang dengan segala benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk
manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan
dan kesejahteraan manusia serta mahluk hidup lainnya. Lingkungan
dibedakan menjadi lingkungan alam hayati, lingkungan alam non hayati,
lingkungan buatan dan lingkungan sosial. Sebagai contoh saat berada di
sekolah, lingkungan biotiknya berupa teman-teman sekolah, bapak ibu guru
serta karyawan, dan semua orang yang ada di sekolah, juga berbagai
jenis tumbuhan yang ada di kebun sekolah serta hewan- hewan yang ada di
sekitarnya. Adapun lingkungan abiotik berupa udara, meja kursi, papan
tulis, gedung sekolah, dan berbagai macam benda mati yang ada di
sekitar.
Sedangkan menurut kamus besar bahasa Indonesia yang dimaksud
dengan pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang
atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya
pengajaran dan pelatihan. Secara umum dapat diartikan Pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran atau pelatihan agar peserta didik secara aktif dapat
mengembangkan potensi dirinya supaya memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, emosional, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak
mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Sedangkan lingkungan pendidikan dapat diartikan sebagai berbgai
faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap praktik pendidikan.
Lingkungan pendidikan sebagai berbagai lingkungan tempat berlangsungnya
proses pendidikan, yang merupakan bagian dari lingkungan sosial.
B. Pandangan Islam Mengenai Lingkungan Pendidikan
Manusia adalah “makhluk sosial”. Hal ini sesuai dengan ayat
Al-Qur’an yang menjelaskan tentang hal tersebut. Khalaqa al-insaana min
‘alaq bukan hanya diartikan sebagai “menciptakan manusia dari segumpal
darah” atau “sesuatu yang berdempet di dinding rahim”, akan tetapi juga
dapat dipahami sebagai “diciptakan dinding dalam keadaan selalu
bergantung kepada pihak lain atau tidak dapat hidup sendiri”.
Dari hal itu dapat dipahami bahwa manusia dengan seluruh
perwatakan dan pertumbuhannya adalah hasil pencapaian dua faktor, yaitu
faktor warisan dan faktor lingkungan. Faktor inilah yang mempengaruhi
manusia dalam berinteraksi dengannya semenjak ia menjadi embrio hingga
akhir hayat. Kemudian, lingkungan yang nyaman dan mendukung bagi
terselenggaranya suatu pendidikan sangat dibutuhkan dan turut
berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pendidikan yang diinginkan.
Demikian pula dalam sistem pendidikan Islam, lingkungan harus diciptakan
sedemikian rupa sesuai dengan karakteristik pendidikan Islam itu
sendiri.
Meskipun lingkungan tidak bertanggung jawab terhadap kedewasaan
anak didik, namun lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan dan
pengaruhnya sangat besar terhadap anak didik. Sebab, bagaimanapun
seorang anak tinggal dalam suatu lingkungan, disadari atau tidak,
lingkungan tersebut akan mempengaruhi anak tersebut. Hal ini sesuai
dengan sabda Rosulullah SAW. dari riwayat Abu Hurairah:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ مَوْلُودٍ
يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan ‘fitrah’. Namun, kedua orang tuanya
(mewakili lingkungan) mungkin dapat menjadikannya beragama Yahudi,
Nasrani, atau Majusi. Hal ini menunjukkan bahwa Islam mengakui potensi
lingkungan yang pengaruhnya dapat sangat kuat sehingga sangat mungkin
dapat mengalahkan fitrah.
Sedangkan menurut para ahli mengatakan bahwa manusia lahir ke
dunia, dalam suatu lingkungan dengan pembawaan tertentu. Pembawaan yang
potensial tersebut itu tidak spesifik melainkan bersifat umum dan dapat
berkembang menjadi bermacam-macam kenyataan akibat interaksi dengan
lingkungan. Pembawaan menentukan batas-batas kemungkinan yang dicapai
oleh seseorang, akan tetapi lingkungan akan menentukan menjadi seseorang
individu dalam kenyataan.Tentang fungsi pembawaa dan lingkungan, Henry
E.Garret mengatakan sebagai berikut: “it appears to be true that
heredity determines what man can do, environment what he does do within
the limits imposed by heredity” yang artinya: “itu muncul untuk menjadi
benar bahwa keturunan menentukan apa yang manusia dapat melakukan,
lingkungan apa yang ia di dalam batas-batas memaksakan disebabkan oleh
keturunan”. Jelaslah pembawaan dan lingkungan bukanlah hal yang
bertentangan melainkan saling membutuhkan.
Lingkungan yang buruk dapat merintangi pembawaan yang baik,
tetapi lingkungan yang baik tidak dapat menjadi pengganti sesuatu
pembawaan yang baik. Daerah yang penuh kejahatan dan kesempatan latihan
yang kurang, akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan yang buruk dan akan
membatasi prestasi seseorang yang memiliki kemampuan. Begitu juga
lingkungan yang baik tidak dapat menjadikan orang-orang yang lemah
pikiran menjadi orang yang pandai atau orang yang tidak berbakat menjadi
berbakat, walaupun diakui dan tidak diragukan lagi bahwa lingkungan
yang baik, latihan-latihan yang baik akan membantu memperbaiki
tingkahlaku dan mendapat tempat di masyarakat.
C. Jenis Lingkungan Pendidikan
1. Jenis Lingkungan Pendidikan
Mengacu pada pengertian lingkungan pendidikan seperti tertulis
diatas, maka lingkungan pendidikan dapat dibedakan atau dikategorikan
menjadi 3 macam lingkungan yaitu (1) lingkungan pendidikan keluarga; (2)
lingkungan pendidikan sekolah ; (3) lingkungan pendidikan masyarakat
atau biasa disebut tripusat oleh KI Hajar Dewantara lingkungan ketiga
disebut sebagai perkumpulan pemuda.
1) Lingkungan Pendidikan Keluarga
Keluarga merupakan lembaga pendidikan tertua, bersifat
informal, yang pertama dan utama dialamai oleh anak serta lembaga
pendidikan yang bersifat kodrati. Orang tua bertanggung jawab
memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik anak agar tumbuh dan
berkembang dengan baik. Pendidikan keluarga disebut pendidikan utama
karena di dalam lingkungan ini segenap potensi yang dimiliki manusia
terbentuk dan sebagian dikembangkan. Bahkan ada beberapa potensi yang
telah berkembang dalam pendidikan keluarga. Pendidikan keluarga dapat
diebdakan menjadi dua yakni :
a) Pendidikan prenatal (pendidikan sebelum lahir)
Merupakan pendidikan yang berlangsung selama anak
belum lahir atau masih dalam kandungan. Pendidikan prenatal lebih
dipengaruhi kepada kebudayaan lingkungan setempat. Sebagai contoh dalam
masyarakat jawa dikenal berbagai macam upacara adat selama anak masih
ada dalam kandungan seperti neloni, mitoni. Selain upacara-upacara adat
untuk menyelamati anak yang masih dalam kandungan dalam masyarakat jawa
dikenal juga berbagai macam kesyirikan (hal-hal yang harus dihindari)
selama anak masih dalam kandungan.
Dalam kehidupan yang lebih modern sekarang ini,
terdapat pula model pendidikan prenatal. Seperti mendengarkan lagu-lagu
klasik selama anak masih dalam kandungan, melakukan pemerikasaan rutin
ke dokter kandungan atau mengkonsumsi nutrisi yang baik bagi si jabang
bayi adalah contoh-contoh pendidikan prenatal dalam kehidupan modern..
Secara sederhana pendidikan prenatala dalam keluarga bertujuan untuk
menjamin agar si jabang bayi sehat selama dalam kandungan hingga nanti
pada akhirnya dapat terlahir dengan proses yang lancar dan selamat.
b) Pendidikan Postnatal (pendidikan setelah lahir)
Merupakan pendidikan manusia dalam lingkungan
keluarga di mulai dari manusia lahir hingga akhir hayatnya. Segala macam
ilmu kehidupan yang diperoleh dari keluarga merupakan hasil dari proses
pendidikan keluarga postnatal. Dari manusia lahir sudah diajari
bagaimana caranya tengkurap, minum, makan, berjalan hingga tentang ilmu
agama. Sama seperti pendidikan prenatal yang tujuan adalah menjamin
manusia lahir ke dunia, pendidikan postnatal ditujukan sebagai jaminan
agar manusia dapat menjadi manusia yang baik dan tidak mengalami
kesulitan berarti selama proses manusia hidup.
Bagaimana manusia bersikap tentang segala macam
lingkungannya di luar lingkungan keluarga sangat tergantung pada
bagaimana proses pendidikan keluarga berlangsung. Dalam dunia modern
seperti sekarang, bagaimana pendidikan keluarga berlangsung tidak
sepenuhnya tergantung pada orang tua namun bisa juga dipengaruhi oleh
orang lain yang notabene bukan bagian dari keluarga. Ini bisa terjadi
karena kesibukan orangtua maka orangtua lebih cenderung untuk menyewa
orang lain untuk merawat (mengasuh) anaknya.
2) Lingkungan Pendidikan Sekolah
Tidak semua tugas mendidik dapat dilaksanakan oleh orang
tua dalam keluarga, terutama dalam hal ilmu pengetahuan dan berbagai
macam keterampilan. Oleh karena itu dikirimkan anak ke sekolah. Seiring
dengan perkembangan peradaban manusia, sekolah telah mencapai posisi
yang sangat sentral dan belantara pendidikan keluarga. Hal ini karena
pendidikan telah berimbas pola pikir ekonomi yaitu efektivitas dan
efesiensi dan hal ini telah menjadi semacam ideology dalam proses
pendidikan di sekolah.
Sama seperti pendidikan prenatal yang tujuan adalah
menjamin manusia lahir ke dunia, pendidikan postnatal ditujukan sebagai
jaminan agar manusia dapat menjadi manusia yang baik dan tidak mengalami
kesulitan berarti selama proses manusia hidup.
Bagaimana manusia bersikap tentang segala macam lingkungannya di luar
lingkungan keluarga sangat tergantung pada bagaimana proses pendidikan
keluarga berlangsung. Dalam dunia modern seperti sekarang, bagaimana
pendidikan keluarga berlangsung tidak sepenuhnya tergantung pada orang
tua namun bisa juga dipengaruhi oleh orang lain yang notabene bukan
bagian dari keluarga. Ini bisa terjadi karena kesibukan orangtua maka
orangtua lebih cenderung untuk menyewa orang lain untuk merawat
(mengasuh) anaknya.
3) Lingkungan Pendidikan Masyarakat
Dalam konteks pendidikan, masyarakat merupakan
lingkungan keluarga sekolah. dan masyarakat pada umumnya. Pendidikan
yang dialami dalam masyarakat ini, telah mulai ketika anak-anak untuk
beberapa waktu setelah lepas dari asuhan keluarga dan berada di luar
dari pendidikan sekolah. Dengan demikian, berarti pengaruh pendidikan
tersebut tampaknya lebih luas.
Corak dan ragam pendidikan yang dialami seseorang dalam masyarakat
banyak sekali, ini meliputi segala bidang, baik pembentukan
kebiasaan-kebiasaan, pembentukan pengertia-pengertian (pengetahuan),
sikap dan minat, maupun pembentukan kesusilaan dan keagamaan.
D. Fungsi Lingkungan Pendidikan Islam
Sebagaimana telah dijelasakan diatas, bahwa atau tempat berguna
untuk menunjang suatu kegiatan untuk, termasuk kegiatan pendidikan,
karena tidak satupun kegiatan yang tidak memerlukan tempat dimana
kegiatan itu di adakan. Sebagai lingkungan pendidikan Islamiyah, ia
mempunyai fungsi antara lain menunjang terjadinya proses kegiatan
belajar mengajar secara aman, dan berkelanjutan.
Sebelum belajar di madrasah-madrasah tersebut , kaum muslimin
belajar di kutab di mana diajarkan bagaimana cara membaca dan menulis
huruf Al-Qur’an, dan kemudian diajarkan ilmu agama dan ilmu Alqur’an.
Dengan memperhatikan uraian dan informasi di atas dapat
diidentifikasi bahwa lingkungan atau tempat berlangsungnya kegiatan
pendidikan islam itu terdiri dari rumah, masjid, kutab, dan madrasah.
Undang-undang nomor 2 tahun 1989 tentang sistem pendidikan nasional, misalnya mengatakan sebagai berikut :
1. Suatu pendidikan menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar yang dilaksanakan di sekolah atau di luar sekolah.
2. Satuan penmdidikan yang di sebut sekolah merupakan bagian dari pendidikan yang berkesinambungan.
3. Satuan pendidikan luar sekolah meliputi keluarga, kelompok belajar, kursus, dan satuan pendidikan yang sejenis.
Selanjutnya, bagaiman pandangan Al-Qur’an terhadap keberadaan lembaga
pendidikan tersebut serta fungsinya. Meskipun lingkungan tidak
bertanggung jawab terhadap kedewasaan anak didik, namun lingkungan
merupakan faktor yang sangat menentukan dan pengaruhnya sangat besar
terhadap anak didik. Sebab, bagaimanapun seorang anak tinggal dalam
suatu lingkungan, disadari atau tidak, lingkungan tersebut akan
mempengaruhi anak tersebut. Hal ini sesuai dengan sabda Rosulullah saw.
dari riwayat Abu Hurairah:
قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: كُلُّ مَوْلُودٍ
يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ
أَوْ يُمَجِّسَانِهِ
Setiap anak dilahirkan dalam keadaan ‘fitrah’. Namun, kedua orang tuanya
(mewakili lingkungan) mungkin dapat menjadikannya beragama Yahudi,
Nasrani, atau Majusi. Hal ini menunjukkan bahwa Islam mengakui potensi
lingkungan yang pengaruhnya dapat sangat kuat sehingga sangat mungkin
dapat mengalahkan fitrah.
Pembahasan selanjutnya akan dimulai dengan membicarakan
pendidikan luar sekolah dan dilanjutkan dengan satuan pendidikan di
sekolah.
1. Satuan Pendidikan Luar Sekolah
Diantara satuan pendidikan luar sekolah adalah keluarga yang
berlangsung di rumah. Untuk ini perlu dibahas menganai apa yang dimaksud
dengan keluarga dan rumah itu. Secara literal keluarga adalah merupakan
unit sosial terkecil yang terdiri dari orang yang berada dalam seisi
rumah yang sekurang-kurangnya terdiri dari suami isteri. Sedangkan dalam
arti normatif, keluarga adalah kumpulan beberapa orang yang karena
terikat oleh suatu ikatan perkawinan, lalu mengerti dan merasa berdiri
sebagai suatu gabungan yang khas dan bersama-sama memperteguh gabungan
itu untuk kebahagiaan, kesejahteraan, dan ketentraman semua anggota yang
ada di dalam keluarga tersebut.
2. Lingkungan Pendidikan Sekolah
Sekolah sebagai tempat belajar sudah tidak dipersoalkan lagi
keberadaannya. Secara historis keberadaan sekolah ini merupakan
perkembangan lebih lanjut dari keberadaan masjid, yaitu karena adanya di
antara matapelajaran-matapelajaran yang untuk mempelajarinya diperlukan
soal jawab, perdebatan, dan pertukaran pikiran.
3. Lingkungan Masyarakat
Manusia adalah makhluk yang diciptakan Allah SWT, yang
keberadaan hidupnya tidak dapat menyendiri. Manusia membutuhkan
masyarakat di dalam pertumbuhan da perkembangan kemajuannya yang dapat
meninggikan kualitas hidupnya. Semua itu membutuhkan masyarakat, dan
mereka harus hidup di masyarakat. Ibnu Sina pernah mengatakan : “Manusia
berbeda dengan makhluk lainnya disebabkan manusia itu tidak dapat
memperbaiki kehidupannya jika ia hidup menyendiri tanpa ada orang lain
yang menolong memenuhi kebutuhan hidupnya”.
Kebutuhan manusia yang diperlukan dari masyarakat tidak hanya
menyangkut bidang material melainkan juga bidang spiritual, termasuk
ilmu pengetahuan, pengalaman, keterampilan, dan sebagainya. Dengan
demikian, dapat ditarik suatu pemahaman bahwa dalam rangka memenuhi
kebutuhan pendidikan manusia memerlukan adanya lingkungan sosial
masyarakat.
BAB III
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa peranan
lingkungan pendidikan terhadap pembentukan karakter manusia sangat
penting sekali, diantaranya :
1. Lingkungan keluarga adalah salah satu lingkungan yang pertama
kali mempengaruhi pembentukan karakter manusia., baik masih dalam
kandungan di rahim sang ibu maupun setelah lahir ke dunia.
2. Agama Islam sangat memperhatikan masalah lingkungan yang
menjadi awal pembentukan karakter manusia sampai-sampai ada sabda
Rosulullah SAW yang menyatakan bahwa baik dan buruknya tergantung pada
baik buruknya lingkungan disekitarnya.
3. Jenis-jenis lingkungan yang selama ini menjadi pembentuk
karakter manusia antara lain yaitu: lingkungan keluarga,
sekolah/madrasah dan lingkungan masyarakat pada umumnya.
4. Lingkungan/lembaga pendidikan ada 2 hal yaitu: lembaga pendidikan formal dan lembaga pendidikan informal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar